Him | PJH

❨10❩

Yoojung memintaku untuk datang kerumahnya.

Awalnya aku menolak karena tugas dari atasanku yang menumpuk. Aku sempat curiga kalau atasanku sengaja menyiksaku karena aku pernah menumpahkan segelas air putih ke kemeja hitamnya. Akan tetapi, karena Yoojung adalah orang yang tidak mau menerima penolakan dari teman dekatnya, ia terus menerus membombardir ponselku dengan pesan tak jelas.

Akhirnya disinilah aku, duduk sambil menopang kedua tangan menggunakan bantal kuning milik Yoojung. Yoojung sendiri kini tengah mengaduk-aduk tidak jelas  teh camomile-nya. Tidak tahan dengan keheningan yang melanda aku melemparkan bantal di tanganku ke wajahnya.

"Yoojung-ah! Kau memintaku datang hanya untuk melihatmu mengaduk teh tidak jelas?" Yoojung menunjukkan cengiran hingga kedua pipinya terangkat.

Kemudian, gadis itu memberikan ponselnya padaku. Ponselnya menunjukkan sebuah pesan antara Yoojung dan seseorang bernama Eunbin.

"Kenapa?"

"Kau baca saja."

Aku mulai membacanya. Awalnya hanya sebuah pesan tak berarti seperti menyakan kabar dan sebagainya. Tunggu sebentar, aku seperti mengenal nama Eunbin ini. Semakin kebawah, aku semakin membulatkan kedua mataku dan saat selesai aku memandang Yoojung tak percaya.

Yoojung menghela napasnya sambil memijat pangkal hidungnya. "Sungguh, aku tidak tahu kalau Eunbin masih menginginkanmu. Kukira kalian sudah selesai saat itu."

Aku mengernyit bingung, apa maksud Yoojung telah selesai?

"Apa aku pernah berhubungan dengannya?" Yoojung menatapku lemah lalu menganggukkan kepalanya sambil memajukan kedua bibirnya.

"Hm. Kau, aku, Eunbin, dan—"

"—Jiwoon."

Hah? Jiwoon siapa lagi? Apa dia adalah sosok yang kucoba ingat sebagai temanku? Tetapi, mengapa aku tidak bisa mengingat dengan jelas kedua temanku selain Yoojung?

Dan lagi fakta bahwa Eunbin masih menyukaiku dan ingin bertemu denganku membuat kepalaku dilanda pening. Belum selesai masalah Jihoon, tambah lagi masalah membuat semuanya semakin runyam.

.