2

841 85 16
                                    

"Jisoo-yah. Kau mau ikut denganku?" Tanya Jennie, teman sebangku Jisoo.

Jisso yang sedang menyalin catatan di kelas menoleh. Ia menatap Jennie penuh tanya. "Kemana?"

"Ke klub temanku. Dia bilang malam ini ulang tahunnya. Kau ikut yaa..." Jennie merengek. Cewek dengan segudang energi itu menggoyang-goyangkan tangan Jisoo meminta. Matanya dia buat aegyo puppy eyes.

Jisso memutar bola mata malas. Menggeleng, dia berkata, "Tidak mau. Aku harus belajar. Kalau tidak—"

"Jisso kumohon." Jennie memasang wajah memelas. Jisso tidak tega.

Jisso mengangguk. Jennie langsung loncat-loncat bahagia.

Kelas sedang sepi jadi Jisso tidak akan melarang tingkah absurd Jennie sekarang.

Jennie capek. Cewek itu duduk tergelesor pada lantai. "Jiss capek." Jennie mengeluh. Jisso terkekeh.

"Kudengar Jennie itu gadis banjir energi di sekolah. Ternyata salah ya?"

"Diam kau Jiss!" Jennie menjawab kesal. "Hari ini Hanbin tidak masuk sekolah. Kudengar dia sakit. Ahh pacarku kasihan sekali ya Tuhan!" Jennie mulai curcol. Jisso menggeleng. Dia sudah biasa dengan sikap Jennie yang seperti itu.

"Ah aku mendapat firasat aneh." Gumam Jisso resah.

***

Malam ini Jisso dan Jennie masuk ke dalam klub. Jisso memakai gaun dress selutut dan Jennie memakai dress pula. Hanya saja belahan dada Jennie sedikit terlihat.

Mata Jisso bergerak resah kala para pria menatapnya tidak senonoh.

"Jen. Aku mau pulang." Jisso berbisik. Dia memegang tangan Jennie erat.

"Kita baru sampai tadi Jiss. Jadi bertahanlah sampai tengah malam."

Tengah malam?

Mati sudah. Orang tuanya pasti akan marah jika Jisso berkeliaran di luar sampai larut.

"Aku kudu eottokhae?" Batin Jisso khawatir.

"Hanbin!" Panggil Jennie. Hanbin langsung berlari menghampiri Jennie dan Jisso.

Jisso menganga saat Hanbin dan Jennie menempelkan bibir mereka lalu saling melumat.

Jadi ini prilaku Jennie jika di luar sekolah? Jisso dibuat heran.

Menyadari Jisso yang memperhatikan mereka cengo, Jennie melepaskan tautan bibirnya.

"Maaf Jiss. Aku lupa kalau kau jomblo. Aku dan Hanbin pergi dulu. Kau cari saja pria untuk menemanimu nanti ya. Dadahh!"

"Jenn!"

Terlambat. Jennie lebih dulu ngacir bersama Hanbin. Lalu Jisso? Dia bingung mau melakukan apa.

Jisso menatap sekeliling. Banyak pasangan yang sedang asyik berciuman dan sebagainya.

Jisso berjalan ke meja bar. Dia duduk lalu berkata, "Tolong pesan air putih." Pinta Jisso. Pelayan di depannya tertawa.

"Maaf nona. Malam ini kami tidak menyediakan air putih." Kata pelayan itu sambil tertawa. Jisso salah tingkah. Dia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Nona sangat cantik." Puji pelayan itu. Jisso langsung tersenyum. "Hati-hati. Pria di sini sangat suka gadis cantik seperti nona." Ucap Pelayan tadi mengingatkan. Jisso mengangguk.

"Apa ada jus?"

"Aku punya." Seorang pria menyodorkan Jisso jus jeruk lalu duduk di sampingnya. Pria itu tersenyum manis.

Jisso menerimanya sambil mengucap terima kasih. Pria itu tetap tersenyum.

"Ngomong-ngomong, kau baru pertama kali datang ke sini ya?" Tanya pria itu. Jisso menoleh.

"Kelihatan ya?" Jisso terkekeh. "Aku diajak temanku." Ucap Jisso seraya meneguk jusnya kembali.

"Dia namanya Jennie. Kau kenal bukan? Dia gadis supel di sekolah dan kelihatan anak baik-baik. Tapi saat di luar sekolah dia seperti jalang." Ucapan Jisso tiba-tiba tidak teratur. Dia terus berbicara tanpa mengontrol mulutnya.

Pria tadi menyeringai. Membuka kancing kemeja atas dia bertanya, "Mau bermain denganku?" Jisso terdiam sebentar. Dia mengangguk lalu menangkup wajah pria tadi dengan tangannya. Menipiskan jarak diantara mereka, mata Jisso terpejam.

Bugh!

"Menyingkir dari gadisku bodoh!" Seorang pria memukul pria yang bersama Jisso.

Suho berdecih. Dia mengusap sudut bibirnya yang luka. "Maaf. Aku tidak tahu." Suho melengos pergi. Jisso tertawa.

"Kau kenapa, Taeyong? Ahh aku ingin minum hahahaha!" Jisso berucap ngawur. Taeyong menghela napas.

"Dia tadi minum apa?" Tanya Taeyong pada pelayan bar tadi. Onew tersenyum sopan.

"Hanya jus jeruk pemberian Suho, tuan."

"Ah pasti ada obatnya. Jisso apa kau–"

Eh?

Taeyong tertegun. Kemana perginya gadis itu? Dia mengedarkan pandangan, berdecak ketika Jisso naik ke lantai atas di mana tersedia kamar.

"Aissh gadis itu." Desisnya jengkel.

***


Tolong kasih voment ma kritikannya yaaa.

Mulai chap depan yang masih bocah gak boleh baca.

Pai paiii.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 09, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Play. [taesoo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang