Saya kacau. Tapi saya cinta kamu. Saya harus apa?
⭐⭐⭐⭐⭐
11 Februari 2017
Ini hari sabtu.
Hari dimana para pasangan akan pergi berduaan untuk sekedar menghabiskan waktu dan melepas rindu bersama kekasihnya setelah 5 hari sibuk dengan aktivitas yang padat.Begitupun aku.
Malam ini Namjun mengajakku pergi keluar. Malam mingguan katanya. Namun kali ini berbeda.Malam ini kami tidak pergi ke sebuah restoran dan kencan seperti biasa, melainkan pergi ke sebuah Vihara untuk menonton acara Cap Go Meh tahunan.
"Hai," aku memasang senyum termanisku, menyapa pemuda yang sedang bersender pada SUV hitam kesayangannya.
Narendra Michello Juniar atau yang biasa ku singkat menjadi Namjun itu menatapku. Memalingkan wajah dari ponsel yang sedaritadi menjadi fokusnya.
"Kita berangkat sekarang?" tanyanya, memasukkan ponsel ke dalam saku.
Aku mengangguk cepat dengan mata berbinar, membuatnya mengusak puncuk kepalaku sambil terkekeh.
Selepas maghrib, kami melesat, menerjang padatnya jalanan Bogor. Tujuan kami adalah Vihara Dhanagun yang terletak di Jalan Surya Kencana. Mengapa ke Vihara Dhanagun? Karena darisanalah arak-arakan akan dimulai.
Namjun memarkirkan mobilnya di sebuah mall di samping Tugu Kujang. Posisinya yang tidak terlalu jauh dari Vihara memungkinkan kami untuk berjalan kaki.
"Maaf ya aku parkir agak jauh. Kita jadi harus jalan kaki," mata tajam itu menatapku. Ada sebersit raut bersalah disana.
Sambil terus mengayunkan tungkai, aku memeluk lengan kanan Namjun. Menyenderkan kepalaku padanya lalu tersenyum. "Asal sama kamu, jalan sampai Bali juga aku sanggup," kataku asal. Namun sepertinya perkataanku barusan sukses mengembalikan senyuman di wajahnya, membuat dimplenya tercetak sangat jelas.
Setelah lima menit berjalan, akhirnya kami sampai di Vihara Dhanagun.
Surya Kencana benar-benar meriah. Dekorasi serba merah serta kelap-kelip lampu semakin menambah keindahan malam ini. Ditambah lagi Namjun yang kini merangkulku seraya tersenyum. Sempurna.Aku menarik pelan lengan priaku ke dalam kerumunan orang-orang yang juga tengah bersiap untuk mengikuti arak-arakan. Ledakan kembang api di udara serta para pedagang kaki lima yang menjual makanan dan pernak-pernik seakan menyambut kami malam ini.
Jujur saja aku sangat sangat saaaaangat bahagia saat ini. Saking bahagianya hingga aku tak henti-hentinya tersenyum sedaritadi. Gigiku sampai kering rasanya.
Kalian tau? Butuh waktu dua jam bagiku untuk memaksanya mengizinkanku ikut arak-arakan ini lewat telepon siang tadi. Takut kecapekan lah, takut kemalaman lah, dan takut-takut lainnya. Tapi, apa yang perlu kutakutkan jika dirinya ada di sampingku?
KAMU SEDANG MEMBACA
Segitiga ▶ [BTS Oneshot(s)] ✔
Short Story[Complete - 7 part] Memiliki cerita di ketiga sisinya. Setiap sudutnya tajam dan menyakitkan. ©bmsnail, 2018