11. Official!

3.2K 429 57
                                    

"Nanti malam ada acara keluarga nggak, Ming?" tanya Wonwoo yang tengah duduk di depan komputer ruang Komunitas Film, mengedit file. "Aku mau ngajak Chorim keluar."

Mingyu yang baru saja bangun dari tidur singkat merasa salah dengar. Dia mengernyit, sebelum duduk dan mendekati Wonwoo, bergelayut di kursi yang diduduki kakak tingkatnya itu. "Apa? Keluar?"

"Iya, kan besok libur. Ini aku juga udah selesai edit film pendeknya. Mau jalan-jalan, bosen di rumah."

"Biasanya kan jalan sama aku," ujar Mingyu sambil mengerucutkan bibir. "Aku dilupain banget nih karena udah ada Chorim?"

Wonwoo berdecak, kemudian menoleh ke kanan dan menunduk ke bawah untuk menoyor kepala Mingyu. "Kamu sendiri yang bilang kalau besok ada guiding sama anak-anak Pencinta Alam. Makanya, nggak usah kebanyakan organisasi. Pusing sendiri kan jadinya."

"Oh, iya." Mingyu menarik diri dari kursi yang diduduki Wonwoo dan kembali berbaring di atas karpet ruang Komunitas Film, menghela napas panjang. "Nanti malam nggak ada acara keluarga kok. Kayaknya free tuh dia, coba aja ditelepon. Biasanya tiap malem juga teleponan, ngapain deh nanya-nanya segala."

Wonwoo mengerutkan dahi, memutar kursi menatap Mingyu. "Kata siapa tiap malem teleponan?"

"Siapa lagi yang teleponan sama Chorim malem-malem berisik banget kalau bukan kamu, Bang?" Mingyu terkekeh. "Kalau sama temennya yang lain dia nggak pernah ngomongin buku."

"Kok nggak kamu gangguin? Kata Chorim, kamu biasanya main masuk ke kamarnya kalau denger dia berisik?"

"Karena aku tahu kalian lagi teleponan," jawab Mingyu. "Mau digangguin? Ya udah kalau gitu nanti malem—"

"Enggak usah," sela Wonwoo cepat. "Thank you very much, Kim Mingyu."
_____

Wonwoo nggak bercanda soal mau ngajakin Chorim jalan malam ini. Keluar dari basecamp Komunitas Film tadi, Wonwoo langsung menghubungi Chorim—dan untungnya, cewek itu benar-benar free. Jadi, di sinilah Wonwoo sekarang. Ruang tamu keluarga Kim, ngobrol dengan Mingyu sambil menunggu Chorim bersiap.

"Chorim suka ke tempat yang kayak gimana ya?"

"Dia suka ke mana pun," jawab Mingyu sambil mengunyah kacang almond. "Tapi tempat favoritnya itu toko buku."

"Bukan, maksudku tempat makan. Aku laper," kata Wonwoo. "Toko buku ya udah pasti, aku juga tahu."

"Ke Coffeelogy, dia suka. Soalnya dominan pastel," kata Mingyu begitu mengingat pertemuan pertama Wonwoo dan Chorim. "Waktu pertama kalian ketemu, itu dia masih down gitu karena mantan pacarnya. Pas lihat pastel pastel langsung cerah moodnya."

"Yakin karena warna pastel? Bukan karena lihat aku?"

"Dih, jangan kepedean jadi orang. Dipatahin hatinya sama dia baru tahu rasa deh," cibir Mingyu.

Wonwoo tergelak. "Aku nggak tahu, Ming. Tapi kenapa ya, rasanya nyaman aja di deket Chorim. Nggak biasanya gitu lho, bisa secepet ini menyesuaikan diri sama orang baru. Magnetnya dia ampuh banget."

"Magnet?" Mingyu tertawa. "Itu sih pertanda jodoh kalau kataku."

"Aku ya seneng aja lah kalau jodoh sama Chorim. Masalahnya aku masih mikir juga kalau mau punya adik ipar kayak kamu."

Satu kacang almond mendarat di dekat mata kanan Wonwoo, hasil lemparan akurat Kim Mingyu dengan tangan kidalnya.

Untung Kim Chorim muncul sekitar tiga detik kemudian, menghentikan interaksi konyol dua cowok di ruang tamu itu.

"Berangkat sekarang?" tanya Chorim sambil membenahi poninya yang sedikit menutupi mata.

"Iya, sana buruan berangkat. Berisik mulu nih Jeon Wonwoo nanyain—"

Eternal Love | Jeon WonwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang