Bab 4

48 1 0
                                    

Bisakah matahari berhenti bersinar?

#######################

Author's POV

Erik membuka mata kecilnya.
Terik langsung menusuk ke dalam iris.
Seolah ingin membutakan mata yang juga merasa sakit.
Perlahan jemari menyapu wajah yang penuh dengan lebam.

Mendesis...

Seketika saat jemari mungil itu menyapu permukaan wajahnya.
Bau darah menyeruak saat tubuh mulai tegak.
Liur merah yang tak henti mengalir.
Menambah perih dari tubuh yang sudah remuk.

Erik.

######################

Citra berlari...
Dibawah terik yang tak henti menyengat kulit.
Matanya nanar mencari ke setiap sudut tanah lapang.

Erik.

#####################

Erik menyeret kakinya.
Lelah.
Perih.
Sakit.
Luka.

Semua hal adalah baru.
Dari sebuah rasa yang lama.

Cuihh...

Erik meludahkan dua buah giginya.

Seberapa keras tinju melayang??

Seberapa jauh manusia membenci??

#####################

"Erikk!!!!!"

Terengah...
Citra berlari menuju anak laki-laki kurus yang membungkuk.
Menahan sakit yang bagai menumbuk.

Remuk.
Tubuh Erik bagai tak kuasa menahan lara.

"Kamu.... Gak pa-pa??"

Erik ingin menggeleng.
Mencoba kuat dihadapan anak perempuan yang ia kagumi.

Tapi sayang air mata meluncur jauh lebih cepat.

Menangis.
Dan gerimis membasuh luka Erik.
Tapi tak pernah berhasil menghapus laranya.

######################

Citra mencoba menjadi pahlawan.
Untuk Erik yang sebatang kara.

Tapi bukankah hidup penuh kepalsuan??

"Kenapa kamu nyuri,Rik?? Itu gak baik..."

"Terus... Kalau aku gak nyuri. Apa ada orang yang mau beliin nenek obat??"

"Kan aku bilang tunggu... Aku lagi bujuk papa aku buat bantu nenek kamu..."

"Tunggu?? Sampe kapan?? Sampe nenek mati??!!"

Suara meninggi.
Tapi tangis mengalir lebih deras.
Erik bukan marah.
Erik terluka.

Citra diam.
Citra tak bisa jadi pahlawan

######################

Pusara basah.
Bukan air mata.
Tapi gerimis yang mengiring nenek ke tempat terakhirnya.
Dan Erik bersembunyi dari cahaya yang mencoba menerobos mendung.

"Rik..."

Suara Citra hanya gaung yang lamat-lamat tertangkap daun telinga.

Erik mengubur wajahnya dalam kasarnya telapak tangan.

"Maaf..."

Apakah Citra bersalah??

Tapi maaf memang untuk mereka yang salah.

ketika senja bertemu malamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang