Sesuai rencana mereka sebelumnya, Tony dan Stephen berencana menghabiskan akhir pekan bersama minggu ini.
Sejak jam tujuh pagi, Tony sudah menyibukan diri dengan berbagai hal. Mandi pagi di jam enam, kemudian memilih baju yang akan dipakai sejak jam setengah tujuh, memilih wine yang akan ia bawa ke tempat Stephen, dan lainnya.
Dan disinilah Tony sekarang. Tepat jam sepuluh pagi, berdiri di depan apartment Stephen, dengan satu box donat dan satu botol wine.
Tony memasukkan kode apartment Stephen yang sudah dihafalnya di luar kepala. Langkah kakinya terhenti ketika mendengar suara Stephen dengan seseorang yang terdengar sangat mirip.
“Stephen?” Tony sedikit mengeraskan suaranya saat memanggil nama kekasihnya itu. Kemudian suara tawa itu terhenti sejenak.
Tony melangkahkan kakinya perlahan, “Ya, Tony, aku ada di pantry, kemarilah,” entah karena apa, tapi Tony merasa jantungnya berdebar lebih kencang.
Kemudian suara tawa itu kembali terdengar membuat jantung Tony berdebar semakin kencang. Tony melangkahkan kaki ke arah pantry dan menghentikan langkahnya di ruang tengah.
Tony tidak tahu harus berbuat apa, di hadapannya, terdapat dua orang yang terlihat sangat mirip. Tony menahan nafasnya ketika kedua pasang mata biru itu menatapnya bersamaan, “Tony, kemarilah,” ia melihat Stephen melambaikan tangannya, memintanya untuk mendekat.
“Who the hell is he?” Tony tidak menyadari pertanyaan itu keluar dari mulutnya. Tony melangkahkan kakinya mendekati Stephen dengan mata yang masih terpaku pada sosok yang sangat mirip dengan kekasihnya.
Sekilas Tony mendengar Stephen terkekeh atas pertanyaan spontannya, “Tony, dia kembaranku, Sherlock, baru sampai pagi ini dari London,” Stephen memperkenalkan pria yang ia katakan kembarannya kepada Tony, “dan Sherlock, jangan buat dirimu terlihat mengerikan dengan menunjukkan deduksimu,”
Tony merasa jantungnya berdegup tidak menentu ketika menyadari kedua pasang mata biru yang indah itu manatapnya bersamaan, ia merasa seperti diintimidasi, tapi ia menyukainya.
"Aku selalu membuat deduksi dengan semua yang aku lihat, Stephen," Sherlock mengelurkan tangannya pada Tony, "Sherlock Holmes."
Tony mengedipkan matanya beberapa kali, "Tony Stark."
Tony menyerngitkan dahinya, "Holmes?" Benar, nama belakang mereka berbeda.
"Oh, itu cerita yang panjang," gumam Sherlock tak acuh.
Tony mengangkat sebelah alisnya, menatapi Stephen. Menuntut penjelasan dari kekasihnya. Ini benar-benar mengejutkan!
Stephen menyadari tatapan Tony yang menuntut menjelasan, ia menghela nafas panjang sebelum kembali angkat suara, "oke, singkatnya, aku mengganti nama belakang ku karena aku tinggal di Amerika bersama paman Strange, yang aku anggap sebagai ayah keduaku."
"Oh Stephen," si drama queen Sherlock Holmes memasang tampang prihatin, menatap saudara kembarnya, "sepertinya aku sudah menggagalkan rencana malam panas kalian," Sherlock menepuk pundak Stephen.
"Apa?" Stephen tidak menyangka Sherlock akan mengatakan deduksinya.
"Ooo sangat terlihat jelas Stephen, aku tidak bisa menahan mulutku, dan kau tahu aku senang menyombongkan diri." Sherlock menyeringai setelah ia melirik pada Tony yang wajahnya memerah.
"Diam atau aku tendang keluar?"
"Kau tidak bisa, Stephen. Ini demi Inggris!"
"Kalau begitu, aku yang pergi."
"Oke, goodbye Stephen." Sherlock melambaikan tangannya pada Stephen yang mulai kesal.
Detik berikutnya Stephen menyeringai, mengingat percakapannya dengan Sherlock tentang superhero, "Oke, aku pergi, donat dan wine ini untukmu," Stephen memutar posisi duduknya, menghadap Sherlock di sampingnya.
"Omong-omong Sherlock, Tony adalah Iron man," Stephen melipat kedua tangannya.
"Apa?" Tanya Tony bingung. Tiba-tiba namanya disebut dalam perdebatan dua saudara di hadapannya.
"Si drama queen Sherlock Holmes ini tidak percaya kalau superhero itu ada. Dia menjanjikanku 1000 pound sterling untuk setiap satu superhero yang aku tunjukkan," Stephen mengedipkan sebelah matanya pada Tony, mengajaknya bekerja sama.
1000 pound sterling bukanlah jumlah yang sedikit.
"Oh aku ingin mengajaknya ke markas The Avengers," gumam Tony dengan riang, 1000 pound sterling di depan matanya, "Ya, aku Iron man."
"Aku tetap tidak percaya, mereka fiktif, cerita anak-anak," Sherlock tetap pada keyakinannya.
Stephen mengangkat sebelah alisnya, memberi kode pada Tony, "Oh, benarkah?" Tony membuka jaketnya, membuat arc reactornya terlihat.
"Fiktif katamu? Kau akan segera kehilangan 1000 pound sterlingmu, Sherlock," Tony menyentuh arc reactornya, membuat armornya melingkupi tubuhnya secara perlahan.
"I am Iron man. Fiktif, huh? Oh, terimakasih 1000 pound sterlingnya, Sherlock," Tony menyeringai dibalik armornya.
Sherlock memutar bola matanya, "sialan kau Stephen," tawa Stephen pecah melihat wajah tak acuh Sherlock.
"Kirim saja ke rekeningku," Stephen menepuk punggung Sherlock.
"Tidak jauh berbeda dengan Mycroft," gerutu Sherlock.
Stephen mendengarnya, tapi tidak ingin mengindahkannya, "ini untuk mu," Stephen mendekatkan box donat dan botol wine-nya pada Sherlock.
"Jangan merokok, jangan melakukan eksperimen aneh, aku tahu kau membawa peralatanmu di koper. Kami pergi dulu," Stephen berdiri dan meraih tangan Tony yang hanya bisa tersenyum melihat tingkah Sherlock dan Stephen.
"Bye-bye brother dear."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Life Purpose (IronStrange JohnLock)
FanfictionSherlock dan Stephen adalah kembar identik yang terpisah selama puluhan tahun. Untuk mencegah ancaman Moriarty terhadap Inggris dan orang-orang terdekatnya, Sherlock membunuh dirinya sendiri dengan skenario yang dibuat oleh Mycroft. Sherlock diasing...