Dasar cowok aneh, bukan nya ngebaikin, eh malah balik marah. Batin Felicia menggerutu.
Gadis itu memilih untuk kembali lagi kerumahnya, dengan perasaan kesal yang masih membekas, Felicia berjalan dengan gontai.
"Syalom." ujar Felicia, ketika sudah sampai di depan pintu rumah.
"Lho, kok udah pulang? Cepet banget nganternya." kata Bundanya sambil menghampiri Felicia.
"Bun, maaf ya, cup cake nya jatuh di tengah jalan." ujar Felicia penuh rasa bersalah. Kepalanya sedikit menunduk.
Tangan Rahma mengangkat dagu Felicia sedikit ke atas. "Kok bisa jatuh gitu? Bunda gak marah sama Feli, tapi cerita in dulu gimana cup cake nya bisa jatuh." tanya Bundwnya halus.
Felicia meneguk salivanya berat. Lalu Felicia menceritakan kronologi kejadiannya
Ketika menceritakan itu, emosi Felicia sedikit terpancing. Apalagi saat lelaki itu to the point soal harga yang harus dibayarnya. Tetapi Felicia mencoba untuk mengontrol emosinya, entah kenapa cairan bening itu mengalir di pipi chubby nya.
Bibir Rahma tertarik ke atas, menyunggingkan senyuman manis nya yang terlihat teduh. "Iya, gak kenapa-kenapa, nanti Bunda bilang sama tante Maya soal kejadian itu. Udah, gak usah nangis. Nanti cantiknya anak Bunda hilang."
"Ahh, Bunda mah gitu." kata Felicia, merengek layaknya anak kecil. "Feli bantuin bikin cup cake nya ya? Hitung-hitung nebus kesalahan, Feli." lanjutnya, dengan mimik wajah yang penuh harap.
"Emang bisa?" seperti nya, sang Bunda melupakan sesuatu tentang putri sulungnya.
"Masa Bunda gak inget, dulu kan Feli pernah buatin cup cake untuk Marvel. Meski Aza yang makan ampe habis." ujar Felicia, mengingat kejadian beberapa tahun yang lalu bersama Marvel.
Jadi rindu Marvel nih. Batin Felicia.
Melihat perubahan dari mimik wajah putri sulungnya, Rahma bergegas menarik tangan Felicia menuju dapur.
"Yaudah, ayo!" ucap Bundanya.
***
Malam pun tiba. Sang bulan telah ada di tempatnya bersama para bintang. Danil, Rahma, Felicia, dan Aneira bersiap siap untuk menuju rumah keluarga Ricardo, tetangga baru mereka.
"Feli, udah siap belum?" teriak Bunda dari lantai bawah.
"Iya, Bun. Ini udah selesai, tinggal make sepatu doang." lalu tak lama kemudian Felicia turun dengan gaun yang terpasang indah di tubuh kulit mulusnya.
"Aduh cantiknya anak sulung, Ayah." kata Danil, yang berada di samping Rahma.
"Ah, Ayah. Bisa aja deh." ucap Felicia malu-malu.
"Jelas dong anak nya cantik. Orang Bunda nya juga cantik gini." mendengar ucapan Bundanya, Felicia hanya tersenyum ramah.
"Yaudah, kita berangkat sekarang. Keburu acaranya di mulai." Lalu keluarga lengkap Batchra bergegas pergi ke rumah tetangga barunya.
Tak butuh waktu lama, keluarga Batchra pun telah sampai di kediaman Maya. Mata Felicia menatap bangunan megah di depan matanya.
Wahh, rumahnya besar banget. Batin Felicia.
Tanpa sadar, Felicia melangkah menjauh dari keluarganya. Mengelilingi rumah bak istana megah.
"Hai, May." sapa Bunda Felicia sambil cipika cipiki dengan Maya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Felicia
Teen FictionBagaimana takdir Felicia, ketika ia dipertemukan dengan lelaki yang memiliki sifat dan watak yang hampir sama dengan sang mantan kekasih. Cowok itu adalah Aldrich Cam Ricardo, cassanova kampus yang baru pindah beberapa hari yang lalu, cowok blaster...