"Jika mencintaimu adalah hal yang dilarang, maka beri tau aku bagaimana caranya untuk bisa menghapus rasa ini."
Seokjin berjalan di lorong sekolahnya, sebenarnya Ia agak malas menginjakan kaki ke sekolah ini.
"Hey, lihat itu, si jenius sudah datang," bisik seseorang yang tentu saja ditujukan padanya.
Kalau saja bukan karena sekolah ini menyediakan beasiswa untuknya, ia akan dengan senang hati melangkah keluar dari sekolah terkutuk ini. Seokjin tidak akan merasa keberatan untuk bersekolah di sekolah murah yang berada di dekat rumahnya yang kumuh. Bahkan Ia akan merasa senang jika bisa menghindari orang-orang ini, karena...
"Seokjin, aku titip tugasku dong! Nanti malam aku sibuk soalnya," paling sibuk pacaran.
"Seokjin-ah, tugasku yang kemarin sudah belum? Aku sudah dikejar-kejar Jungsoo-saem nih," salah sendiri tidak dikerjakan dari kemarin.
"Seokjin, kau kan temanku, boleh titip satu lagi yaa tugasnya, ya ya ya?" dibilang tidak pun kau akan memaksa.
"Seokjin, tugasku sudah kutaruh di mejamu ya," terserah lah
Dan begitulah keseharian Seokjin sebagai pemegang beasiswa di sekolah ini. Sekolah ini memang sekolah elit, namun kelakuan anak-anak di dalamnya lah yang tidak elit. Mereka semua gemar sekali menambah beban hidup Seokjin yang sudah terlampau berat dengan tugas-tugas sekolah mereka. Saat mengetahui bahwa Seokjin mendapat nilai sempurna di tes masuk sekolah ini, mereka semua mulai menempeli Seokjin dan memanfaatkannya bagaikan lintah. Tentu saja Seokjin tidak bisa serta merta menolak permintaan yang lebih tepat disebut perintah dari anak-anak kaya itu. Prestasi akademiknya memang luar biasa, tetapi kalau mereka sudah mengadu pada orang tua mereka yang notabene sangat berkuasa dan menyebabkan masalah untuk Seokjin, dia bisa apa? Dia tidak lebih dari butiran debu yang terselip di antara tumpukan emas yang berkilau.
Setelah mengiyakan perintah anak-anak itu dan menerima banyak sekali buku tugas di kedua tangannya, Ia pun berjalan pasrah menuju kelasnya. Ia meletakan tumpukan buku itu di sebuah tas jinjing yang telah ia sediakan dari rumah.
"Hai Jinnie," sapaan akrab itu diucapkan oleh Lee Jaehwan, teman sekelasnya yang sudah lama menyukainya. Berkali-kali Jaehwan menyatakan rasa sukanya pada Seokjin, tetapi selalu ditolak. Tetapi bagaikan angin lalu, semua tolakan itu diabaikan Jaehwan dan dia tetap setia mendekati Seokjin entah kenapa. Mungkin hal itu disebabkan oleh parasnya yang cantik dan manis, tetapi sebagai pria Ia tetaplah tampan.
Seokjin mengangguk singkat sembil memijit tangannya yang pegal karena membawa buku tugas yang berat. Jaehwan menggeleng dramatis saat melihat tumpukan buku yang berjejer rapi di dalam tas jinjing Seokjin.
"Ckckckck, kau ini tidak lelah apa? Kalau kau mau aku bisa melindungimu dari lintah-lintah itu, makanya jadi pacarku ya!" ucap Jaehwan dengan senyuman lebar.
"Tidak Jaehwan, aku tidak apa-apa, ini juga membantu proses belajarku," ucap Seokjin dengan senyum miris seraya menatap susunan buku yang tebalnya mencapai 15cm, lalu menghela napas pelan. Jaehwan cemberut, Ia bukan tipe anak kaya yang suka memperbudak murid yang miskin. Ia merasa kasihan pada Seokjin yang tiap hari mendapat tugas-tugas tambahan dari anak-anak yang lain. Jaehwan kerap kali membantu Seokjin dengan melarang anak-anak itu memanfaatkan Seokjin lebih jauh, tetapi Seokjin yang takut membuat masalah untuk Jaehwan pun membiarkan anak-anak itu bertindak sesuka mereka. Ia tidak mau teman satu-satunya menderita sepertinya.
Saat jam istirahat tiba, Seokjin melahap bekalnya yang ia bawa dari rumah. Di saat murid-murid lain sedang asik bercengkrama dan menghabiskan waktu istirahat mereka di kantin sekolah yang lebih pantas disebut resto bintang lima dengan hidangan mewah dan berkelas, Seokjin sudah sangat puas dengan bekal rumahannya. Ia yang cuma bermodalan beasiswa tidak akan pernah bisa mencicipi semua kemewahan itu, Bahkan uang saku yang diberikan ibunya untuk dua minggu pun hanya cukup untuk membeli satu porsi main course di kantin sekolahnya, itu pun yang paling murah. Jadi dia harus bangun pagi-pagi untuk menyiapkan bekalnya sendiri, karena Ia tidak mau mengganggu ibunya. Ibunya hanya penjahit baju yang tidak memiliki penghasilan tetap, sedangkan ayahnya bekerja ke luar kota sebagai buruh di sebuah proyek pembangunan. Sebuah keberuntungan ia bisa mendapat beasiswa di sekolah mahal ini. Jadi sebisa mungkin Ia menekan seluruh emosinya dan bertahan di antara situasi ini, demi orang tuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Sorry, Mr Genius (Discontinued)
RomanceBerkisah tentang penyesalan dua orang pemuda yang saling mencintai. Penyesalan Kim Namjoon karena melukai orang yang dia cintai. Serta penyesalan Kim Seokjin karena telah mencintai dan percaya pada seorang Kim Namjoon. Bersatukah mereka? Inilah kisa...