Awal.

1.2K 28 0
                                    

Perkenalkan nama aku Putri. Aku tinggal di desa. Aku adalah putri dari seorang guru ngaji yang telah mendirikan sebuah pondok.
Kisah ini berawal saat pondok pesantren ini mulai kembali beraktivitas seperti biasa dalam penerimaan santri baru di bulan Syawal setelah pondok pesantren ini libur saat bulan Ramadhan.
Saat itu aku masih kelas 3 Smp lebih tepatnya lagi aku baru saja lulus dari sekolahku.
Saat itu aku dirumah baru saja bangun tidur, aku tak tau bahwa ada dua orang lelaki di rumahku sedang daftar masuk ke pondok pedantren. Aku kaget saja. Karena biasanya aku tak pernah keluar jika ada tamu lelaki dirumah. Maklum saja, aku selalu dijaga oleh orang tuaku. Aku kan anak perempuan satu satunya, tak punya kakak maupun adik.
Tiba-tiba umi memanggilku.
Umi : "Put.. Put.. Kesini sebentar"

Aku :"  Iya umi..  Ada apa? "

Umi :" tolong belikan umi cabai merah dan yang lainnya untuk masak, karena malam ini ada acara di masjid"

Umi :"Iya umi, ehh ngomong ngomong yang di ruang tamu itu siapa bu? Santri barukah? Perasaan putri ngga pernah liat mereka dipondok. "

Umi :" ah sudahlah, sana belikan saja itu apa yang umi suruh, nggak usah mikir lelaki yang ada didepan"

Aku :"iyaa baiklah umi. "

Beberapa menit kemudian aku kembali, namun lelaki itu sudah tidak ada dirumah. (ahhh buat apa aku berfikir tentang dia)
Aku :" umi ini barangnya"

Umi :"taruh saja disitu"

Aku :"baiklah, umi.. Tanggal 14 juli kan aku berangkat ke Purwokerto untuk memulai aktivitas sekolah, namun aku masih ingin dirumah umi, aku masih ingin belajar ilmu agama di pondok pesantren"
Umi :"salahmu sendiri kenapa kamu memilih sekolah yang jauh, padahal umi sudah bilang apa kamu nantinya tidak menyesal, dan kamu hanya menjawab tidak tidak saja".

Aku :"okey, aku salah dan aku sangat menyesal akan meninggalkan umi abah dan pondok pesantren ini"

Tiba tiba abah datang dan langsung memotong pembicaraan aku dan umi.

Abah :"kamu berangkat tanggal berapa put? "

Aku :" tanggal 14 bah, kenapa? "

Abah :" syukurlah kamu masih ikut mengaji di pondok pesantren walaupun hanya seminggu, kamu bisa berpamitan dengan teman teman seangkatanmu dalam mengaji, dan minta maaflah karena kamu tidak bisa mengkhatamkan kitabmu"

Aku :"abah..  (sambil menangis) maafkan putri, putri malah lebih mementingkan kepentingan putri untuk bersekolah jauh dari rumah dan meninggalkan pondok pesantren ini.

Abah :"tidak apa, abah mengerti, bersiaplah karena sebentar lagi mau maghrib dan kamu harus berangkat ke pondok pesantren.

Aku :"baiklah abah, aku akan bersiap".

Setelah aku melaksanakan sholat maghrib dan mengaji lalu sholat isya, saat itu aku sedang mengaji kitab Jurumiyah ya tepat sekali itu adalah kitab nahfu yang membahas tentang fi'il sebagainya.
Aku bergegas bertemu dengan temanku, yaitu Dwi ambar, Warsati, Rita, Elitha Dwi, dan Nur Baiti.  Saat aku bertemu dengan mereka, aku langsung saja berpamitan dan meminta maaf persis dengan apa yang abah bicarakan tadi. Mereka menjawab satu persatu sampai ada yang menangis pula.
Aku merasa sangat bersalah sekali ya Allah..
Okeyy, setelah kami cerita cerita banyak aku ingin sekali ke pondok lantai atas. Aku kiraa diatas tidak ada orang karena sepi sekali. Saat aku, ambar, baiti sedang diatas ternyata ada sekelompok santri putra mau keatas kami pun panik karena di pondok pesantren ini tidak boleh saling bertatap antara santri putra dan santri putri. Akhirnya kamu mengumpat disalah satu bangunan kamar yang belum jadi, dan bodohnya kami. Alat ibadah temanku malah ketinggalan didepan kamar santri putra. Kami pun bingung harus mengambil dengan cara bagaimana, antara takut dan malu bercampur aduk.



Awalnya harus berakhir disini dulu
ya 🙃 kalau part 1 ini banyak yang membaca dan suka, akan saya lanjutkan ceritanya. Cerita ini kisah nyata ya, cuma di ganti nama saja supaya nama aslinya tidak diketahui..  Hehe..  Jika suka comment and like ya..  Pasti nanti saya lanjutkan.. 

Ta'aruf. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang