4. Todoroki x Bakugou (Boku no Hero Academia)

157 16 6
                                    

Todoroki Shoto mencintai Bakugou Katsuki dengan seluruh yang ia punya. Jiwa dan raga. Hidup dan mati. Todoroki sudah sepenuhnya jadi orang gila. Akal sehatnya mati, nuraninya tak berfungsi. Ia menunjukkan cintanya dengan membabi buta. Menculik anak. Menganiaya kakek tua. Bahkan menghilangkan nyawa orang. Apa pun, asal Bakugou-nya senang.

Ia tak peduli jika perasaannya sama sekali tak berbalas. Asal bisa melihat Bakugou, dan mendengarkan jantungnya berdetak hanya untuk menyerukan rasa cinta pada si prang, itu sudah cukup buat Todoroki.

Jangankan hanya berbuat seribu kejahatan. Jika Bakugou minta, nyawa sekalipun akan ia persembahkan.

Duduk di kursi pesakitan, menunggu peradilan. Rambut dua warna terjuntai kala Todoroki menunduk dalam, hingga poni semakin menutup paras. Caci maki juga umpatan terdengar meski dilakukan sembari berbisik.

Todoroki Shoto, anak dari Endeavor si pahlawan nomor dua adalah penjahat berdarah dingin. Melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan dengan menjadi pembunuh bayaran yang telah membantai ribuan kepala.

Sebenarnya Todoroki merasa bahwa dirinya pantas dijatuhi hukuman mati meski vonis hakim terhadap dirinya belum dikumandangkan di ruang sidang.

Duduk jemawa di kursi penonton, sosok pemuda bermata darah menatap tajam pada punggung tegap milik pria yang dulu sempat mengutarakan rasa padanya. Mengatakan jika cintanya gila, dan jika Bakugou menolak untuk tetap terlihat di pandangan Todoroki, maka sosok itu akan hilang kewarasan akibat disiksa rindu.

"Aku menyukaimu, Katsuki." Bukan Bakugou, nama kecilnya yang dipanggil oleh Todoroki kala jujur tiga tahun yang lalu. Membuat Bakugou terbahak setiap ingat bagaimana raut dingin itu tampak kikuk, bingung mau mengutarakan isi hatinya bagaimana. "Bukan. Ini bukan cuman suka. Aku sudah jatuh cinta pada dirimu."

Mendecih. Bakugou merasa terhina saat Todoroki bilang cinta. Meledakkan taman tempat di mana Todoroki memintanya datang, Bakugou sama sekali tak ada niat untuk menerima cinta dari si pria dispenser.

Ditolak sekali, Todoroki belum mau berhenti.

Ditolak dua kali, Todoroki masih sanggup berdiri.

Ditolak tiga kali, Todoroki mulai merasakan patah hati.

Hingga tiba di satu malam ketika salju turun begitu lebat. Menimbun hingga sesudut jalan penuh dengan tumpukan putih. Bahkan di atas kepala merah dan putih, ada gundukan kecil yang menjadi indikasi seberapa lama Todoroki berdiri menunggu pemuda bernama kecil Katsuki.

Todoroki telah berubah sepenuhnya jadi orang gila. Yang menangis pedih jika sang pujaan hati tak tampak. Atau meraung marah jika ada yang mendekati Bakugou Katsuki. Diri Todoroki, sudah bukan punya Todoroki lagi.

"Pergilah. Aku tak mau menemuimu lagi, Setengah-setengah." Raut jijik dari Bakugou, sedikitnya membuat sisi terdalam Todoroki menjadi sakit.

Lengan dingin terjulur pada Bakugou. Minta disambut. Tapi, Bakugou tetap bergeming. Mungkin hatinya adalah batu, sehingga apa yang dilakukan Todoroki selama ini sama sekali tak mampu mengusik si pemuda ledakan.

"Aku mencintaimu, Katsuki." Matanya berair, Todoroki akan hancur jika sekali lagi disuruh pergi. Ia sudah telanjur mencintai Bakugou dengan seluruh yang ia punya. Mustahil bagi Todoroki untuk tetap jadi dirinya jika tak ada Bakugou.

Di atas balkon, Bakugou menurunkan pandangannya agar matanya bisa beradu tatap dengan sepasang mata milik Todoroki. Bibir menggaris lurus, sebelum decihan kembali terdengar. "Kau sakit, Berengsek. Pergi sana."

"Aku mencintaimu, Katsuki."

Ia jengah mendengar ungkapan cinta dari si pria. Semua cara sudah digunakan untuk mengusir Todoroki pergi. Namun satu pun tak ada yang berhasil.

"Kau benar-benar mencintaiku?"

Todoroki mengangguk, membuat guguran salju turun dari kepala dan sempat meluncur di pipi. Mewakili air matanya yang tak bisa turun dan terbendung tapi tak mungkin pecah.

"Aku takkan mengusirmu lagi jika kau mau berhenti jadi pahlawan," melompat dari atas balkon yang lumayan tinggi. Bakugou berhasil mendarat dengan sempurna di depan Todoroki, berjalan mendekat, maniknya sama sekali tak berpaling. "Jadilah penjahat, maka mungkin akan kupertimbangkan."

Seolah tombol lain di dalam dirinya telah ditekan. Todoroki mulai melakukan kekacauan. Membakar sebuah bank, menusuk polisi yang berjaga, hingga ia ditetapkan sebagai buronan. Lari dari satu kota ke kota lain. Menerima pekerjaan yang dialamatkan pada penjahat seperti Todoroki kala itu. Harga kepalanya bahkan begitu fantatis, menjadi bukti seberapa ditakutinya seorang Todoroki Shoto.

Ia ingin mempersembahkan cinta yang sempurna untuk Bakugou. Menggunakan tangannya yang kini berlumuran darah.

Meski dirinya begitu hitam dan kelam, tapi cintanya tetap suci dan murni.

Ia bukan sosok Todoroki yang dulu. Dirinya sudah berubah. Tapi, tak sekalipun cinta Todoroki ikut berubah. Tetap sama hebat, dan semakin menguat dari waktu ke waktu.

Mungkin ia hanya diperbudak oleh orang yang dicinta, tapi Todoroki tak peduli. Ia menutup mata dan telinga. Berusaha jadi tuli dan buta terhadap setiap kemungkinan yang mengatakan jika Bakugou hanya mempermainkannya.

Todoroki terus membunuh. Hingga nyawa yang ia hilangkan sudah tak bisa diingat oleh otak. Seratus? Dua ratus? Atau seribu?

Ia takkan berhenti karena Bakugou belum memintanya berhenti. Jika bertemu di malam tanpa bulan, Todoroki akan menyerahkan mawar merah kehitaman yang ia beli sepulang menghabisi seseorang. Sementara Bakugou akan menerimanya dan berjalan kembali tanpa mengucapkan apa pun. Seperti isyarat agar Todoroki harus terus begitu.

... dan ketika tersadar, Todoroki sudah dikerangkeng dengan pengawalan ketat yang bahkan tikus terkecil pun tak mungkin dapat meloloskan diri.

Pahlawan Bakugou Katsuki berhasil menangkap mantan pahlawan yang jadi pembunuh bayaran, Todoroki Shoto.

Hari ini Todoroki akan dijatuhi hukuman atas semua dosanya. Juga karena ia bersikeras mempertahankan sebuah cinta terlarang.

"... dijatuhi hukuman pancung," hanya bagian akhir yang mampu didengar oleh Todoroki. Tubuhnya kemudian dipaksa bangun dan menghadap kumpulan orang yang menatap benci padanya. Mengutuk Todoroki agar segera mati dan tak usah dilahirkan kembali.

Katanya sekarang adalah kesempatannya untuk menyampaikan kata-kata terakhir sebelum ia dipersiapkan untuk hukuman mati.

Jemari kurus Todoroki menyentuh dada, di mana ada nomor tahanan yang dipasang di sana. 1001.

"Aku tidak akan meminta maaf," akhirnya Todoroki kembali bersuara setelah sekian lama memutuskan untuk bungkam. "Maaf dari tahanan nomor 1001 tidak akan mampu mengembalikan semua."

Di barisan belakang, Bakugou duduk sembari bersidekap dada. Wajahnya datar, tak menunjukkan emosi apa pun.

Membungkukkan badan, Todoroki meminta maaf pada semua orang yang jadi korban kegilaannya. Kegilaan cintanya pada Bakugou Katsuki.

Setelah detik ini, hanya nyawanyalah yang tersisa. Akan segera ia persembahkan. Todoroki sudah menyerah, ia tak mampu menanggung rasa cintanya sendiri.

'Bagaimana perasaanmu kini, Katsuki?'

#

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 05, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

N A N O (2)Where stories live. Discover now