Part 3

998 85 4
                                    

Felicia Pov

Sumpah deh, demi nenek dugong dragon, hari ini gue sial banget. Udah ditabrak, kue berjatuhan dan kali ini harus ketemu sama cowok sialan itu lagi, dan parahnya dia nabrak gue lagi.

Dan yang paling mengesalkan, cowok itu kalo gak salah sih namanya Aldrich, ternyata anak dari tante Maya.

Really? anak Tante Maya? Kok kurang meyakinkan ya? Abisnya tante Maya lemah lembut kek malaikat, lah anaknya, jin aja kalah serem dari dia.

Aku berusaha tetap tersenyum saat Tante Maya menyuruhku untuk berkenalan dengan anak nya yang tak lain adalah Aldrich.

"Feli." ucap gue, sambil mengulurkan tangan

"Aldrich." ucapnya, melengos tidak menerima uluran tanganku. Cih, sombong sekali dia. Dasar cowok nyebelin.

"Nah kan sekarang udah saling kenal. Aldrich kamu temenin Felicia keliling rumah ya, biar makin akrab gitu" ucap Tante Maya

"What??!" Batin gue berteriak.

"Apa-apa an sih, Mi? Ngapain juga aku harus nemenin dia?" kata Aldrich tidak terima.

"Biar kalian saling akrab, daripada kamu gak ada temennya, malah digangguin temen-temen Mami mau?"

"Ada benernya juga saran Mami, tapi kenapa harus sama cewek ini sih." Batin Aldrich.

"Nah iya, biar Feli juga ada temennya, siapa tau kalian jodoh, terus kita jadi besan ya gak, Jeng?" Bunda juga nih, ikut- ikutan segala sih.

Apa-apa an sih ini? Kenapa coba harus setuju, dan apa berjodoh dengan Aldrich?! Mending gue jomblo dari pada sama dia, dih ogah banget.

Sampe tujuh keturunan pun gue gak bakal mau nikah sama cowok dia.

"Ih, Bunda apa-apa an sih pake jodoh- jodohan segala? Kan jodoh udah diatur sama Tuhan." kata gue, sambing mengerucutkan bibir. Dan respon Bunda hanya tersenyum melihat gue 'dasar bunda'.

"Udah-udah, sana kalian jalan-jalan aja. Aldrich kamu jagain Felicia ya." usir Tante Maya kepada kami. Dan mau tidak mau akhirnya gue dan Aldrich pergi meninggalkan Bunda dan Tante Maya.

Gue berjalan lebih dulu meninggalkan Aldrich, ogah banget beriringan jalan sama tuh cowok sombong.

"Woy!" itu seperti suara Aldrich. Ah, bodoamat juga dia manggil siapa gue gak tau.

"Woy! Lo tuli ya?  Gue panggil juga." spontan gue memutar balikan badan, menatap tajam wajah tengilnya.

"Woy,Way,Woy! Gue punya nama kali, lupa lo? Dasar tua!" cibir gue, masih dengan tatapan tajam yang sama.

"Apa kata lo dah." ujarnya.

"Gaje lo!"

"Lo PMS? Sensi amat sama gue, ntar gue beliin kiranti dah banyak-banyak." ejeknya, dengan cengiran kuda yang bikin gue mau lempar cup cake ke mukanya. 

"Noh kan. Biasa aja sih muka lo, gak usah sok di garang-garangin, gak cocok lo jadi Kak Ros."

Gue berjalan mendekat ke arahnya, menatap dia penuh kekesalan. Perlahan-lahan, gue mengambil cup cake yang  jaraknya tidak jauh dari tangan gue.

"Ngapain lo deket-deket gue? Gue tau gue ca—"

H A P!!

Akhirnya, tuh congor dia diem juga, lagian mulutnya lemes banget kek mulut cewe. 

"lho thu yha kholoq mawo nyhuhapin thu bhilang dhong." ujarnya, dengan mulut yang masih penuhi cup cake.

Gue hanya cengengesan menertawakan dia, lucu juga nih mukanya, eh, apa dah gue.

FeliciaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang