1. Sandwich

201 102 88
                                    

Part 1
Sandwich

Nyaris akhir dari semester pertama di kelas sepuluh. Waktu itu Jakarta panas sekali. Aku ingat sekali waktu itu kamu mengeluh kamu lapar dan bekalmu tertinggal. Bukan, bukan aku bermaksud nguping pembicaraanmu, namun saat itu aku dan kamu hanya berdua di kelas karena yang lain emm... ntahlah pergi kemana—mungkin memberi kita waktu untuk berdua saja. Iya kamu itu yang selama beberapa bulan ini menjadi perhatianku.

Saat itu aku menjadi merasa sangat bersyukur karena pagi tadi aku tidak jadi menolak membawa  bekal yang dibuat bunda. Terimakasih bunda, cream sayang bunda. Selalu!

Dengan kondisi jantungku yang jumpalitan tak menentu aku memberanikan diri mendekatimu. Membawa kotak bekalku juga tentunya.

“kamu mau?” sial. Suaraku bergetar.

“aah, maaf? Kamu bilang apa?” tanyamu dengan penasaran.

“ini, mmm... sandwich. Kamu mau?” tawarku dengan lebih berani agar suaraku tidak bergetar tapi aku tetap menunduk.

 Kamu mau?” tawarku dengan lebih berani agar suaraku tidak bergetar tapi aku tetap menunduk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Satu detik.

Dua detik.

Tiga detik. Tidak ada jawaban. Tuhan aku malu.

“wah, tentu mau. Kamu penyelamatku disaat aku sedang kelaparan. Aku ambil satu ya. Terimakasih.” Perlahan seutas senyum mulai nampak dari air mukaku. Bahagia.

“ini emnyak seykaliy!” puji kamu sambil tetap mengunyah sandwich itu. Kamu lucu sekali.

“terimakasih”

“buatanmu?”

“bunda”

“yahh aku kecewa”

“kenapa?”

“tadi aku berpikir akan menikahi pembuat sandwich ini”

“lalu?”

“ya aku kecewa lah. Tidak mungkin aku menikahi bundamu kan?”
Tawaku pecah saat itu juga, begitupun kamu.

“Nah ginikan lebih baik ketimbang mukamu tadi terlalu tegang.” Bodoh jelas saja, aku grogi tau.

“Kalo tadi aku jawab itu buatanku gimana?”

“maka nanti malam, aku dan keluargaku akan datang kerumahmu. Melamarmu.”

Hening.

“Hey aku hanya bercanda.” Lanjutnya.

Yahhh, eh tidak maksudku aku bersyukur bukan kecewa. Aku masih kelas sepuluh tak ingin menikah dulu. Aah kamu berpikiran terlalu jauh.

Begitulah. Hari itu ketika jam istirahat bertempat dikelas aku semakin yakin bahwa perhatianku padamu selama ini telah berubah menjadi perasaan suka. Aku—Cream—telah  jatuh cinta pada kamu.

Tbc

--
Haiii! Ceha balik lagi dengan cerita baru! Ini merupakan ceritaku yg pertama setelah hiatus bertahun-tahun~

Jangan lupa vote dan komennya💞

Xoxo,
Ceharania

July, 8th 2018

The Time Before We KnowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang