Gadis berambut panjang lurus dan berwarna kecokelatan itu termangu di pintu keluar gedung kampus. Dirinya hanya bisa terdiam memandangi teman-temannya yang pulang dengan payung kecil atau jas hujan, bahkan ada yang nekat menerobos hujan deras hari ini. Sementara dia? Payungnya tertinggal di rumah. Tidak mungkin baginya menerjang hujan. Karena kompleks kampusnya yang cukup luas, jarak ke gerbang utama pun cukup jauh dari tempatnya berdiri sekarang.
Awannya putih tebal, sepertinya hujan tidak akan berhenti dalam waktu cepat.
"Ekhem,"
Gadis itu menoleh pada sumber suara. Di sampingnya, seorang lelaki berhidung mancung, berdiri dengan percaya diri. Lalu ia mengeluarkan payung lipat yang ketika dibuka ukurannya cukup untuk dua orang. Dengan level kepedean yang begitu tinggi, ia memayungi dirinya dan gadis itu.
"Butuh tumpangan, Nona Choi Yuna?"
Gadis itu, Yuna, terkikik kecil dengan tingkah lelaki di sampingnya. "Terima kasih, Seokmin-ah..." jemari cantiknya meraih lengan Seokmin, lelaki itu, yang tengah menggenggam gagang payung.
Mereka berjalan beriringan di bawah payung yang sama. Sesekali keduanya terkikik kecil karena kedapatan sedang mencuri pandang satu sama lain. Saling menyikut dan terkekeh lagi. Begitu dekat dan hangat.
Sampailah mereka di halte bis terdekat. Sebuah bis baru saja pergi setelah mengangkut penumpang yang menunggu di halte itu. Jadi sekarang mereka harus menunggu bis selanjutnya.
"Yah, kita berdua ketinggalan." Ucap Seokmin dengan nada menghibur. Di halte bis yang kosong itu mereka duduk dan menunggu.
Hujan tak kunjung berhenti, dan bis pun tak kunjung datang. Hanya suara hujan saja yang terdengar di antara mereka berdua.
"Dari tadi kita diam saja." Yuna memberanikan diri memulai percakapan.
"Kupikir kau enggan mengobrol denganku?" kata Seokmin.
Keduanya saling melempar senyum malu-malu.
"Aku hanya tidak betah dengan suasana sunyi ini." Jujur Yuna. "Tapi..., kita ngobrolin apa, ya...?" dia menggaruk-garuk kepalanya.
"Tanganmu dingin sekali..." Seokmin seakan memberi jawaban.
"Aah.." Yuna agak tersipu.
Seokmin mendekap kedua tangan Yuna. "Sayangnya aku tidak memakai jaket hari ini. Aku juga tidak punya hotpack. Tapi aku ingin kau tetap hangat."
Yuna gugup.
Kali ini, Seokmin mendekap pipi chubby milik Yuna. Selama beberapa saat mereka hanya bertatapan.
"Jadi..., pipiku juga dingin...?" tanya Yuna canggung.
Dan, cup.
Mata Yuna membelalak, Seokmin memberinya ciuman hangat di bibir. Namun Seokmin mendapati hal lain setelah memberikan ciuman di bibir itu.
"Dingin sekali?" kaget Seokmin, lalu mengulangi perbuatannya. Dia ingin agar bibir itu hangat, jadi dia benar-benar melumatnya –beberapa kali.
"Cukup." Yuna menahannya untuk yang kesekian kalinya.
"Ah, wae?" Seokmin protes.
"Nanti ada yang lihat,"
"Kita adalah yang terakhir di halte ini. Semua orang juga pasti sedang sibuk berteduh." kata Seokmin, "Sekarang, biarkan aku menghangatkannya, oke?"
Lelaki itu kembali mendaratkan ciumannya dengan sembrono. Kelihatannya tak hanya bibir itu yang ingin dihangatkannya. Dia benar-benar meraupnya seakan khawatir gadis itu akan segera membeku. Namun sayangnya, Yuna tak mau berlama-lama. Dia berhenti ketika merasa cukup dengan ciuman itu.
"Kau akan membeku." Benar saja, Seokmin berkata demikian.
"Kita tidak boleh melakukannya di sini." Yuna berusaha memperbanyak oksigen ke paru-parunya.
"Kalau begitu, jadilah milikku sekarang juga, Yuna. Maka aku akan berhenti menciumimu sekarang juga."
Yuna terhentak mendengarnya. "Lee Seok—"
Cup.
Ini gila. Ini benar-benar gila! Kejadian itu terjadi dengan begitu cepat. Dan Seokmin kembali menyapu bibir Yuna dengan sangat agresif seakan-akan ia sangat membutuhkan gadis itu untuk bertahan hidup. Meski Yuna sempat menolak, Seokmin harus memaksa gadis itu untuk menerima ciuman darinya.
"Hentikan." Yuna mendorong Seokmin lagi. Pasokan oksigennya benar-benar menipis gara-gara ulah lelaki itu.
"Jadi kau mau menjadi Yuna-ku?" tanya Seokmin. Dia sendiri bahkan baru menyadari kalau ia bisa jadi seagresif ini pada perempuan –terlebih yang di hadapannya ini perempuan yang disukainya. Mungkin dia sudah tidak waras.
Yuna berpikir. "Sekarang, kau bisa berhenti menciumiku."
Dan itu artinya 'ya'.
Harusnya dia berjingkrak kegirangan, bersorak bahagia sebagai selebrasi. Tetapi yang Seokmin lakukan malah mencium kembali gadis di hadapannya.
***
"How do I Kiss You : Dokyeom × Yuju"
end
***
Annyeong! Pertama-tama aku mau minta maaf banget soal kekurangan dari epep ini. Ya, tolong maklumi saja. Mohon krisarnya yang membangun di komentar yah demi kemajuan kepenulisan saya, yuhuuu..
Yang pengin tau kapan lagi epep ini terbit, silahkan like fanpage Facebook saya Near (search dengan keyword 'nearestworld'). Nanti di situ juga akan ada link ke site yang berbeda, seperti Wattpad, Blog dan Wordpress. Serta pengumuman kapan epep selanjutnya akan diposting.
Terima kasih sudah baca epep ini^^
Sampai jumpa di bagian selanjutnya
Author
Near
KAMU SEDANG MEMBACA
How do I Kiss You
FanfictionSekumpulan ficlet yang berisi cerita dan ciuman mereka ⚠️ Idol × Idol Pairing ⚠️ Yang tidak suka harap minggat dari lapak saya Terima kasih ❣ Vernon × Eunwoo ❣ DK × Yuju ❣ Joshua × Irene ❣ Mingyu × Kyulkyung ❣ Dino × Yeri ❣ Wonwoo × Seulgi