Bentuk hadiah?

14 2 0
                                    

Di malam itu selepas senja mengikhlaskan diri, membiarkan malam menguasai hari. Selepas pukul 6 malam, kudapati sesuatu darimu yang kau berikan tepat ketika kau datang, dari buah waktu tungguku pada hari yang sepertinya akan berjalan merdeka, terlepas dari lamunan bayangku akan bayangmu.

Aku buka satu persatu lapisan yang menyelimuti bentuk nyatanya, pada penghujung lapisan, kudapati bentuknya menawan, memikat hati, dan sungguh kali ini hati ku tidak lagi dan tidak bukan bersuara dalam sepi terharu dalam rasa bahagia.

" Bunga? "

Kudapati sepucuk lembaran berwarna putih polos bergaris berurutan, pada sisi sisinya, terasa ringan dilayangkan diudara. Tidak terdapat isi apapun pada sisi polos lembaran itu. Kucoba balikan, kutemukan sesuatu disana, bahasa tintamu menyatu bersama lembaran polos bergaris menyerukan makna

" Bentuk indahnya sama seperti dirimu, bunga. "

Mataku terpejam, menikmati suaramu melalui bahasa tulisan tintamu, yang kubawa ringan tepat pada dimana detak itu berasal, detak yang selalu dan akan membuatmu hidup, sama seperti detak ini yang akan selalu hidup untukmu, karena detakku adalah arti rasa ku yang selalu hidup untukmu.

Sekali lagi kugenggam dan kupeluk erat. Denyut jantungku menyatu bersama pelukan lembaran haru menyeru ruang biru malam itu.

Dalam sunyi nya malam, terbukalah mataku dibawah langit gelap berbintang malam itu, aku seolah sedang berpandang pandangan denganmu, dari satu diantara bintang bercahaya didepan mataku. Tenang. Terbaring dan terpejam. Aku berharap malam ini akan kumimpikan dirimu sekali lagi, jika boleh aku serakah, ijinkan aku memimpikanmu seterusnya dalam pejaman tidurku. Cukup aku dahulu. Yang memimpikanmu dan merindumu. Kau? Segeralah menyusulku.

---------------------------------------------------
---------------------------

Kejadian selanjutnya, bisa kau bayangkan bukan?

Semua berjalan mengalir indahnya, musim penuh dengan bunga, cahaya matahari, hembusan angin yang membawa arus cerita sebegitu menawan, kutemukan dirimu dari berbagai tempat aku berada.

Menyisir alasan alasan bagi diriku untuk berpisah denganmu, seakan musim dan dunia sedang tidak mengijinkan hal yang sama terjadi.

Hingga bertahan adalah satu pilihan terbaik bagi kita untuk tetap hidup. Hidup dalam suatu ikatan. Saling merasakan rasa yang sama.

Bukankah itu indah?

**

Hingga pada akhir musim panas kala itu, tertanda suatu panggilan angan yang datang entah dari ujung mana, kali ini impian dari cita citanya membawa serta dirinya pergi, menyisakan satu alasan rasa untuk ia letakan sejenak kehadirannya, ia pikir itu akan berlangsung sementara, yang tidak memakan waktu lama.

Mengenai cita citanya aku mengetahuinya, hingga kepergiannya pun aku mengetahuinya. Namun berbeda dengan rasa miliknya, ia tidak mengatakan apapun, bahkan sepatah kata pun tidak.


Impiannya terlalu berat untuk dipikul bersamaan alasan lain yang membutuhkan ruang pikul baru pada pundaknya, ruangnya sudah cukup sesak barangkali, tidak sanggup menampung ruang rasa miliknya begitupun juga rasa milikku, ini yang utama.

Sebab ia letakan sisa ruang yang begitu besar pada diriku, berat memikul ruang sebesar ini sendirian, ruang ini tidak sempat ia bawa, kereta melaju begitu cepatnya, lalu aku seperti datang terlambat menaiki nya. Dan aku tertinggal pada ruang tunggu tempatku biasa melamunkan bayangmu. Lagi.

Kali ini, sudah lengkap dengan sisa sisa peninggalannya. Lebih berat. Seperti tidak dibalas. Diacuhkan tanpa dihargai kehadirannya.

" Lebih baik untuk tidak berusaha mengetahui apapun, ketimbang kau tahu kini semua tidak menyangkut namamu untuk diikutsertakan dalam bagian mimpinya. "

Detik itu, waktu berhenti, memutar dari titik nol baru. Ternyata aku salah tentang waktu yang akan berputar dari titik nol, yang tidak lain adalah ketika dan hanya saat saat denganmu. Ketika tidak denganmu kini, pergantian waktu itu sungguh teramat terasa, putaran denting jarumnya pun seperti sedang kau telan hidup hidup, menyeret seluruh rongga dalam mu, untuk ikut berputar bersamanya. Tersendat sendat kesakitan.

Tidak ada lagi yang menarikmu keluar dari sana, menyelamatkan mu dari magnet waktu, atau bahkan untuk sekedar membuatmu lupa bahwa waktu sedang memutari kisahku dengan dirinya dengan paksa, sungguh terasa mengiris kedua bahuku. Tanpa kata ampun. Waktu menghukumku, keserakahanku menghentikan waktu saat itu adalah suatu yang entah untuk disalahkan adanya atau untuk aku rasakan perbedaannya kini.

Kini penyelamat itu sedang terdampar entah dimana, terjatuh, pada titik terjauh. Lalu hilang ingatan.

Angin terlalu kencang membawa rentetan kisah indah itu dari kepalanya,
kemudian urutan benang sisa kisah lalu sedang digantung pada cabang pepohonan yang tingginya tidak sanggup dijangkau lagi, jangan kan menjangkau, menemukannya pun sudah tidak sanggup. Penglihatannya kabur, enggan untuknya melanjutkan pencarian. Ia terus berjalan. Barangkali kini ia sudah berlari dalam hening duniaku.

Ini adalah paket hadiah yang sempurna!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 12, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Alur Sajak Pada Bulan JuliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang