11. back

908 90 2
                                    

" everywhere i go, i shall take you, and everywhere you are, i shall be "

.
.
.
.
.


Luhan tidak hentinya menangis melihat kenyataan yang baru saja terjadi, pria yang sudah dua tahun di lihatnya itu sekarang terbaring pucat dan koma di atas ranjang rumah sakit.

Dokter Ryan sedang bicara di luar ruangan tempat Sehun di rawat dengan appa Oh. Sebelumnya appa Sehun tersebut kaget melihat Luhan yang berdiri menangis.

" appa mian " ujar Luhan.

Appa Oh menghampiri Luhan dan mengatakan kalau Sehun kecelakaan saat dia menuju ke kediaman keluarganya.

Luhan tidak berdaya apalagi mendengar semuanya apa yang di katakan appa Oh termasuk soal niat Sehun yang akan menikahinya sebelum dia pergi melanjutkan studynya.

" sehun? " panggil Luhan, pria pucat tersebut diam seperti biasanya dengan ke dua matanya yang tertutup. Selama dua tahun ini tidak ada respon yang di berikan Sehun.

" Luhan? " panggil appa Oh. Luhan menyeka air matanya lalu beralih kepada appa Oh yang duduk di sofa.
" Dr. Ryan memintamu merawat Sehun, dan appa juga berharap kau mau merawat Sehun, jangan pergi darinya lagi Lu, appa bahkan tidak menyangka akan seperti ini jadinya " ujar appa Oh.

" appa maafkan aku, semua ini adalah salahku, seharusnya Tuhan menghukumku bukan Sehun " ujar Luhan lirih.

" jangan salahkan siapapun Lu, sudah takdirnya seperti ini, kau bersabar ya " appa Oh menepuk pelan pundak Luhan.
" sebentar lagi eomma dan Kris akan datang, appa ke ruang dokter, tolong jaga Sehun ne " lanjut appa Oh.

" ne appa " jawab Luhan.

.
.
.
.

Benar situasi sulit bagi siapapun berada dalam kesalah pahaman. Luhan tidak bisa memaafkan dirinya, apalagi melihat kenyataan yang dicintai yang di rindukan sudah begitu lama menutup matanya.

Hari demi hari berlalu, hingga tiga bulan lamanya Luhan merawat Sehun, apalagi yang bisa di lakukan selain berdoa dan berharap.
" selamat pagi Hunnie " sapa Luhan saat masuk ke dalam kamar rawat Sehun.
" sudah jam delapan, bangunlah cepat, mandi lalu kita sarapan bersama, aku membawa makanan kesukaanmu " lanjut Luhan.

Luhan menghela nafasnya,kemudian membuka jendela. Sinar matahari menerpa wajah pucat Sehun, sungguh Luhan berharap hari ini Sehun membuka matanya.

" kau tidak merindukanku Sehun?" tanya Luhan sambil memeriksanya.
" apa kau masih mencintaiku? " bertanya lagi.

Kali ini Luhan membelai surai hitam Sehun yang mulai panjang.
" maafkan aku Sehun, aku menyakitimu terlalu banyak,maafkan aku " air mata Luhan akhirnya jatuh juga, setiap hari dia selalu menangis, memilih memperhatikan Sehun di bandingkan dirinya.

Menjaganya hampir 24 jam, selain itu Luhan juga belajar keras untuk proses wisudanya yang tinggal satu minggu lagi.

Tok tok tok

Luhan cepat-cepat menyeka air matanya.
" masuk " ujar Luhan.
" selamat pagi Dokter Luhan "
" ah..appa rupanya " kata Luhan.

" bagaimana? " tanya Appa Oh.
" masih seperti biasa appa, appa sendirian? " tanya Luhan.
" ani...eomma masih bicara dengan Dokter Ryan, kau menangis Lu " selidik appa Oh.
" ti-tidak appa " jawab Luhan gugup.
" kau tidak pandai berbohong Luhan " jawab Appa Oh.

PROMISE " END "Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang