Chapter 08

580 88 12
                                    

A/N : Please read til the end of author's note.

Enchanted (c) prxmroses
SVT's Fic ; Lee Seokmin/Hong Jisoo ; bxb–Shounnen-ai

...

Kala Seokmin membuka pintu rumah, hal pertama yang menyapanya adalah dua pasang sepatu milik Jihoon dan Soonyoung yang tergeletak asal. Remaja tujuhbelas tahun itu sempat terkejut sejenak–tak menyangka bahwa abang sepupunya akan kembali beberapa hari lebih cepat dibandingkan rencana awal. Maka Seokmin mendesah pelan, mengambil sepatu milik Jihoon dan Soonyoung lalu menyusunnya pada rak sepatu. Sejujurnya, Seokmin tak terlalu mempercayakan akan hal baik setelah ini; Pertama, Jihoon kembali jauh lebih awal yang berarti terdapat dua kemungkinan–antara yang terbaik mau pun yang terburuk. Kedua, sepatu yang tergeletak asal ketika Lee Jihoon merupakan orang yang ketat terhadap peraturan membuat Seokmin manut dalam batinnya sendiri bahwa kemungkinan yang akan ia hadapi terarah pada opsi kedua, yaitu yang terburuk.

"Aku pulang," Seokmin setengah memekik, memasuki ruang tengah dan mendapati Jihoon tengah terduduk di salah satu sofa dengan posisi kaki yang menyilang. Soonyoung sudah entah kemana–mungkin kembali sibuk dengan komputer atau tumpukkan komiknya, Seokmin tidak memiliki bayangin apa pun. Jihoon merupakan salah satu manusia paling pasif yang pernah Seokmin temui dalam tujuhbelas tahun ia hidup–tapi abang sepupunya masih memiliki tata krama. Ia akan selalu membalas sapaan orang-orang di sekitarnya walau hanya dengan sebuah gumaman singkat yang bahkan jarang tertangkap oleh indra pendengaran. Namun kali ini, tak ada balasan apa pun yang Seokmin terima.

Ya, mungkin memang bukan pertanda baik.

"Bagaimana perkelahianmu kemarin? Menang dengan baik?"

Langkah kaki remaja itu terhenti kala Jihoon buka suara–belah bibirnya menceloskan sejumlah kata yang berhasil memerangkap pergerakkan Seokmin hingga bocah SMA itu tak dapat melakukan hal lain; hanya diam, menghembuskan napas berat dan menggidikkan bahunya pelan.

"Jisoo hyung sudah memberi tahu?"

Jihoon melempar ponselnya pada meja, menghasilkan suara brak lantang yang berhasil membuat Seokmin memejamkan sepasang manik kelamnya. "Aku tidak pernah merasa sebenci ini dengan Jisoo saat tahu bahwa ia tidak mengucapkan sepatah kata mengenai kekacauan yang kau perbuat beberapa hari yang lalu," ujarnya tajam. Pandangan Jihoon terarah lurus pada Seokmin yang masih stagnan di tempatnya, berdiri tanpa mengambil langkah maju mau pun mundur. "Kenapa aku harus tahu kabar ini dari pihak sekolah saat mereka meminta wali aslimu untuk menghadiri rapat besok siang? Kenapa aku tidak bisa mendengar kabar ini langsung dari mulutmu atau mulut Jisoo?"

Mafhum dengan pandangan tak bersahabat yang diberikan Jihoon padanya, Seokmin segera mengambil langkah–menghampiri Jihoon dan menghempaskan bokongnya pada salah satu sofa. Apa pun itu, kini Seokmin hanya perlu menuruti kemauan Jihoon dan memberikan jawaban utuh yang ia miliki; Seokmin tidak ingin membuat keaadaan semakin rumit dengan membuat Jihoon kian naik pitam kala abang sepupunya kini tengah mati-matian tidak tenggelam dalam emosinya yang mudah tersulut.

"...bukan salah Jisoo hyung," cicit Seokmin pelan. Kepalanya menunduk, tak berani memberi jawaban atas tatapan tajam yang Jihoon banjiri kepadanya. Bocah SMA itu memijat pelan jemari-jemarinya, mencoba sibuk dengan dirinya sendiri. "A-aku– ini memang salahku karena tidak terus terang dengan hyung, karena kupikir kalau aku memberi tahu hyung, hal tersebut akan mengganggu pekerjaan hyung di Jepang. K-kupikir aku bisa selamanya bergantung dengan Jisoo hyung t, tapi– ya, Jisoo hyung hanya mencoba untuk melindungiku."

Jihoon tergelak ringan di tempatnya dalam kurun waktu kurang dari tiga detik–raut wajahnya kembali tak ekspresif, datar, terlalu menyeramkan untuk diperhatikan. "Hei, bocah," Jihoon memanggil sengau, masih mengarahkan pandangan nyalang pada adik sepupunya. "Kau tidak memberitahuku pun kau sudah mengganggu pekerjaanku– aku harus kembali dengan tiba-tiba, susah payah mencari tiket pesawat, mati-matian meminta izin dan hampir kehilangan pekerjaanku karena dianggap tak profesional. Bocah, kau tidak tahu betapa frustrasinya aku dan Soonyoung saat pihak sekolah menghubungiku dan mengatakan bahwa adik manis kita, Lee Seokmin tepat satu minggu yang lalu terlibat dalam perkelahian dan berhasil menggiring teman sekelasnya sendiri ke UGD?"

Enchanted +seoksooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang