1. Karma x Nagisa (Assassination Classroom)

332 21 0
                                    

Karma sudah mendapatkan karma buruknya sendiri. Apa yang ia tebar, maka itulah yang ia tuai.
Tubuhnya kurus kering dengan sepasang merkuri lelah yang seolah bukan punyanya. Setiap malam Karma selalu terjaga, hingga waktu tidurnya jadi tak beraturan. Siang dijadikan malam, dan malam ia jadikan sebagai waktunya penghukuman.
Dulu ia tampan dengan tubuh lumayan berotot—pundaknya tegap, dadanya bidang, serta ada enam kotak bersekat pada perutnya. Otaknya tajam dalam berpikir. Karirnya sedang begitu cerah bahkan menyilaukan, ia punya segudang prestasi gemilang. Satu kata, dia adalah pria yang menggiurkan.
Bertahun-tahun sebelum ia jadi begini buruk rupanya, Karma bertemu dengan pria muda yang rupanya begitu cantik hingga mampu menyaingi wanita. Namanya adalah Shiota Nagisa.
Nagisa tahu-tahu masuk ke dalam hidupnya hingga melekat begitu kuat dan membuat Karma kecanduan akan hadirnya. Jika tahu dampaknya akan begitu mengerikan dengan perasaan tak mau ditinggalkan hingga mata hatinya terbutakan, Karma akan dengan keras menolak Nagisa yang masuk ke dalam hidupnya. Tapi Karma tak tahu. Ketika dirinya sadar, Karma sudah begitu ketergantungan. Menjalani hidup tanpa Nagisa adalah sesuatu yang mustahil setelah hatinya dibawa oleh si biru menawan.
Singkat kata, setelah perkenalan, sejumlah makan malam yang sepenuhnya adalah modus Karma untuk melakukan pendekatan, serta pengakuan yang lumayan mencengangkan, Karma berhasil mengutarakan rasa dan ternyata cintanya berbalas. Mereka berpacaran, hingga akhirnya memutuskan untuk menikah setelah studi Nagisa selesai.
Tapi Karma adalah seorang pecinta sejati, sampai-sampai ia rela membawa cintanya mati. Ia mudah dibuat cemburu, dan rasa kepuanyaannya pada Nagisa sangatlah tinggi. Untuk menjaga Nagisa agar selalu di sisinya, Karma harus bersikap 'tegas'. Tak ada seorang pun yang boleh menyentuh atau berharap pada sang kekasih.
Makanya ia membelenggu Nagisa. Mematahkan kedua sayapnya agar si burung biru tak lagi bisa terbang. Mengambil kedua matanya, agar yang terakhir dilihat oleh Nagisa adalah dirinya. Yang terakhir, Karma mengambil cinta Nagisa di dalam hatinya, agar Nagisa tak sampai memberikan perasaan yang berharga itu pada selain Karma.
... Nagisa pun akhirnya mati, tak kuat menanggung cinta dari Karma yang terasa begitu menyesakkan.
Hidup tanpa Nagisa adalah mustahil bagi Karma. Suaranya terdengar serak dan menyedihkan kala tertawa, di depan cermin besar di kamarnya, Karma meringkuk menatap pantulan dirinya yang begitu payah.
Kini Nagisa-nya sudah benar-benar pergi. Karma pernah mencoba mendatangi pemakaman dan berusaha untuk menggali kuburan. Tapi, akal sehatnya yang dikira sudah mati kala ia menyiksa kekasihnya hingga mengembuskan napas terakhir mendadak kembali dan membuat Karma terhenti.
Yang sudah mati takkan pernah kembali.
Hidup tanpa Nagisa adalah mustahil bagi Karma setelah semua yang dilewati oleh mereka. Memukul-mukul dadanya sendiri, Karma berusaha menghentikan rasa sakit yang mulai terasa setiap kali fakta bahwa ia sekarat tanpa Nagisa kembali teringat olehnya.
Siang ia jadikan malam, dan kini adalah malam—waktunya penghukuman. Tangannya terlihat begitu rapuh, seperti kayu lapuk dimakan rayap. Tampak hanya tulang tanpa daging dan hanya dibalut oleh kulit tipis yang menempel dengannya.
Karma mengangkat belati dengan tinggi, ia sudah terlentang dan bersiap untuk menerima hukuman. Baginya hidup tanpa Nagisa sama dengan kematian.
"Maafkan aku, Nagisa." Kedua manik emas tertutup dengan setitik air mata yang lolos, ujung tajam berhasil menusuk kulit, daging dan melewati celah rusuk hingga jantungnya pecah akibat dikoyak.

#

N A N O (2)Where stories live. Discover now