Part 1

2.3K 201 63
                                    

Felicia menyerka keringat yang mulai bercucuran dari keningnya. "Aduh, cepek banget. Mana masih banyak lagi yang belum disiram." ujarnya.

Saat ini dia sedang menjalani hukuman dari panitia ospek, yaitu menyiram seluruh tanaman yang ada di kampus. Gak ke bayangkan kan gimana capeknya Felicia saat ini.

Sedangkan Marcel, dia membersihkan sampah, tapi ya namanya juga Marcel, sikapnya sebelas dua belas sama Marvel. Lelaki itu ogah-ogahan untuk membersihkan sampah.

Flashback On

"Untuk kamu yang cewek, tetap tinggal disini dan ikuti saya." lalu lelaki itu pergi. Sementara Felicia mengekori dari belakang. Setelah lama diperjalanan, akhirnya mereka sampai di halam kampus.

Lelaki itu membalikan posisi, menatap ke arah Felicia. "Tunggu disini, jangan coba-coba untuk kabur." ujar panitia ospek yang belum di ketahui namanya oleh Felicia.

Dia pergi meninggalkan Felicia seorang diri. Lima menit Felicia menunggu, lelaki itu datang dengan membawa gembor atau penyiram tanaman.

"Nih," katanya, sambil menyodor kan gembor itu ke Felicia. "Kamu siram seluruh tanaman yang ada di kampus sebagai bentuk hukuman kamu." lanjutnya, membuat Felicia hampir pingsan.

"Tapi, Kak." ucap Felicia ragu-ragu. Ingin sekali rasanya ia minta keringanan hukumannya.

"Kenapa? Tidak mau? Kalau kamu tidak mau, mending kamu cari kampus yang lain." ujar lelaki itu, membuat Felicia menghela nafasnya pasrah.

Flashback Off

Terik matahari membuat Felicia semakin gerah. Kalau saja ini rumahnya, mungkin dia sudah membuka seragam ospek yang ia kenakan.

Ini dunia atau neraka ya. Panas banget. Batin Felicia.

Dia kembali melanjutkan hukuman nya. Dalam hati, Felicia menyemangati diri sendiri, agar cepat menyelesaikan hukuman ini.

"Feli." gadis itu tersentak kaget. Dia memutar kepala, ke arah sumber suara tersebut.

Felicia menginjak kaki lelaki itu karena kesal. "Awhh." ringis nya, sambil menggoyang-goyangkan satu kakinya ke udara.

"Mangkanya, Mar. Jangan suka nganggetin, untung gue gak ada penyakit jantung." ternyata itu Marcel, memang semenjak Marvel telah pergi dari dunia ini. Marcel selalu saja mencoba mendekati Felicia, entah respon nya baik atau pun tidak.

"Serem amat, neng." canda Marcel, tetapi Felicia lebih memilih untuk menghiraukannya.

Yang ada di otaknya saat ini hanyalah ingin selesai dari hukuman nya. Dan dia bisa istirahat. Ngomong-ngomong Alya juga masuk di kampus ini, tapi Felicia sama sekali melihat batang hidung gadis itu sama sekali.

"Mar," Felicia memulai percakapan.

"Kenapa?"

Felicia menggelengkan kepalanya. "Ngomong aja sih, kenapa tadi manggil gue?" tanya Marcel, yang semakin penasaran.

"Gak kenapa-kenapa. Cuman tes telinga lo doang, kali aja banyak kotoran nya." gadis itu terkekeh, membuat jantung Marcel berdetak tidak karuan.

Sebenarnya, sudah lama Marcel jatuh hati pada gadis yang berada di dekat nya saat ini. Hanya saja Marcel belum siap untuk mengutarakan hatinya.

Apalagi Felicia belum sepenuhnya melupakan kembarannya itu. Bayangan Marvel selalu saja terlintas di benak Felicia, mulai dari senyum indah Marvel, iris matanya yang mencolok, dan hal lain yang berkaitan dengan Marvel.

FeliciaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang