Kelas masih sepi, hanya ada beberapa orang duduk di bangku. Boni duduk sambil main hape berwarna hitam, tapi kepalanya menengadah ketika melihat Jenny masuk kelas. Jenny melirik ke arah Boni, dan dibalas dengan senyuman khas dengan hiasan lekukan di pipi.
"Sial ngapain gua liatin dia sih!" batin Jenny bergumam.
Jenny membalas dengan senyuman malu sambil menundukkan wajah.
Terburu-buru Jenny berjalan ke tempat duduk dengan jantung agak berdegup. Matanya melihat ke atas meja, secarik kertas bujur sangkar berwarna merah jambu tergeletak.
"Selamat Pagi Jenny. Semoga semesta bersama lo hari ini" begitu coretan tangan bertinta hitam di atas kertas.
Jenny memasukkannya ke saku jaket berwarna biru muda agar tidak ada orang lain yang melihat.
"Siapa sih?" Jenny berkata pelan dengan mata melirik ke kiri dan kanan.
"Boni? Ahhhh gak mungkin!" serunya pelan.
"Woy, pagi-pagi ngelamun!" Mila kembali mengangetkan.
"Haduh... lo lagi lo lagi, gak punya hobi selain ngagetin gue apa?" Jenny sewot.
Jenny kesal sambil membuka jaketnya untuk digantung di senderan kursi. Tak sengaja, secarik kertas berwarna merah jambu terjatuh dari saku.
Mila mengambil dan membacanya dengan keras. "Selamat pagi Jenny, semoga semesta bersama Lo hari ini! Wow... pesan dari siapa nih?"
Jenny melotot, tangan kanannya merebut kertas dari tangan Mila.
Sontak kelas yang sepi berubah gaduh menyoraki Jenny. Hanya Boni yang terdiam sambil melempar senyum.
"Jangan...jangan...," Mila berseru pelan, matanya melirik ke tempat Boni duduk.
"Udah jangan mulai deh!" Jenny makin melotot seolah kedua matanya mau melompat keluar.
"Jangan mulai, atau mau dilanjut? Heheheh," Mila malah meledek.
Jenny pun duduk dan mengambil buku dalam tas. Ia membolak-balik halaman, tentu saja bukan untuk membacanya, tapi hanya sebagai pengalih perhatian Mila.
"Bacaa apaan sih neng, cepet amat, hahahhaha...," Mila seolah tak bosan meledek Jenny.
Jenny acuh, bola matanya hanya sepersekian detik melirik Mila, mulutnya agak maju ke depan karena cemberut.
"Siapa sih yang kampungan pake kirim-kirim pesan segala, sekarang kan udah ada hape, kenapa gak kirim WA atau DM di IG aja biar gak ketahuan orang lain!" gerutu batin Jenny.
---
Jenny duduk berhadapan dengan Mila di bangku kantin. Mila yang baru menghabiskan sepiring batagor sepertinya masih belum kenyang. Dilihatnya baso tahu di piring Jenny masih lumayan banyak. Tanpa aba-aba, garpu Mila menusuk satu siomay yang terbelah dua di atas piring Jenny dan langsung menyantapnya dengan lahap.
Jenny hanya melirik kesal.
"Masih marah lo?" tanya Mila dengan siomay yang masih dikunyah.
Jenny hanya menggelengkan kepala.
Kantin SMA 71 memang cukup luas, ada sekitar 10 stand makanan dengan bangku dan meja panjang seperti di food court yang berjajar.
Di sampingnya, bisa terlihat sebuah taman yang juga cukup luas. Beberapa pohon yang tak terlalu besar jadi penghias. Di bawah beberapa pohon, ada tempat duduk yang biasa dipakai buat membaca, nongkrong, kadang juga ada yang curhat sambil menangis.
"Ssttt ... Stttt liat arah jam sepuluh lo!" Mila memecah lamunan Jenny.
Jenny menoleh dengan malas.
Rupanya Si Anak Baru yang juga belum diketahui namanya sedang duduk di bawah pohon jambu air.
"Gila, dia ngeliatin gua...," Mila agak heboh, tangan kanannya meremas tangan kiri Jenny yang ada di atas meja.
"Apaan sih lo, kaya baru liat setan aja!" Jenny ketus.
"Setan...setan... mana ada setan seganteng dia!" Mila agak melotot.
Kaki Mila menari di bawah meja berusaha untuk menendang kaki Jenny.
"Jen.. liatin dong, dia senyum!" Mila kegirangan.
Jenny pun menatap penasaran ke bawah pohon jambu air. Matanya berusaha mencari senyuman Si Anak Baru.
Si Anak Baru mengangkat tangan kanannya sambil melambaikannya ke arah Jenny dan Mila.
"Duhhh...duhh... duhhh dia pake ngelambai segala, luluh hati kakak ini dek, luluh!" Mila tambah heboh.
"Dia nyerah kali liat lo!" Jenny mencibir.
"Nyerah? Emangnya dia peserta dunia lain, dan gue hantunya gitu?" Mila kesal.
Jenny yang tadinya melamun pun jadi tertawa.
"Yah, gara-gara lo sih. Jadi dia pergi," Keluh Mila.
"Bukan gara-gara gua kali, itu kan gara-gara dia takut sama lo. Secara, lo kan hantu hihihihi," Jenny mengangkat kedua tangannya sambil menyeringai dan cekikikan seperti hantu cewek berbaju putih yang biasa nongkrong di atas pohon.
---
Yeahhh dengan susah payah akhirnya Part 3 selesai.
Ditunggu part berikutnya yah. Jangan lupa juga Votment ok.
Trims
YOU ARE READING
Jeruk Nipis & Kudanil
Teen FictionJenny, remaja yang jatuh cinta sebelum berpandangan dengan calon pacarnya. Jenny sudah luluh, bahkan sebelum ia tahu siapa calon pacarnya. Setelah tau siapa yang sudah meluluhkannya, Jenny malah dilema. Jadian atau?