Bagian VI Destiny

764 15 1
                                    

Andri melenguh sambil memegangi kepalanya. Rasa pusing masih mendera dan seolah memerangkap kesadarannya. Tapi deru mesin mobil masih bisa dikenalinya, bahkan sedikit demi sedikit bayangan gelap yang menyelimuti mulai menghilang.

Matanya masih sedikit nanar, sepertinya bola matanya tidak bisa berkoordinasi dengan baik sehingga semua terlihat seperti berbayang. Beberapa kali dia mengejapkan matanya hingga akhirnya kembali fokus seperti semula. Klik, seperti suara mekanik, dan tahu-tahu laras pistol kini menempel di keningnya.

"Di mana aku ?" gumam Andri, tapi bukannya jawaban yang ia dapat, malah sebuah tamparan yang rasanya hampir membuat kepalanya copot.

"Katakan, di mana berkas V-I ?" bentak orang itu. Andri mengernyit sambil memegangi pipinya, perlahan dia mulai memperhatikan keadaan disekitarnya. Dua orang, satu pengendara dan satu lagi yang tadi menamparnya. Dandanan mereka persis mirip sikembar thompson dari cerita tintin, tapi sayangnya kini mereka sudah tidak lucu lagi.

"Aku tidak membawanya" gumam Andri.

"Dimana ?" bentak laki-laki yang menodongnya. Andri diam sejenak, tapi lagi-lagi tamparan itu terlambat dia hindari. Dengan mata berkaca-kaca, dan mulut yang terasa perih; sepertinya luka karena ada darah yang mengalir ketika Andri menyekanya.

"Di hotel, aku tidak mungkin membawanya" gumam Andri.

Hening sejenak, hingga akhirnya terasa kalau mobil mulai melambat. Tak lama mobil yang membawa Andri akhirnya berhenti, dan dengan sigap kedua orang itu keluar kemudian menyeret Andri, memaksanya untuk mengikuti mereka.

Setengah kaget, Andri hanya bisa diam sambil berjalan. Matanya tak henti-hentinya memperhatikan sekelilingnya, dimana terdapat banyak nisan yang berjejer dengan rapi.

"Apa kamu yakin dia akan ke sini ?" tanya laki-laki yang membawa pistol.

"Iya, sensorku walau lemah tapi memberikan tanda kalau dia akan ke sini, lagipula dia masih anak-anak, yang pertama kali dicarinya pastilah ibunya".

Andri semakin bingung dengan semuanya, walau untuk bertanya dia masih takut. Tapi rasa penasarannya semakin tinggi, sehingga akhirnya mulutnya tak lagi bisa di kunci, kata-kata itu mengalir begitu saja.

"Siapa kalian ?" tanya Andri. Hening tak ada jawaban, hingga akhirnya semua berhenti di depan sebuah makam dengan nisan besar dan photo yang terpampang di dalamnya.

Kini Andri semakin tidak mengerti, sejauh dia mengingatnya, wajah dalam photo itu adalah orang yang sangat dikenalnya. Walau Andri belum pernah bertemu, tapi wajah itu tak pelak lagi, dia tak mungkin salah, pemilik wajah itu adalah Profesor Yumi Kanda.

.... Akhirnya sang profesor terbaring di kamarnya seorang diri. Semua hadir ketika waktunya terasa semakin sempit. Walau begitu sang profesor tidak pernah meminta apapun untuk dirinya, dia hanya menginginkan V-I di sisinya. Sayangnya, sebelum program tersebut di bawa ke hadapannya, sang profesor sudah lebih dulu menghembuskan nafas terakhirnya. Sedikit kalimat terakhir yang Andri baca dalam jurnal hidup sang profesor, dan kini Andri berhadapan langsung dengannya di peristirahatan terakhirnya.

"Ini makam profesor Yumi Kanda ?" tanya Andri seolah meyakinkan dirinya.

Kedua orang itu saling menatap lalu kemudian salah satunya mengangguk dengan yakin, "Iya, ini adalah makam beliau, orang hebat" jawabnya sambil bergeser menghadap makam kemudian berjongkok sambil mengatupkan kedua tangannya.

"Kamu mengenalnya ?" tanya laki-laki satunya lagi yang selalu siaga dengan pistol di tangannya.

Andri menggelengkan kepalanya, "tidak, aku hanya tahu kisah hidupnya dari jurnal yang aku baca" gumam Andri.

V-I Human InterestTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang