just a time

31 9 0
                                    

Mereka terdiam di taman samping toko, menikmati setiap angin yang berhembus begitu kencang, membuat rambut Lisa berterbangan kemana-mana. Rambut dibiarkan terurai serta kaca mata yang berada disana membuat Barra hanya menatapnya diam-diam. Dia tidak tahu dengan yang dia rasakan selama ini termasuk kepergian Qiara tanpa kata pisah.

"Apa lo baik-baik saja?"pertanyaan itu membuat Barra menatap dengan bingung kearahnya. Tanpa melihat kearah Barra, Lisa tersenyum dan mendongkrak kepalanya keatas. "Gue denger Ara menghilang tanpa kabar, Ara pergi tanpa mengucapkan kata selamat tinggal"

"Hmm"

"Disaat itu gue mikir, kenapa harus lari? Kenapa harus pergi? Kenapa dia tak kunjung kembali? Pertanyaan itu selalu saja ada namun, tertanam di sini"dia menunjuh kearah dadanya dan menepuknya cukup keras berkali-kali.

Barra menghentikan dan membuat mereka saling bertatapan. Barra menggeleng kepalanya pelan dengan mata yang mulai memanas. Hal, bodoh apakah yang dia lakukan hingga menyiksa dirinya seperti ini. Kepergian Ara bukan karena dia tapi, karena Barra yang terus saja menyampingkan perasaannya.

"Lepas"ucapnya Lirih dengan air mata yang tumpah begitu saja.

Bukan melepasnya dia mendekap tubuhnya begitu erat, membuat mata Lisa membulat sempurna. Hingga tangis Barra pecah dalam pelukan Lisa dan membuat Lisa kebingungan karena tangisan itu.

"Aku tahu kau membenciku"ucapnya disela tangisnya.

Lisa menarik nafasnya dan menepuk punggung Barra tiga kali, sebelum dia menariknya jauh dari tubuhnya.

"Ketahuilah aku mencintaimu bukan karena aku membencimu. Aku mencintaimu karena itu adalah keinginanku. "Ucap Lisa yang membuatnya terdiam seketika.

Di kejauhan Arsi terdiam melihat mereka, harapan dan penantian ternyata ada. Namun, dia tidak bisa menghalangi Cinta yang besar diantara mereka.

"Jika mereka bersatu, apa mungkin kita juga bisa?"suara itu membuat Arsi tak merespon. Dia langsung ingin pergi tanpa melihat wajahnya. "Sampai kapan lo berlari?membuat gue nungguin lo sendiri. Gue bukan halte bis, yang hanya buat naik dan turun aja."

"Lo tahu ada sebuah film yang mengatakan bahwa Cinta itu seperti bis, terkadang yang kita harapankan bukanlah yang kita mau. Tapi, saat kita menemukan yang kita cari kejar lah dia seperti bis bukan menunggu yang lain."

Dia meninggalkan Nuel yang langsung menarik tangannya.

"Gue bukan nggak mau mengejarnya"

"Terus"

"Yang gue kejar bukan bisnya tapi, seseorang yang ada didalamnya. Sayangnya dia tidak pernah kemana-mana."

"Maksudnya"

Dia menarik Arsi dalam pelukannya dan membuat Arsi membulatkan matanya begitu sempurna.

"Gue nggak pernah mengejarnya karena dia selalu menungguku meskipun gue telat datangnya."

"Lalu"

"Sama seperti mereka berdua, takdir membawa kita kembali. Mau sampai kapan aku berlari jika nanti, aku akan kembali."

Arsi menatap kearah Barra dan Lisa yang saling bertatapan, seakan menyimpan penuh isyarat disana.

"Aku takut dia kembali, setelah semua yang lalu pergi"ucap Arsi yang melihat kearah Lisa dengan harapan dan khawatir tentang dia.

🍃

Pulang sekolah Lisa berjalan sendiri dengan tas dan buku yang begitu banyak ditangannya. Dia berjalan ke halte bis sendirian. Membuat dia was-was dan khawatir jika, Barra akan mengganggu perjalanannya. Namun, berbeda kali ini dia melihat Barra yang sedang berbicara asik dengan Ara. Namun, dia tidak ingin berprasangka buruk pada Ara.

Ketika CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang