Rumah Tua

71 5 2
                                    

Matahari bersinar cerah membuat biru pemandangan sungai terasa indah dipandang mata. Salah satu kebesaran Allah yang ada di negeri ini, Pemandangan indah yang hanya bisa dilihat pada saat matahari sangat cerah. Burung-burung beterbangan kesana kemari. Air sungai begitu biru dilihat dari kejauhan.

Sebuah Rumah Tua menghadap ke sungai indah itu, Rumah itu bercat warna putih dengan Dinding jendela berwarna abu-abu. Tampak dua dari depan jika dilihat. Di depan rumah itu terdapat padang rumput yang Luas dengan ditumbuhi bunga-bunga kecil warna-warni. Tampak sejuk jika dihuni.

Di samping rumah itu terdapat sebuah sumur tua yang sudah Berlumut. Namun, jika dibersihkan akan terlihat sangat asri.

Sosok tinggi berjanggut tipis, memakai peci dan memakai tas ransel berjalan menuju ke rumah di depan sungai itu, ia menaiki tangga lalu mengambil kunci di saku kemejanya dan membuka pintu Rumah. Di dalam rumah itu sudah tua dan usang serta berdebu, lelaki itu masuk dan mulai bergegas membersihkan rumah tua itu, ia menaruh tas ranselnya di sebuah meja di samping pintu, Kemudian ia membuka kain penutup di semua kursi, melangkah ke belakang rumah kemudian kembali membawa sapu.

Ia lalu menyapu di seluruh ruangan dan membersihkan semua debu yang ada di masing-masing ruangan. Kemudian ia mengambil kain Lap di dalam tas ranselnya itu, Ia mencari-cari ember di dapur dan di kamar mandi, akhirnya ia temukan ember itu di dalam kamar mandi.
1 jam lebih ia berkutat bersama debu di rumah tua, membersihkan ruang tengah, kamar serta dapur. Rumah ini tidak terlalu besar hanya ada 5 ruangan di rumah ini.

Ruang tengah, dua kamar , dapur serta kamar mandi. Setelah semuanya selesai lelaki itu pun merebahkan tubuhnya di atas kasur kamarnya dan melihat ke langit-langit kamar sambil memikirkan sesuatu. Sesuatu yang membuatnya harus pergi jauh dari tanah tempat kelahirannya dan memilih untuk pergi ke negeri yang jarang dikenal dunia, keputusan ini sudah ia pikirkan Selama sehari semalam, kenapa ia harus pergi jauh dari Kota itu? Terlalu dalam rasa sakit yang ia rasakan kalau ia terus berada di tempat itu. Lelaki yang sedang sakit hati mereka tidak akan meneteskan air mata, Namun mereka akan berbalik arah pergi tanpa menengok lagi ke belakang.

Kini, Rasyid sudah berada di Kota yang baru, Suasana dan Hal-hal baru telah menantinya disini. Apapun yang terjadi, ia tak akan pernah menyesali keputusannya. Rasyid lelaki yang tangguh, menahan puluhan pukulan pun ia tak akan pernah merasa sakit dan menyerah.

Sudah hampir pukul 12 siang, Rasyid segera beranjak ke kamar mandi mengambil air wudhu, menunaikan shalat dzuhur.
Setelah shalat ia membuat secangkir kopi dan duduk di beranda depan rumahnya sambil melihat sungai. Ketika rasyid sedang asyik duduk menikmati pemandangan indah di depan rumahnya itu, seorang lelaki paruh baya menghampiri rumahnya lalu naik ke atas menghampiri rasyid.

" Assalamualaikum anak muda, Kau datang tepat waktu nak. Apa kau juga sudah membersihkan rumah tua ini?" Lelaki paruh baya itu menyalami tangan rasyid yang langsung menjawab salam darinya, leaki paruh baya itu kemudian duduk disamping rasyid.

" Sudah saya bersihkan kung, satu jam yang lalu ketika saya datang. Beruntung rumah ini tidak terlalu besar dan tidak berantakan, hanya ada debu-debu saja yang sudah saya bersihkan." Jawab rasyid sambil menatap wajah Pak Kakung yang juga melihatnya.

" Ya ya.. Apa kau sudah mendapatkan pekerjaan nak? Hidup di negeri orang tidak mudah. Walau kau punya tabungan yg cukup, tetapi tabungan itu lama kelamaan akan habis. " kata pak kakung penuh perhatian, mengingat mereka berdua terlahir dan besar di negara yang sama.

Rasyid tahu itu, dan ia harus segera mencari pekerjaan, apalagi ia memilih untuk selamanya berada disini.
Ia memang mempunyai seorang teman yang bekerja di salah satu hotel yang ada di kota ini, namun apakah temannya itu masih mengingatnya atau tidak.
Karena sudah bertahun-tahun lamanya komunikasi mereka terputus.
Semoga saja temannya itu masih mengingatnya sehingga ia dengan mudah bisa mendapatkan pekerjaan.

Rasyid mempersilahkan Pak kakung masuk ke dalam rumahnya.
Pak kakung melihat-lihat rumah yang ia berikan kepada rasyid untuk menjadi tempat tinggalnya disini, Pak kakung adalah Guru bahasa inggris waktu rasyid di bangku sekolah menengah, dan mereka berdua sangat akrab bagai ayah dan anak.

Pak kakung juga yang menawarkan Rasyid untuk datang ke negara ini. Rasyid dengan rasa sakit yang masih menjalar, memutuskan untuk berangkat segera meninggalkan tanah kelahirannya itu.

Dan di negeri yang baru ini, babak baru akan dimulai. Rasyid akan menjalani hari-hari barunya di negeri atap dunia.

Hai pembaca ikut terus yah 😉😊😊

Negeri Atap DuniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang