1. Rain

50 8 3
                                    

"I don't remember we start something serious. So
don't say end. We have no memories if there's
something between us."

Hari itu langit menjatuhkan airnya tanpa henti, membasahi tiap daerah Apgujeong-dong tanpa melewatkan apa pun. Membuat tiap pejalan kaki melesat menyelamatkan diri dari air atau sekedar berteduh untuk membuka payung dan melanjutkan perjalanan. Sementara itu di dalam cafe, dua orang sedang duduk dengan tatapan serius yang di lontarkan satu sama lain. Dua gelas caramel macchiato di atas meja sama sekali tidak tersentuh tangan, melihat ukiran barista masih terpampang nyata di permukaannya.

"Ulangi sekali lagi perkataanmu."

"Kita selesai di sini. Hubungan kita selesai di sini, Kang Yujin."

Yujin terkekeh. Gadis itu meremat-remat tisu di tangannya, menoleh ke arah luar jendela. Butiran air tampak membasahi dinding kaca cafe. Jujur saja, Yujin merasa tidak ada yang perlu di akhiri di sini. Dia bahkan tak punya ingatan pernah memulai sesuatu dengan lelaki di hadapannya sekarang.

"Memangnya hubungan kita apa, Seokjin ah?"

Kini Yujin kembali memusatkan seluruh atensinya pada Seokjin. Bisa dia lihat sekarang pria itu gagal mempertahankan ekspresinya. Sama saja dengan artinya bahwa dia menyesal.

Sungguh. Apa yang perlu dia sesali?

"Teman, bukan. Sahabat, bukan. Pasangan, juga bukan. Apa arti hubungan kita dua tahun ini?"

Kang Yujin itu orang yang berpendirian teguh dan berkarakter tegas. Semua yang berhubungan dengannya harus jelas statusnya. Namun, dia malah mengesampingkan prinsipnya sendiri dan justru memulai sesuatu yang tidak pasti statusnya.

Seperti sekarang.

Kim Seokjin mengusap wajahnya gusar dan menghembuskan napasnya kasar. Lelaki itu memberanikan diri menatap Yujin tepat di mata.

"Kau gadisku. Selama ini kau kekasihku, Kang Yujin."

Yujin mengerjapkan matanya lembut. "Kekasih katamu?"

"Tentu saja."

"Kekasih mana yang harus selalu mengingatkan pasangan bahwa ada orang yang selalu mencintainya?"

Seokjin terdiam. Kini tidak punya keberanian menatap Yujin sama sekali.

"Kau kira aku sebodoh apa? Semua gadis yang keluar masuk apartemen mu, aku kenal semuanya. Mereka teman-temanku."

Yujin mengepalkan tangan saat merasa tetesan air mata jatuh begitu saja. Tapi, dia tidak menghentikannya. Yujin sangat sangat ingin Seokjin tahu bahwa selama ini dia terluka.

"Yujin ah, itu—"

"Jangan buat alasan apa pun, Kim Seokjin. Kita bahkan tidak punya sesuatu untuk di akhiri."

Seokjin menghela napas panjang. Lelaki itu seolah terlihat sepuluh tahun lebih tua hanya karena percakapan seperti ini.

"Tidak bisakah kita hanya putus seperti pasangan baik-baik?" Tanyanya penuh penekanan di setiap katanya.

"Apa yang perlu kita akhiri?" Yujin mengulang lagi kata-kata itu. "Kumohon, jangan bertingkah seolah kau pernah bilang cinta padaku!"

Seokjin terdiam. Napasnya tercekat dan jantungnya seolah berhenti berdetak mendengar pekikan pelan Kang Yujin barusan. Yujin yang biasanya tegap pada prinsip—percaya bahwa Seokjin mencintainya, Yujin yang biasanya teguh pada pendirian—mempercayai Seokjin, kini berteriak putus asa dan penuh kebencian pada prinsip juga pendiriannya sendiri.

Dan setelah itu, belum sampai Seokjin membalas dengan berbagai alasannya, Kang Yujin berlari keluar cafe tanpa peduli dengan air yang sedang turun deras-derasnya.

←→

476 word.

Love You OrdinarilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang