Loving Simple
You fall, can't stop smile, don't think.
Go crazy.
***Rambutnya tergerai pasrah membiarkan angin menerpa lembut, hingga rambut coklatnya melambai indah.
Dia suka suasana pagi, sewaktu matahari baru saja menampakkan diri.
Dia Sia, Davisia Aurora.***
Sia memarkirkan sepedanya didepan sebuah cafe yang digabungkan dengan tokoh bunga kecil. Dia membuka kunci cafe tersebut. Ini bukan cafe miliknya, namun gadis itu selalu datang sangat awal sehingga membuat dirinyalah yang bertanggung jawab memegang kunci cafe sekaligus tokoh bunga tersebut.
Satu persatu pegawai mulai berdatangan, mereka menyapa Sia hangat. Selalu seperti ini, saat mereka tiba, tempat itu telah bersih berkat gadis yang sudah duduk manis di pojok cafe, larut dengan novel ditangannya juga headset yang menjuntai di kedua telinga.
"Kamu kuliah jam berapa nanti?" Rian membuyarkan fokus Sia dari novel yang sedang ia baca. Sia mematikan musik yang sedang melantun dan memperbaiki duduknya yang tadi setengah bermanja di kursi cafe.
"Jam 3 sih, kenapa pak bos?" Rian sang pemilik cafe beserta tokoh bunga tersebut.
Usaha itu hanya sambilan, karena dirinya merupakan dokter muda disalahsatu rumah sakit ternama di kota itu.Cafe serta tokoh bunga milik Rian itu memang hanya kecil, namun bagi Sia tempat ini membuat 8 orang yang bekerja disana tak harus menelan nasib menjadi pengangguran, mengingat kota metropolitan seperti ini yang mulai minim lapangan pekerjaan terlebih untuk kalangan yang hanya tamat SMA seperti beberapa ibu yang bekerja disitu.
"Nawarin tumpangan pulang" Rian menyengir tak berdosa.
"Baru aja dibuka, masih pagi ini.Lagian kamu udah mirip supir aku"
"Yee, bukan gitu, kan biar ntar kamunya nggak langsung pergi, siapa tau nggak sempat ngomong."
"Emang kamu gak ke RS?"
"Aku dinas sore,, mau yah aku anter? Biar sekalian aku ke RS-nya"
"Sepeda aku?"
"Yah di tinggal aja "
"Apaan?? Berarti besok kamu bakal jemput aku dong? Gak ah"
"Gak papa dong, lagian kapan sih kamu nerima aku" Rian menopang dagu dengan tangan kirinya, menatap objek didepannya lekat. Seakan pura pura tak paham bahwa Sia hampir lupa bernafas akibat kalimat candaannya tadi,, ehm sebenarnya tak sepenuhnya candaan.
Sia berusaha menetralkan degup jantungnya, perkataan Rian berhasil menghipnotis tubuhnya, dia yakin Rian mampu membaca gelagat gugup tubuhnya.
Bukan sekedar kalimat yang di ucapkan, melainkan karena mata tajam Rian yang seakan menembus bagian bagian dalam dirinya.
"Yahilah serius banget, maksud gue kapan kamu lo nerima tawaran gue, antar jemput lo 24 jam?" Rian mengerucutkan bibirnya lucu mencoba untuk terlihat kesal, dia dapat mendengar jelas nafas lega gadis di hadapannya.
"Emang kamu sopir aku?"
"Baru mau ngelamar ke kamunya sih"
Sia membulatkan matanya tangannya sudah siap menonjok Rian namun dengan cekatan Rian menghindar."Ehh tenang dong, kebiasaan banget suka nabok. Maksud aku, baru aja mau ngelamar jadi sopir kamu"
"Lo rese sumpah, tau ahh heran gue, emak lo ngidam apa pas hamil loe"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hope-less
RomanceSia mudah tertarik. Sia mudah baper. Sia mudah bilang suka. Sia mudah percaya. Lalu sia jatuh cinta. Meski selalu tertarik pada pria berwajah tampan, pria humoris atau pria puitis. Meski dia tetap mudah baper. Meski sering dia bilang suka. Dia tak...