Kepada tuan waktu, bisakah hari hari ini diperlambat??
Dibuat lama pun ku malah senang,,
Masih ingin ku klaim dirinya sebagai hakku.
Masih ingin ku jadi yang terdekat denganya.
Rian Genesis***
Rian memasuki halaman rumahnya. Sejenak dia terhenti melihat sedan hitam yang sangat ia kenal. Menyadari siapa tamu yang tak di undang itu, seketika membuat mood nya anjlok.
Kekesalannya tak dapat di sembunyikan, segera dia masuk dan menuju lantai atas yang hanya memiliki 1 ruangan yakni kamarnya."Rian?" Seru seorang pria yang duduk di sofa dekat tangga.
Rian mencoba tak perduli, tanpa menoleh dirinya tetap melajukan langkah melewati pria yang membuat dadanya mulai dipenuhi amarah, bukan hanya kesal lagi.
"Loe gak rindu gitu sama gue?" Tanya sang pria mencoba menggoda tapi tak urung nada sinis masih kentara di kalimat yang coba dia rancang sefriendly mungkin.
Pria itu dengan jaket kulit hitamnya, dalaman kaus hitam polos serta jeans berwarna biru kusam, berdiri dari duduknya.Menatap tajam Rian yang sudah berhenti dan berbalik, balas menatap sang kakak yang telah setahun tak dijumpa. Mengingat pertemuan terakhir mereka yang jauh dari kata damai membuat keduanya enggan melemparkan senyum. Yang ada tatapan membunuh yang sirat akan amarah.
"Senang, baru ketemu pacar kakaknya sendiri??" Noah berucap skeptis dengan senyum miring di wajah tampannya. Membuat wajah Rian menggeram marah.
"Bangsat lo!" Rian tak mampu membendung amarahnya. Dia menonjok wajah sang kakak dengan sekuat tenaga. Membuat Noah terhuyung kebelakang, sudut bibirnya mengeluarkan darah namun bukan ringisan tapi kekehan keluar dari mulutnya.
"Weyy selow bro"
"Harusnya gua yang nonjok lo! Tapi tenang gue gak bakal rusak wajah lo ini, karena menang bukan siapa yang jago mukul kan? Buktinya lo kalah telak daru gue.. Jauh sebelum gue berlomba" Noah duduk kembali, seolah tak tau jika emosi Rian sudah si ubun ubun."Lo kalah dek, nyerah aja dia udah milih gue jauh sebelum gue suruh dia milih antar gue atau lo, bahkan sebelum ketemu gue, gimana kalo udah ketemu, gak nampak kali lo nya?" Noah terkekeh kecil di akhir kalimat panjangnya.
" Lo gak punya hati, dia cewek baik baik yang hatinya lo mainin.. Ingat, lo juga punya hati yang harus lo jaga! Lo cuma mainin dia karna lo bosan lo sepi! Jadi jangan bikin dia seakan punya harapan, seakan lo juga cinta dia!" Noah marah, sangat marah.
"Jangan sok tau tentang hati gue! Gue yang paling ngerti apa yang gue pengen! Cuma mo ingetin lo buat jangan nyentuh milik gue kalo gak mau gue bikin lo gak bisa lihat dia lagi!"
Noah berdiri hendak pergi.
" Ternyata dia lumayan, cantik juga. Dan lo tenang aja, gue belum mo kasih tau dia kok jadi lo masih bisa ketemu dia tapi ingat aja, sekuat apa lo berusaha gue tetap jauh didepan lo! Gue balik yah adek, ketemu lo malah bikin gue enek."
Noah bergegas pergi meninggalkan Rian dengan kemarahannya.Rian segera ke pintu dan mengganti password pintunya.
Rumah minimalis milik Rain ini semakin dingin saja semenjak hari itu, semenjak kakanya dan dia bermusuhan. Padahal Noah satu satunya keluarga yang Rian banggakan namun kini tidak lagi. Rian sendiri dan juga sepi.Riann menuju kamar membersihkan diri, dan duduk diranjangnya. Dia baru sadar bahwa sekarang sudah hampir 12 malam dan dan dirinya belum makan malam, ia sudah malas memasak meski hanya menggoreng telur. Entah kenapa dia malah merindukan gadisnya yang selalu berkunjung dipikirannya.
Solah olah dengan memikirkannya saja lapar, lelah serta amarahnya kan hilang.
***
Sementara Sia memandang langit langit kamarnya dengan perasaan campur aduk, entah kenapa dia tak bisa terlelap dan anehnya dia seolah merindukan seseorang tapi untuk ditemui bukan sekedar bertukar sapa lewat whatsapp.
Sia mengaktifkan hpny, membuka whatsapp dan kini bukan roomchat jheo yang ia buka. Melihat lastseen rian sekitar 3 menit lalu membuat Sia langsung menelponnya, was was jika rian hendak tidur. Entahlah dia butuh sesuatu untuk menuntaskan gelisah. Dan bersyukurlah Sia setelah panggilannya tersambung.
"Halo?"
"Rain" Sia menggunakan nama panggilannya untuk rian yang menurutnya lebih mudah diucap.
"Iya sia, kenapa? Udah malem ini, gak ada masalah kan?"
"Iya gakpapa sih, cuma gak bisa tidur dan rasanya kek pengen ngapain gitu, tapi udah malem makanya telpon kamu aja."
" Hahaha kek pengen ngapain apa nih?"
"Ih kamu apaan sih, apalagi yang dipikir" Sia berucap dengan nada merajuk.
" Hehe kamu sih ngomongnya ambigu gitu, itu mulut jangan di manyun manyunin yah nanti ada setan yang kegoda pengen nyium kamu kan bahaya, aku kecolongan start jadinya hahahha"
"Rian ih apaan sih, bikin bete tau!"
" Hehe maaf deh, trus mikirin apa emangnya sampe gak bisa tidur, nelfon aku lagi, jadi kangen kan.. pengen ketemu jadinya." Rian tak berhenti menyunggingkan senyum, meski dia masih lapar, tapi amarah dan lelahnya benar benar lenyap tak bersisa. Sia memang ajaib suaranya saja mampu membuat Rian tergila gila.
" Yaudah kesini aja, aku kayaknya lapar deh bawain makanan yah sama snack juga stok aku habis nih " Tanpa Sia sadari dia juga tak berhenti tersenyum. Bahkan ide lapar itu hanya bualannya. Biar saja dia dibilang apa mengajak pria kerunah tengah malam begini. Tapi dia juga tau Rian menganggapnya apa sehingga dia sangat percaya bahwa sahabat atau entahlah apa sebutan yang pantas untuk rian sangat menjaganya lebih dari apapun dan Sia menyadari itu.
Percayalah Rian sosok sempurna yang susah ditolak pesonanya, sadar atau tidak sebagian diri Sia memujanya diam diam. Kalau tidak untuk apa debaran jantung yang menggila tadi? Meski dia percaya kepada jheo ia menaruh hatinya tapi tetap saja, dicintai dengan tindakan sangat menyenangkan.
"Benerann?? Eh tapi udah malem juga.. aku pesenin makanan siap saji trus deliveri aja gimana?"
Sebenarnya Rian tertarik, tentu saja tertarik! Sia jarang manja kepadanya." Teman makan juga rain.. aku ajak tukang deliverinya aja gitu?? " Sia cemberut dan sedikit kesal, bukan itu maunya! Makanan di dapurnya masih banyak dan jika Rian jadi datang dia akan menyembunyikan semuanya pasti.
"Ih enggak!! Enak aja.. aku aja, aku kesana yah, otw ini.."
"Haha iyaaa hati hati yah, ku tunggu loh"
"Siap 86 sweetheart, seeyou"
Dan sia memanas dia memanas! Kesekian kalinya hari ini! Sambungan terputus dan secepat kilat dia kekamar mandi mencuci wajahnya.
Kan, Sia aneh katanya teman tapi dandan cuma buat ketemu doang, tapi bohong cuma supaya ketemu.. Padahal sudah malam ini, seperti bukan Sia saja.
Tara tara,
Tomohon 11 Juli 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Hope-less
RomanceSia mudah tertarik. Sia mudah baper. Sia mudah bilang suka. Sia mudah percaya. Lalu sia jatuh cinta. Meski selalu tertarik pada pria berwajah tampan, pria humoris atau pria puitis. Meski dia tetap mudah baper. Meski sering dia bilang suka. Dia tak...