Asap mengepul...
Bagai gumpalan awan yang menutup terik surya.Nindy terduduk di tepian batas awan.
Kakinya mengayun.Tergantung.
Jauh... Dari bumi yang selalu terinjak.
Terinjak oleh langkah manusia egois.Manusia serakah.
Manusia bodoh.
Yang hanya ingin bahagia.
Tanpa tahu apa itu kebahagiaan.Nindy hisap kuat-kuat puntung kecil yang hampir melukai jari.
Asap kembali mengepul.
Putih,bersih.
Walaupun berasal dari benda yang kotor dan penuh racun.
Nindy melempar puntung yang memanas di sela jari.
Mendongak...
Nindy menerawang langit biru.
Putih awan berbaris.
Menutupi terik,silih berganti.
Pikiran pun melayang,
Jauh... melebihi awan.Nindy mengusap perut ratanya.
Sudah seminggu Erik menghilang.
Sudah seminggu pula suara Seno mengganggu telinganya.Dan lapar...
Menyerang sistem cerna.
Mungkin lapar juga yang membuat rindu di dada.
Nindy rindu Erik.
Tapi Erik adalah malam.
Gelap.
Sepi.
Dingin.
#######################
Seno menyusuri lorong.
Menuju kelas yang menyembunyikan kekaguman.Kagum??
Rasa kagum yang selalu membuatnya resah.
Apa hanya kagum??
Kagum yang membuat sulit untuk terpejam ketika malam.
Apa yang kau kagumi??
Gadis yang tak bisa menulis namanya.
Yang tak mau menundukan kepalanya.
Gadis yang membencinya.
Seno mengaguminya.
Apa itu kagum??
#####################
Citra terbangun.
Peluh membasahi kening.
Nafas memburu.
Matanya nanar melihat sekeliling.Mimpi adalah bunga tidur.
Tapi tak ada bunga dalam mimpi Citra.
Yang ada...Hanya api.
Dan Erik.
####################
Erik berjalan.
Gontai.
Kakinya seperti enggan menapak.
Bumi bagai berputar.
Tertelan ke dalam satu pusaran.
Pusaran kehidupan....
Lusuh.
Kumuh.
Bau.
Erik mengoceh tak karuan.
Mencoba melukai diri.
Demi sepi yang tak mau pergi.Erik sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
ketika senja bertemu malam
Teen Fictionketika gelap bertemu dengan temaram cahaya yang menghangatkan. tapi gelap adalah serakah. yang butuh lebih dari sekedar temaram untuk menuntun jalannya.