"Cantik terus nggak bosan ya?" tanya Wonwoo begitu melihat Chorim berjalan mendekati mobilnya sambil merapikan poni. Postur tubuh ceweknya yang cukup jangkung dan rambut pendek kecokelatan membuatnya mudah dikenali di antara mahasiswa lain di area parkir.
"Kamu bosan nggak lihatnya?" Chorim tertawa pelan. Moodnya sedang bagus karena berhasil menyelesaikan kuis mata kuliah Komunikasi Massa dengan nilai sempurna. Dan kini, cowoknya yang terlihat tampan dalam balutan kemeja hijau lemon memujinya cantik. "Kalau bosan–"
"Kalau bosan lihat cantiknya kamu, itu berarti aku nggak mensyukuri nikmat Tuhan," potong Wonwoo cepat. Dia mengulurkan tangan kanannya, yang disambut Chorim dengan sentuhan lembut. "Capek?"
"Nggak." Chorim menggeleng, masih tersenyum lebar. "Kan cuma duduk seharian, nggak ngapa-ngapain kok."
"Justru duduk itu biasanya bikin capek." Wonwoo berjalan memutar, mengitari mobilnya dan membuka kunci dengan remote di tangannya, Chorim masuk sedetik kemudian. "Mau makan dulu?"
"Kamu belum makan?" Chorim balas bertanya sembari memundurkan jok yang diduduki karena terlalu mepet–lututnya nyaris menabrak dasbor. "Kalau belum, ya udah makan dulu aja daripada sakit."
Wonwoo mengangguk, menarik tuas, mulai menginjak pedal gas dan membawa mobilnya keluar dari area parkir kampus Chorim. Sesekali melirik tipis pacarnya yang tengah mengikat rambut. Heran juga, bagaimana bisa satu cewek memancarkan aura imut, cantik, dan seksi dalam waktu bersamaan. Diam-diam dia bersyukur karena hari itu memutuskan untuk datang ke Coffeelogy meskipun agak nggak enak badan.
_____
"Kamu biasanya potong rambut di mana?"
Wonwoo yang baru saja melesakkan kunci mobil ke dalam saku celana langsung menoleh menatap Chorim di samping kanannya–berjalan menuju lift untuk masuk ke dalam mall. "Di mana aja. Nggak punya langganan karena seringnya nunggu diseret Cheonsa buat potong rambut."
"Suka rambut panjang?"
"Enggak." Wonwoo menggeleng. "Paling panjang sampai nutupin mata juga dia udah gemes. Kamu ada saran tempat potong rambut yang bagus? Kalau bisa di dalam sini aja biar nggak keluar lagi."
Chorim tampak berpikir sebentar.
Sejujurnya, di dalam Great Mall ada barbershop bagus yang juga menjadi langganan Kim Mingyu. Masalahnya, pegawai di sana sudah mengingatnya sebagai pacar Choi Seungcheol. Ya, Chorim memang bukan mengantar Mingyu, dia biasanya mengantar Seungcheol setelah Mingyu bilang tempat potong rambut langganannya ada di dalam sini.
"Kok bengong?"
Wonwoo menyenggol Chorim begitu mereka masuk ke dalam lift yang kebetulan kosong–hanya berisi mereka berdua. Setelahnya, dia menekan tombol 3–tempat di mana food court Great Mall terletak dan kembali menatap pacarnya.
"Ada satu, langganan Mingyu. Dia nggak pernah bilang sama kamu?"
"Alfa? Atau Highcut?"
"Highcut," jawab Chorim. "Mau di sana?"
"Menurutmu bagus?"
"Rambut Mingyu selalu bagus tiap habis potong di sana. Tapi, Wonwoo, aku biasanya ke sana sama mantan pacarku. Jadi ... kayaknya mereka bakal–"
"Nanyain mantan pacarmu?"
Chorim mengangguk, sedikit merasa bersalah dengan obrolan ini meski Wonwoo kelihatan baik-baik saja. "Seungcheol juga langganan di sana."
"Kamu keberatan?"
"Bukan aku." Chorim menggeleng. "Tapi kamu. Aku nggak mau kamu ngerasa nggak nyaman kalau mereka tiba-tiba tanya soal Seungcheol."
KAMU SEDANG MEMBACA
Eternal Love | Jeon Wonwoo
Fanfiction[Nggak punya jadwal update, mohon bersabar-lol. Ada AU-nya di Twitter] Jeon Wonwoo tipikal cowok setia dan nggak mudah jatuh cinta. Selalu butuh waktu lama baginya untuk bisa menghapus masa lalu dan melirik cewek baru. Sialnya, kali ini dia jatuh...