Wonwoo mengurungkan niatnya untuk makan di kantin siang ini karena suasana yang begitu ramai. Dia agak nggak enak badan, sakit kepala dan khawatir makin pusing kalau terlalu bising.
"Kok balik?" tanya Mingyu yang tiba-tiba muncul di hadapannya sambil makan Chitato Iga Bakar. "Nggak jadi mau makan?"
"Skip aja kayaknya—makan di rumah," jawab Wonwoo. "Nggak enak badan aku, Ming."
"Terus mau balik dan nyetir sendiri?"
Wonwoo mengangguk.
"Orang nekat." Mingyu menyorongkan bungkus makanan ringan ke dalam tangan Wonwoo. "Bawa sini kunci mobilnya. Aku anterin pulang."
"Kamu ada kelas habis ini, kan? Dan aku nggak sakit separah itu sampai nggak bisa nyetir sendiri."
"Udah, nggak usah ngajak aku debat. Kebetulan aku pengen skip kelas juga. Statistik hell, bosan. Ngapain juga anak komunikasi belajar statistika? Mending aku di rumahmu, Bang."
Wonwoo memutar bola matanya sebelum merogoh saku jaket bombernya dan menyerahkan kunci mobil pada Kim Mingyu.
Well, sebenarnya dia juga nggak begitu yakin. Sejak beberapa detik lalu, kepalanya makin pusing dan kayaknya mulai keringat dingin. "Mobilku di parkiran barat. Aku tunggu di depan situ ya."
Mingyu terkekeh. "Bener, kan. Makanya jangan sok kuat. Wajahmu itu udah pucet parah. Duduk aja sana, nanti pingsan kan tengsin sama penggemarmu yang lihat."
"Buruan, pergi." Wonwoo mengibaskan tangannya, mengusir Mingyu sementara dia mencari tempat duduk terdekat. "What the hell is happening. Kenapa juga tiba-tiba nggak enak badan gini. Kayaknya telat makan juga enggak."
_____"Sepi, Bang, rumahnya?" tanya Mingyu sambil mendudukkan dirinya di atas sofa ruang tamu keluarga Jeon. "Jungkook di kampus juga ya?"
"Iya, di kampus. Cheonsa juga." Wonwoo melepas jaketnya dan membaringkan diri di atas sofa yang panjang sambil memejamkan mata—meminimalisir pening. "Mobilmu masih di kampus nanti gimana ngambilnya?"
"Minta tolong Chorim ambil terus jemput ke sini."
Mendengar nama Chorim, mata Wonwoo kembali terbuka. "Dia tuh bisa bawa mobil?"
"Bisa, mobilku aja tapi, soalnya matic. Tapi kalau sendirian dia lebih suka naik motor karena cepet dan nggak ribet atau malah pakai angkutan umum."
"Chorim nggak pegang mobil sendiri?"
"Nggak mau." Mingyu menggeleng. "Katanya, nanti menuh-menuhin garasi rumah karena dia juga bakal jarang pakai. Dari dulu biasa antar jemput aku, abang, atau pacarnya."
"Oh, dia selalu diantar-jemput pacarnya ya?"
"Mantan sih," ujar Mingyu sambil tertawa. "Kan lagi kosong sekarang. Soon, diantar-jemput Jeon Wonwoo, pacar barunya."
"Ck, aku bukan tipikal pacar tukang antar jemput."
"Hm. Iya deh, bukan tipikal pacar tukang antar jemput tapi kemarin mau ya antar jemput ke toko buku pakai mampir makan malem segala? Belum resmi jadi pacar, lagi."
Wonwoo menarik bantal sofa di bawah kepala dan melemparnya tepat ke arah Mingyu. "Berisik."
Mingyu terbahak. "Eh, belum jadi makan kan tadi? Tante masak nggak atau mau delivery?"
"Nggak tahu, belum jadi ngecek ke dapur." Wonwoo menaruh lengan kanan di atas wajahnya, menutupi pandangannya. "Delivery aja di tempat biasa. Aku tidur sebentar, pusing."
"Tidurnya nanti aja, habis makan sama minum obat. Lagian kenapa sih? Kayaknya kemarin nggak ngapa-ngapain, Bang?"
"Nanti bangunin aja kalau makanannya udah dateng. Udah, jangan protes lagi. Ribet," kata Wonwoo sebelum beralih menghadap sofa dan menutup telinganya dengan bantal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eternal Love | Jeon Wonwoo
Fanfiction[Nggak punya jadwal update, mohon bersabar-lol. Ada AU-nya di Twitter] Jeon Wonwoo tipikal cowok setia dan nggak mudah jatuh cinta. Selalu butuh waktu lama baginya untuk bisa menghapus masa lalu dan melirik cewek baru. Sialnya, kali ini dia jatuh...