Four

42 15 1
                                    

9 Januari 2012

Hari pertama saya mengikuti audisi ajang cari bakat. Akhirnya saya ikut audisi Show Me The Money itu. Awalnya saya kira, itu kontes semacam lelang dimana kita menunjukkan seberapa banyaknya uang yang kita punya.

Jauh dari perkiraan, rupanya itu ajang pencarian bakat khusus rapper. Seperti saya dan Bobby. Ya, kami berdua calon rapper di perusahaan kami.

Dan disini kami sekarang. Berada di antrian yang entah dimana ujungnya, tapi untungnya barisan didepan saya hanya tinggal 5 peserta lagi. Saya bertekat, saya harus mendapatkan kalung itu.

Semua peserta disini diseleksi secara individu, walaupun berasal dari perusahaan sama. Saat ini giliran Bobby, kemudian saya. Saya sangat gugup. Melebihi gugup saya audisi masuk perusahaan. Karena sudah jelas, seluruh peserta disini memiliki bakat keterampilan yang sejenis dengan saya. Tapi saya tetap menunjukkan yang terbaik.

Kini saya sudah berhadapan dengan juri. Sosok pria bertubuh besar yang memakai kalung rantai besar. Tato di leher dan lengannya terlihat diukir kasar. Ditambah topi snapback diputarnya menjadi menghadap belakang, menambah kesan swag khas rapper.

Saya siap.

Ditengah saya menyuarakan rap saya,

GAWAT!

GAWAT.

Saya lupa lirik, yang sudah saya buat selama 3 bulan terakhir. Dan saya latih selama 1 bulan. Saya hampir putus asa.

Saya ingat kata salah satu pelatih rapper di perusahaan.

Dia bilang, "Rap itu bebas. Kamu bisa gunakan semua keluh kesah dalam hidup kamu sebagai lirik. Bukan hanya keluh kesah, suatu yang membahagiakan dirimu juga bisa. Coba untuk mulai berlatih freestyle rap. Saya yakin, suatu saat kamu merasakan manfaat berlatih freestyle rap."

Dan, saya pikir ini waktunya. Menggunakan keluh kesah yang saya alami sebagai lirik.

Keluhan saya pada hidup yang saya dapat. Tentang keluarga, lebih tepatnya. Tak hanya itu, saya menambahkan beberapa kata 'kasar' pada lirik.

Saya bisa membalik keadaan, karena sekarang saya lebih percaya diri- setelah melakukan freestyle.

Sekian detik berikutnya, juri tersebut memberi tatapan tajam pada saya. Dan setelah ia puas melakukan itu, dia memberikan saya kalung.

Saya berhasil masuk ke babak selanjutnya.

Pillar || HanbinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang