Chapter 02

1K 130 12
                                    

Jisoo hampir menyemburkan sereal di mulutnya ketika mendapati Seokmin, pagi itu pada hari minggu yang setengah mendung, telah berdiri di depan rumahnya dengan wajah sumringah. Keadaan Jisoo tengah kacau–ia belum membenahi dirinya sendiri; rambutnya masih berantakan, tubuhnya masih terbalut piyama, dan di sudut bibirnya masih membekas sisa susu. Tapi Seokmin tidak terlihat terkejut–cengiran di wajah remaja itu stagnan, cerah dan terang, tak berubah barang sepersekon ekspresinya sekali pun.

Kikuk, Jisoo membukakan pintu–membiarkan Seokmin masuk, menyambutnya sehangat mungkin dan membiarkan yang lebih muda untuk duduk di sofa.

"Eum– mau teh? Atau susu?" Jisoo bertanya, membelah kecanggungan–tidak, tidak ada suasana canggung; Seokmin tetap bertingkah seperti biasa, hanya Jisoo yang merasa canggung sendirian seperti orang bodoh. Seharusnya kalian mafhum; Sekarang masih pukul setengah enam pagi, Jisoo baru terbangun dan memanjakan lambungnya dengan semangkuk sereal. Dan Lee Seokmin, memencet bel dengan anarkis, mengganggu kegiatan sarapan Jisoo dan membiarkan penampilan urakkan Hong Jisoo terlihat oleh orang lain–selain Jisoo sendiri, tentunya.

"Tidak usah," Seokmin menolak, ia memberikan gelengan sebanyak dua kali. "Hyung boleh lanjut sarapan dan mandi, aku akan menunggu di sini."

Dan Jisoo sedikit merutuki keputusannya sendiri kemarin malam tanpa ragu mengundang Seokmin untuk datang ke rumahnya–mana tahu ia jika anak itu akan benar-benar datang, di pagi yang buta, bahkan ketika Jisoo sama sekali tidak berekspetasi apabila anak itu ternyata akan datang secepat ini.

Enchanted (c) prxmroses
SVT's Fic ; Lee Seokmin/Hong Jisoo ; bxb–Shounnen-ai

...

Ketika Jisoo selesai mandi, ia menemukan Seokmin tengah sibuk melihat-lihat setumpuk kardus berisi piringan hitam. Melupakan handuk yang masih tertera pada rambut basahnya, Jisoo segera menghampiri Seokmin, memperhatikan bagaimana pemuda itu memandang takjub pada koleksinya.

"Kau tertarik?" Jisoo bertanya, membelah dunia Seokmin. Yang lebih muda mengalihkan pandangannya, mendapati Jisoo telah terduduk di sebelahnya, ikut memandangi piringan hitam pada genggaman Seokmin. Album The Rolling Stones, Beggars Banquet; salah satu favorit Jisoo.

"Aku tidak menyangka hyung mengoleksi banyak piringan hitam," Seokmin masih melempar pandangan takjub, setengah tak percaya saat mendapati masih tersisa puluhan piringan hitam lainnya pada kardus milik Jisoo. Sang empu hanya mengulas senyum, kembali membiarkan Seokmin sibuk mengeksplorasi koleksinya.

"Tidak seluruhnya milikku," Jisoo lanjut mengeringkan rambutnya–ia mengusakkan handuk pada surai kelamnya, tanpa sadar membuat aroma manis shampo yang ia gunakan menyeruak begitu saja mengetuk lubang hidung Seokmin.

"Hyung perlu sesekali mengajakku, aku juga ingin mengoleksi piringan hitam."

Ujung bibir Jisoo melengkung, tersenyum amat tipis. "Aku tidak tahu tokonya, koleksi piringan hitamku kudapatkan dari Los Angeles."

Sekilas, Jisoo menyaksikan kedua bola mata Seokmin yang membulat. Mungkin terkejut, Jisoo setengah ragu. "Hyung pernah tinggal di Los Angeles? Amerika? Negara yang keren itu?"

Ada bercak antusias yang meledak-ledak dalam iris Seokmin. Bocah SMA itu menarik tubuhnya mendekat dengan Jisoo, mencoba untuk mendengarkan cerita pria yang lebih tua ketika ia mendapati Jisoo sudah mulai membuka mulutnya. Ia duduk dengan manis–membuat pose seakan ia hendak menjadi anak patuh dan membiarkan Jisoo bercerita dengan damai.

"Aku menghabiskan setengah hidupku di sana," jelas Jisoo, mulai menggantungkan handuknya pada pundaknya. "Aku berdarah Korea asli, tapi lahir dan besar di sana. Tahun ini berarti sudah tiga tahun aku di Korea."

Enchanted +seoksooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang