D-DAY!

1K 202 31
                                    

Begitu pintu di hadapan Daniel terbuka setengahnya dan memunculkan seonggok laki-laki berwajah lusuh, tiga laki-laki lain di dekat Daniel langsung menyerbu anak itu tanpa pandang bulu. Termasuk Daniel. Dia gak perduli kalau temannya yang paling kurus mengaduh kesakitan setelah terdorong lengan besar Daniel supaya memberi Daniel jalan mendekati temannya yang barusan keluar dari pintu keramat tadi.

"Gimana? Gimana?"

"Diapain aja lo didalem sampe jelek gini keluar keluar?"

"Cerita apa cerita! Diem aja lo pelit banget sih sama temen sendiri!"

"Sabar dulu apa kalian! Orang baru keluar belom sempet nafas belom sempet minum udah lo semua serbu gitu gimana dia mau jawab!"

"Sstt! Yang udah kelar diem aja deh!" Daniel menyindir dengan nada tinggi.

Gak mau cari ribut di hari sakral ini, teman Daniel tadi memilih mengunci lagi bibirnya dan kembali ke tempat dia duduk. Dia juga paham emang di saat-saat kayak gini pasti tensi teman-temannya sedikit lebih tinggi daripada hari-hari biasa. Sudah diperingatkan begitu Daniel dan ketiga temannya masih aja sibuk mengerubungi si korban.

"Eh lo buruan masuk deh nama lo udah dipanggil kan tadi!" Si cowok yang berwajah lusuh tadi memerintah salah satu temannya yang berkerumun di hadapan dia.

"Sebentar apa gue juga mau tau lo ditanyain apa aja di dalem."

"Halaah! Lama lo! Giliran gue makin lama lagi nanti kita bisa kelar maghrib nih! Buruan masuk sana!"

Daniel mendorong - dorong pelan temannya supaya segera masuk ke dalam ruangan. Yang didorong akhirnya beranjak juga meski berkali-kali menoleh ke belakang menatap temannya yang lain satu persatu dengan wajah panik dan memohon bantuan doa supaya dilancarkan di dalam sana.

"Eh buruan cerita lo ditanyain apa aja di dalem??"

Daniel masih gak mau menyerah. Padahal dua temannya yang tadi udah sibuk lagi sama buku catatan mereka.

"Banyak!"

Adik Seongwoo itu mendengus keras mulai gak sabar. "Ya gue tau banyak, orang lo di dalem sampe sejam pasti banyak yang ditanyain tapi apa aja pertanyaannya gitu maksud gue anjir!"

Temannya diam sebentar, matanya bergoyang mulai gak nyaman dicecar terus-terusan oleh Daniel padahal tenaganya berada di batas paling limit. Kasian anak ini. Masih tekanan batin gara-gara dicecar habis-habisan sama dosen penguji masih aja dicecar teman sendiri.

"Gitu deh Niel, saking banyaknya sampe lupa gue." Jawabnya lemah.

"Ahelah gak guna lo!"

Males berurusan lama-lama lagi Daniel akhirnya menjauh dari temannya. Daniel berjalan ke bangku paling ujung lalu kembali melakukan ritualnya seperti sebelumnya. Sit-up.

Daniel gak tau kalau yang namanya sidang skripsi bakalan semenegangkan ini. Atau sebenernya biasa aja tapi karena ini karma dari Tuhan gara-gara Daniel ngetawain saudara-saudaranya jadi sekarang dia yang dibikin kelimpungan?

Dia sempat mengejek betapa lebaynya Seongwoo dan Jaehwan. Gimana paniknya Seongwoo kemarin di hari-hari menjelang sidang, gimana Jaehwan bener-bener gak mau diganggu bahkan gak keluar kamar seharian karena sibuk belajar buat menghadapi sidang skripsinya juga. Daniel pikir kedua saudaranya itu berlebihan. Cuma sidang skripsi doang lo ribet banget sih kayak mau sidang di padang mahsyar! Gitu pikirnya.

Gak taunya, ya emang semenakutkan ini. Bener-bener kayak lagi nunggu giliran mau ditimbang dosa dan amal selama di bumi. Kita gak tau bakal dilempar ke neraka berapa juta tahun dulu baru masuk surga atau langsung dapet tiket gratis menuju surga tanpa hambatan. Gak tau. Kayak sekarang Daniel gak tau bakal ditanyain apa aja sama dosen pengujinya di dalam ruangan sidang nanti. Entah pertanyaan yang sesuai sama isi skripsinya atau pertanyaan suka-suka dosen dosen yang mulia buat menjebak Daniel.

KAKI BELALANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang