Bagian 4

6 0 0
                                    

Kesepian..
Keheningan..
Kesendirian..
Aku sudah biasa, asal kau tidak hanya sekedar datang memberi harapan lalu pergi.. 'aku tak akan sanggup'

♡♡♡

"Oy dari mana aje lo" ucap Vennya mengagetkan ku.

Ya sejak pagi aku bersama Kei hingga larut malam, tepat nya sekarang ini jam 10 malam untung saja kost-an disini tidak seperti rumah ku jadi tidak akan tidur diluar jika terlambat pulang.

Saat aku pulang Vennya sedang dikamar mandi, dia memang suka mandi larut malam.

"Yee ditanya malah diem aja"

"Ven Kei nyuruh gue tinggal dirumah dia kalo nanti lu kepengen pulang duluan"

Sambil mengeringkan rambut nya dengan handuk dia pun mulai mengoceh.

"Wahh udah gila siKei gue rasa, pertama ya Bell dia itu baru ketemu lo lagi dari sekian tahun lama nya, kedua dia juga punya kenangan buruk sama lo ya jelas jelas dia dulu ninggalin lo, terus yang ketiga dia ngajak lo tinggal dirumah dia? Cuma kalian berdua? Gila tuh anak"

"Gue cape, gue mandi dulu ya lo tidur duluan aja Venn"

Aku memang seperti itu, naif.

Aku pun mandi dan mehilangkan semua yang mengganggu pikiran ku saat mandi, membayangkan mereka ikut mengalir keselokan.

Setelah selesai ternyata sudah jam 11 malam, Vennya sudah tertidur dengan pulasnya.

Aku pun sudah bersiap ingin tidur dengan piama ini, namun saat aku ingin tidur seseorang menelphone ku beberapa kali.

Honey's Calling...

'WHAT?!' jantung ku berdebar kencang, sangat amat kencang. Setelah berbulan bulan dia menghubungi nomor tersebut dan jawaban nya nihil, sekarang nomor itu malah menelphone ku bekali kali.

Aku mencoba menguatkan diri ku dan mengangkat ponsel ku

"Bella?" Baru satu kata yang dia ucapkan tapi air mataku sudah mengalir deras.

"Ya" sulit sekali menjawabnya, lidah ini kelu benar benar tak ingin lagi bicara dengan nya.

"Aku baru bisa bicara sekarang Bell, maaf ya"

Rasanya ingin ku pukul wajahnya berkali kali dengan benda apapun, bagaimana bisa dia berkata seperti itu setelah semua yang aku alami ini!!

"Bell.."

"Postingan diig itu maksudnya apa?"

"Itu.. maaf mungkin kita ga bisa lanjut.."

"Lo diem ya Don sekarang waktu nya lo dengerin gue, gue udah ga sanggup kalo kaya gini terus"

"Iya" jawabnya dengan nada seolah sedang mengeluh

"Lo punya otak Don? Lo punya hati? Sebelum semua nya ini lo bilang lo mau nikahin guee!! Terus tiba tiba lo ngilang dari dunia ini gitu aja, nomor gue ga bisa hubungin. Wa diblock, line di block nomor gue mungkin juga udah lo block ya..-"

"-Tapi gue masih ga perduliin itu gue masih nunggu lo brengsekk! Terus tiba tiba lo ngeposting foto lo sama perempuan lain dengan caption kaya gitu! Mikir Don mikir, semua temen gue nanya sama gue.. gue kaya orang bego asal lo tau, gue ga tau apa apa tapi gue ngerasa bersalahhh!!!"

Tangis ku pecah aku tidak bisa lagi menahan semua luka ini, sudah terlalu lama aku diam saja dan ini sudah sangat tidak masuk akal lagi.

"Maafin aku Bell, tapi ayah kamu.. ayah kamu bilang aku tuh ga pantes buat kamu, aku inii.. dia takut kalau kamu sama aku mungkin kamu akan selalu kesepian Bell, aku ini pilot dan kamu ga akan ngerti posisi aku"

Dia juga terdengar menahan tangis nya tapi aku tidak perduli, tidak akan ku perdulikan dia sedikit pun.

"Maaf"

"Brengsek!! Udah puluhan kata 'maaf' yang gue denger hari ini tapi kata 'maaf' dari mulut lo yang bikin gue jijik sama diri gue sendiri karna pernah begitu tulus sama orang kaya lo. Sekarang kita selesai, gue mau kita outus dan elo ga boleh algi hububgin gue. Kita selesai."

Tiba tiba hening tidak ada jawaban darinya, yang tersisa hanya isak tangis ku.

"Happy birthday to you.. Happy birthday happy bithday happy birthday to you, maaf tahun kemarin ga bisa ngucapin. Wish you all the best Bell, wish you always happy."

Sekarang giliran aku yang tidak bisa menjawab, aku hanya menangis tersedu sedu mendengarnya berkata seperti itu.

"Maafin aku Bell, semoga kamu dapat laki laki yang lebih dari aku. Aku brengsek, maafin aku"

Aku tidak sanggup lagi, jadi aku putuskan sambungan telphone nya. Bagiku sudah cukup dengan nya setidaknya aku sudah memutuskan ikatan tidak jelas ini.

Malam itu setelah Dony aku mendapat banyak ucapan lagi dari Mama ayah dan adik ku, juga banyak teman teman ku.

Aku tak sempat tidur dan terus menangis malam itu, sibrengsek itu akan tau rasa. Hanya itu yang selalu ku keluhkan didalam pikiran ku.

Untung nya Vennya tidur seperti orang mati jadi aku bisa menangis tanpa malu disini, rasa nya benar benar menyakitkan.

Aku menangis sampai aku tidak sadar.. aku tertidur dengan nyenyaknya pagi itu.

***

Aku terbangun dari tidur nyenyak ku, rasanya sangat susah membuka mata berat rasanya sangat berat membuka mata ku terdapat rasa perih juga dimataku.

Saat aku berkaca wajah ku terlihat seperti orang yang frustasi akan hidup ku sendiri, wajah yang bengap karna menangis kantung mata yang menghitam juga rambut yang berantakan.

Saat aku mencuci wajahku aku baru teringat tentang Vennya, dimana dia. Ternyata dia hanya meninggalkan note dipintu.

' My Dear..
Bell gue harus kekampus hari ini, gue harus ikut semester pendek. Gue ga akan balik ke Jakarta, liburan semester depan gue baru gue bisa pulang.

Makanan gue taro di dalam tempat lauk.. see you, have a nice day and happy birthday

Bye Veve'

Aku hanya bisa mengeluhkan nafas..

Aku sudah memutuskan lusa aku akan kembali keJakarta, aku ingin memiliki kesibukan

TBC
JANGAN LUPA TINGGALKAN KOMEN DAN JUGA LIKE NYA YA READERS^^

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 07, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

OUR DECISIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang