Bagian III Sense

821 17 4
                                    

Rika terlihat manis dengan pakaian kerjanya, atau mungkin hanya Andri saja yang menganggapnya seperti itu.

"Uy, jijik tuh iler" bisik Rafly sambil terkekeh, menyadarkan Andri dari lamunannya.

"Beneran cantik yo" gumam Rafly, Andri hanya mengangguk pelan, dia tidak bisa lebih setuju lagi dengan apa yang dikatakan Rafly.

Tapi sesuatu kini mengganggu benak Andri. Melody itu rasanya seolah terus bermain, berulang, seperti musik yang diputar terus menerus. "Kebebasan..." kata-kata itu sepertinya begitu merasuk. Apakah itu hanya bagian dari program yang dikembangkan oleh Rika sehingga Nina tampak begitu nyata, benarkah Nina mengharapkan sebuah kebebasan ?, kembali Andri menggelengkan kepalanya sembari menghela nafas berat, dia benar-benar harus bicara dengan Rika.

Dari semenjak Andri mengenal yang namanya bahasa mesin, hingga pengetahuannya berkembang ke visual basic, bahasa C++, Delphi, dia tidak pernah benar-benar begitu tertarik. Baginya listing yang berjejer ratusan baris hanya bisa membuatnya trauma. 

"...sebenarnya sangat gampang untuk melakukan proses debug" gumam Rika ketika Andri mulai kesulitan karena tidak bisa memecahkan sebuah studi kasus pengambilan keputusan yang sederhana. "...lihat, cukup lakukan ini dan Eurika, programnya bisa berjalan" bisik Rika sambil tersenyum. Andri semakin merenggut, dia memperhatikan listing yang dibuatnya dan yakin kalau tidak ada bagian yang salah, "sepertinya aku tidak cocok dengan pemrograman..." keluh Andri sambil meregangkan tangannya. Dilihatnya Rafly tampak asik mengerjakan bagian ke-3 dari lembar studi kasus, malah sepertinya hanya dia saja yang tidak menikmati kelas pemrograman ini.

"Jangan menyerah, membuat program layaknya belajar berjalan, penuhi dulu syarat utamanya" gumam Rika.

"Ughh, sayangnya sejak kecil aku langsung berlari" gumam Andri yang langsung membuat Rika takjub, "bercanda" kata Andri yang kini mulai bosan. "Beneran, aku kayaknya bukan jodoh ni sama pemrograman seperti ini, paling banter yang bisa kulakukan cuma program PLC biasa" gumamnya.

"Lantas berjodohnya dengan apa ?, bahasa pemrograman kan penting untuk menunjang media yang dibuat" bisik Rika sambil mengutak-atik program yang dibuat oleh Andri.

"Kayaknya jodohku kamu deh ?" bisik Andri yang langsung membuat wajah Rika merona merah. "Itu bercanda kan ?" tanya Rika tanpa mengalihkan pandangannya, tapi Andri hanya diam tidak menjawab.

Hampir saja Andri jatuh dari kursinya. Saking kagetnya, papan dada yang tadi dipegangnya hingga terlempar ke depan dan pas menimpa kepala Juara asal Korea yang bernama Jun. Dengan cepat Andri berdiri kemudian meminta maaf, tapi Jun malah tertawa, sepertinya dia juga kaget karena saking asiknya bekerja di depan komputer.

Nina sudah berdiri sambil tersenyum. Kehadirannya yang tiba-tiba tak pelak membuat jantung Andri hampir copot. Beda halnya dengan Rika, sepertinya dia sudah terbiasa dengan kedatangan Nina yang seperti itu.

"Maaf Miss Rika, anda dibutuhkan di laboratorium" kata Nina dengan ekspresi ramahnya. Rika menghela nafas berat kemudian meminta ijin untuk keluar.

Kini tinggallah Nina dan Andri yang tampak mulai canggung. Padahal cuma di tatap oleh imej holographic, tapi karena bentuknya cantik tetap saja membuat jantung Andri berdebar kencang.

"Musik tadi malam sangat indah" bisik Andri sambil kembali memperhatikan lembar studi kasusnya.

"Musik ?" tanya Nina dengan ekspresi yang tidak faham.

Andri menoleh, "iya, waktu dilapangan tadi malam, katanya musik itu kamu yang buat kan ?" gumamnya.

Nina berdiri tanpa ekspresi, "program saya tidak memungkinkan untuk mencipta musik, saya di program hanya untuk berinteraksi dengan bahasa yang baik dan benar, protokol saya tidak memiliki fungsi ataupun library terhadap pengembangan kemampuan bermusik" kata Nina dengan suara datar, seolah membacakan sebuah teks yang diprogramkan untuknya.

V-I Human InterestTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang