ADYLAN#2

60 5 3
                                    

Adel dan Dylan sampai di sekolah 5 menit sebelum bel pelajaran pertama dimulai. Adel bernafas lega karena dia tidak jadi terlambat. Tentu saja itu karena kebaikan Dylan yang mau memberikannya tumpangan. Tapi bukankah sesama teman harus saling menolong? Jadi, menurut Adel, Dylan memang harus memberikannya tumpangan karena itulah gunanya teman.

Dylan turun dari motornya dan melepaskan helmnya kemudian di taruh di atas motornya. Dylan mengerutkan keningnya melihat Adel tidak mengucapkan apapun padanya, padahal dia sudah berbaik hati membiarkan Adel berangkat bersamanya. Jangankan mengucapkan Terimakasih melirik Dylan setelah sampai pun tidak. Dan sekarang lihat, Adel sudah nyelonong duluan berjalan ke arah lapangan. Dasar cewek gak tau di untung.

"Tu anak dibuat dari apa sih? Bukannya bilang terimakasih malah nyelonong duluan. Cihh tau gini gak usah gue bawa tadi, berat iya gue bonceng dia. Gue heran, padahal badannya gak berisi-berisi banget tapi kok dia berat ya? Apa dia kebanyakan dosa? " Dylan terus saja mengomel melihat kelakuan Adel. Tanpa sadar dia jadi berbicara sendiri saat ini.

"Ckckck Dra dia temen lo bukan? " Tanya Hiro pada Andra. Mereka berdua adalah sahabat Dylan sejak SD, ya bisa ditebaklah sedekat apa mereka. Entah sejak kapan Andra dan Hiro berada di samping Dylan.

"Bukanlah! Temen gue waras semua, mana punya gue temen yang suka ngomong sendiri. "Jawab Andra dengan mantap.

"Apaan sih lo berdua. Ngomong nih sama pantat gue. " Dylan memilih berjalan meninggalkan kedua sahabatnya yang kini menatap bingung kepergian Dylan.

"Lah kita di tinggal. "Ucap Andra.

"Yang sabar ya Dra, gue tau ditinggal pas lagi sayang-sayangnya itu sakit. Apalagi kalau sebelumnya kita udah ngasih kuota 10gb, coklat dan boneka sama si doi. Tapi inilah kehidupan Dra, lo harus siap sama kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi nanti oke. Yaudah kalau gitu gue duluan yah Dra, mau nyusul kutilnya kadal. Dan inget apa kata gue tetap sabar dan berdoa. Strong dude, ok! ". Setelah mengucapkan itu semua Hiro pun pergi meninggalkan Andra yang kini melongo mendengar perkataan Hiro. Sejak kapan Hiro menjadi bijak seperti itu? Andra yakin Hiro pasti kebanyakan membaca quotes galau.

Andra menggeleng-gelengkan kepalanya sabil mengelus dadanya perlahan. Dia tidak habis fikir kenapa kedua sahabatnya tidak ada yang waras sedikit? Sedikit saja?

"Perasaan hidup gue gak se miris itu kok. Lebih parah dari itu sih sebenernya. "Ucap Andra pada dirinya sendiri. Andra menghembuskan nafas pelan menyadari bahwa perjalanan kisah cintanya selalu berkahir dengan di tinggalkan, di php-in, paling parah Andra juga pernah di selingkuhin. Sangat mengenaskan.

"Sabar Dra, orang ganteng sabar pahalanya lebih gede. Aminn." Andrapun bergegas pergi menyusul kedua sahabatnya yang kini mungkin sudah sampai di lapangan.

***

Adel melirik ke kanan dan ke kiri. Dia sekarang sedang kebingungan mencari kedua sahabatnya yang entah dimana keberadaannya. Karena jujur Adel belum kenal siapa-siapa di SMA barunya ini. Perhatian Adel terhenti pada dua orang gadis yang sedang berduduk santai di bawah pohon sambil sesekali tersenyum malu-malu ke arah kakak kelas yang kebetulan lewat.

"Jijik banget sih mereka. Ganjen dasar. "Adel berjalan mendekati kedua gadis itu.

"Hallo para sahabat-sahabatku yang paling syanteekk se syantek yang nyanyi lagu syanteek ah kalian taukan istri sahnya iqbal? Kalian lagi ngapain duduk di bawah pohon gini? Bertransformasi jadi penunggu pohon? Gantiin kuntilanak yang lagi pulang kampung ya? "Tanya Adel sinis. Irene dan Nessy hanya tersenyum tanpa dosa mendengar perkataan Adel barusan.

"Ehhh adeknya mimi peri baru dateng. Enak tau Del duduk di sini adem, apalagi sambil liatin Kakak kelas yang ganteng-ganteng. Nikmat mana lagi yang engkau dustakan. "Jawab Irene yang di beri acungan jempol oleh Nessy.

AdylanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang