Mingyu × Kyulkyung

770 17 1
                                    

Wanita itu keluar dari meeting room dengan wajah kusam. "Segera atur jadwal kepulanganku ke Korea." Ucapnya dengan nada berat saat ia menghubungi asistennya.

Dia menerobos kamar hotelnya. Dengan tergesa, ia memungut koper dan memasukkan semua barang-barangnya. Nafasnya berderu cepat. Dia sebenarnya ingin menangis sekarang juga.

"Kyulkyung,"

Sepasang matanya terbelalak menatap siapa yang memasuki kamarnya dengan sembrono. Ya, pria yang ia hindari di meeting room tadi.

"Kim Mingyu, beraninya kau memasuki kamarku?!" marah Kyulkyung, wanita itu.

"Kau tidak mengunci pintunya," jawab Mingyu, pria tadi, santai.

Kyulkyung geram. "Keluar. Keluar sekarang juga!" dia mendorong tubuh tinggi tegap itu.

"Kyulkyung, dengarkan aku," Mingyu mengunci kedua tangannya.

"Aku tidak sudi mendengarkanmu. Keluar!" Kyulkyung tetap memberontak.

Pria itu mulai kesal. Dia lepaskan sepasang tangan itu. Sebagai gantinya dia menarik tubuh di hadapannya, mendekapnya, dan meraup bibirnya dalam-dalam. Kyulkyung tidak menerima ciuman ganas yang menguasainya tersebut.

Plak!

Tamparan keras mendarat di pipi Mingyu seusai menciuminya.

Mingyu diam.

Kyulkyung kembali mengemasi barang-barangnya. Namun Mingyu menarik wanita itu dan memaksa wajahnya untuk menatapnya.

"Kenapa kau menolak kerja sama dengan perusahaanku?" tanya Mingyu dalam-dalam.

"Aku tidak mau berurusan dengan pria kurang ajar sepertimu lagi!" marah Kyulkyung.

Mereka berhadapan dan terdiam.

"Ya, dulu aku memang kurang ajar. Tapi sekarang aku menerima karmanya." Ucap Mingyu, "Setelah aku meninggalkanmu, kehidupanku makin lama makin hancur. Bisnisku terbengkalai, hampir gulung tikar. Wanita yang tadinya kugilai pun meninggalkanku saat ia tahu aku hampir bangkrut. Bahkan keluargaku mulai menatapku sinis, karena mereka menganggapku tak becus mempertahankan apa yang aku punya.

Kau."

Mau tidak mau, Kyulkyung mendengarkan kisah pilu pria di hadapannya.

"Kau kira ke mana saja aku selama satu tahun ini? Menghilang tanpa jejak? Melupakanmu dan bersenang-senang?" lanjut Mingyu, "Nihil, justru aku mau mati saja."

Kyulkyung menatap Mingyu saat mendengar kata 'mati'.

"Enam bulan lalu, aku yakin kau mendengar kabar bahwa saham perusahaanku anjlok. Berita itu sangat cepat tersebar luas. Kuharap kau tidak mengiraku sedang bersenang-senang saat itu. Aku stress. Aku mondar-mandir mencari perusahaan yang mau bekerja sama dengan perusahaanku. Tapi hasilnya nol.

Semua perusahaan yang kudatangi adalah perusahaan yang masih dan sedang berjaya. Dan perusahaanmu berada di dalam kategori itu. Namun aku menempatkan perusahaanmu sebagai pilihan terakhir." Mingyu tersenyum kecut, "Jadi apa yang kudapat di pilihan terakhirku ini?

Penolakan, tepat sekali. Perusahaanku tak bisa diselamatkan."

Meski hatinya terenyuh, Kyulkyung hanya terdiam.

"Tidak apa jika perusahaanku harus gulung tikar sekarang juga. Tapi aku mohon, Kyulkyung, terima aku kembali." Mingyu menatap Kyulkyung hangat, "Aku akan meninggalkan pekerjaanku, perusahaanku, bisnisku. Aku akan melepas semua keegoisanku itu. Asalkan kita bisa kembali bersama, Kyulkyung. Aku gila tanpamu. Bahkan sekarang aku sedang memohon padamu."

How do I Kiss YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang