5

1.2K 23 5
                                    

Malam Rosemary

-Natasya Maudy Vinawan-

------------------

Sinar lampu sorot menjulang ke atas, pertanda sedang berlangsungnya sebuah acara. Malam itu, penampilan Rosemary berhasil menemani tubuh kaku wajah lugu meringkuk duduk di samping pria berkemeja kotak gelap yang baru dibelinya, dengan celana berwarna hitam, sepatu kesukaan yang lebih setia menemani kemana langkah ia pergi dibandingkan aku, meskipun terlihat kusam namun tetap nyaman. Dengan suara khasnya membuka perbincangan, lalu tenggelam dalam keramaian. Beberapa orang sibuk mengabadikan dalam sebuah rekaman yang mungkin sebagai idola, termasuk pria itu mengangkat gawai setinggi-tingginya agar dapat terekam dengan jelas. Beberapa orang lainnya bernyanyi penuh riang menikmati alunan dan melupakan gawai yang dimiliki. Aku hanya diam, sesekali terbawa lirik di dalam hati.

Sahabatnya menghampiri yang sejak tadi tak disadari duduk di belakang sana. Menjabat tangan penuh tak percaya bertemu. " Dia saja tidak percaya dapat bertemu dengannya. Bagaimana aku? " lirihku pelan tak sampai terdengar olehnya sembari menatap mereka. Ia terlalu sibuk berbincang dengan kawan yang dijumpai. Kopi selalu terkoneksi di antaranya. Sunyi dalam diriku mereda, beberapa pertanyaan dilontarkan kepada aku si gadis dengan penuh problematika di kehidupan. Meleburkan aku yang sejak tadi terpukau oleh senyum selalu membuat candu ingin melihatnya. Penuh ragu, kukembalikan pertanyaan serupa kepadanya. Entah sudah berapa lama tak bersua, semesta memberi kesempatan melihat wajahnya dengan detail. Tak ada yang berbeda, bahkan tampak lebih dengan kacamata mendukung estetika ketampanannya. Lengkungan manis itu terkadang membuat terluka. Dalam hati menjerit pilu, ia kali ini seakan tidak ada rasa penyesalan dengan apa yang telah diperbuat di masa lampau.

Waktu seakan terhenti, tenggelam dalam segala tuturnya. Tak ku sangka, terbawa ke bagian awal dari cerita kisah kita, seperti saat pertama pengenalan satu sama lain yang dilakukan dengan suka cita. " Apa aku sedang tersesat dalam tuturmu? Jangan paksa aku untuk keluar. Aku ingin berada disana lebih lama." suara hati ini tak kuasa untuk diam.

Sejak tadi tak beratutan suara degupan jantungku sendiri. Tembakau ditaruh di antara dua jemarinya, lalu mencoba menyalakan yang sempat aku tahan untuk tidak menghisapnya. Berulang kali aku cegah, keras kepalanya tetap ada dan seperti biasa untuk berjanji sekali lagi saja. Namun, tembakau membuat ia terlihat tidak ada keraguan dalam pertemuan itu. Aku harap kamu tahu, pertemuan itu, pertemuan yang selalu aku semogakan dalam doa. Mungkin doa kesekian kalinya ku panjatkan, akhirnya tiba dimana Tuhan mengijinkan untuk dikabulkan. Tiada habis selalu bersyukur kepada Tuhan Maha Mengetahui isi hati.

Aku rindu keadaan dimana kita berbagi cerita. Di bawah lukisan langit hitam, ia melakukannya bersamaku, meski sedikit tawa dan dipenuhi kecanggungan.

Malam Rosemary, 12/6/18

Kalimat Tak TersampaikanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang