Lanjut yah ....
Kelas pun dimulai, Bahasa Indonesia jadi pelajaran pembuka di tahun ajaran baru. Bu Risma, guru cantik paruh baya yang memakai jilbab membuka pelajaran dengan memperkenalkan diri. Meski sebenarnya ada beberapa murid yang tahu, tapi ritual ini lazim dilakukan. Apalagi memang Bu Risma tak pernah mengajar di kelas sepuluh.
Bu Risma menerangkan pelajaran, tetapi pikiran Jenny masih belum fokus. Tapi, sesekali ia masih sempet curi-curi pandang ke arah Boni. Deg! Ternyata Boni juga melihat ke arahnya.
"Sial! Kok dia liat juga sih?" gumam Jenny dalam hatinya, bercampur aduk antara malu dan senang.
"Ehm... katanya gak mau liat?" bisik Mila meledek Jenny.
Ini kali pertama Jenny saling bertatapan dan bertukar senyuman dengan cowok idolanya.
Tiba waktunya istirahat. Beberapa siswa langsung berhamburan ke luar kelas. Jenny masih duduk bersama Mila. Tak lama, Boni melintas barisan bangku Jenny. Memang, barisan bangku Jenny dan Mila tepat berada di arah pintu.
Sebelum keluar kelas, Boni sempat menoleh dan kembali terseyum. Lekukan dua lesung pipinya membuat Jenny gemetaran.
"Pucuk dicinta ulam pun tiba," ejek Mila lagi.
"Pucuk... pucuk, emang gue ulet apa?" Jenny sewot.
Tangan kanan Jenny menarik lengan kanan Mila untuk segera beranjak dari bangku.
"Ahhh gua tau, mau nyusul Boni kan?" Mila kembali meledek.
"Terserah lo!" Jenny kesal.
Dua sahabat ini pun di lorong antara kelas dan lapangan basket untuk menuju kantin.
Mila tiba-tiba berhenti dan menengok ke lapangan basket. Beberapa siswa tampak sedang bermain bola basket dengan penuh semangat.
"Jen, liat tuh anak kelas sepuluh yang main basket, cakep amat!" Seru Mila.
"Yang mana? Semuanya kan anak kelas sepuluh!" kata Jenny.
"Itu, yang seragamnya dikeluarin!" Mila menjelaskan.
"Ohhh itu, lumayan sih. Tapi lo tau kan gua alergi ama anak basket! Udah ah, yuk cepetan gua laper," Jenny mengajak Mila pergi.
Saat SMP, Jenny pernah punya pacar anak basket yang bernama Eza. Tapi mereka putus karena Eza selingkuh. Itu membuat Jenny jadi males melihat anak basket, Trauma!
Mila berjalan mengikuti Jenny, tapi sesekali ia menengok ke lapangan untuk melihat anak kelas satu yang menurutnya ganteng. Walaupun berjalan lurus ke depan, bola mata Mila masih terus memelototi si anak baru. Seolah matanya terbuat dari besi, dan si anak ganteng jadi magnet yang kuat buat menariknya.
Waktu cepat berlalu.
Tettttt... Tetttt... Tetttt...
Suara bel sekolah tiga kali berteriak, tanda jam sekolah usai.
Di depan gerbang, kedua sahabat ini masih bingung hendak kemana.
"Jen, mau pulang langsung atau jalan dulu nih?" tanya Mila.
"Kayanya gua langsung balik aja deh!" seru Jenny agak malas.
Tiba-tiba, Boni sudah ada di depan mereka berdua. Lengkungan lesung pipitnya menekuk memberikan senyuman kepada Jenny dan Mila.
"Gua balik duluan yah," Boni ramah.
Jenny terdiam, hanya kepalanya saja yang mengangguk pelan.
Setelah Boni pergi, Mila mencubit tangan Jenny.
"Awww.. apaan sih lo? Sakit tau!" Jenny kesal.
"Sakit apa seneng?" ledek Mila.
"Permisi!" Seru seseorang dari belakang.
Jenny dan Mila menengok ke belakang. Rupanya, Si Anak Kelas Sepuluh kecegan Mila kini tepat berada di belakang mereka.
Jenny dan Mila memang berdiri agak tengah di dekat gerbang, sehingga agak menghalangi jalan. Apalagi Si Anak Kelas Sepuluh ini memakai sepeda BMX.
Si Anak Baru tersenyum manis sambil mengaggukan kepalanya. Mila yang masih terpaku melihat kecengannya ditarik Jenny karena masih menghalangi jalan.
Si Anak Baru pun pergi dengan mengayuh pedal sepeda sambil berdiri. Hanya beberapa puluh meter, Si Anak Baru mengayuh sambil menengok, dan melemparkan senyuman manis.
-----
Hmmmm, kira-kira Boni mau enggak yah sama Jenny.
Dan, siapa yah si anak baru kelas X yang bikin Mila klepek-klepek.
Biar lebih seru, lanjut ke part berikutnya yah.
Dan, jangan lupa Votment juga. Di Part berikutnya, ada bagian kisah nyata gue juga loh hehehehe...
YOU ARE READING
Jeruk Nipis & Kudanil
Teen FictionJenny, remaja yang jatuh cinta sebelum berpandangan dengan calon pacarnya. Jenny sudah luluh, bahkan sebelum ia tahu siapa calon pacarnya. Setelah tau siapa yang sudah meluluhkannya, Jenny malah dilema. Jadian atau?