05 [Sebuah Alasan]

332 2 0
                                    

Hari ini cafe belum seramai biasanya. Padahal jam sudah menunjukkan pukul 16.00. Pesanan di bar pun tidak sebanyak biasanya.

"Hai Bell, nice to see you today."

"Ngapain lo disini?", tanya Bella kepada Jack.

"I told you last day Bella, aku akan kembali hari ini. Lagi pula aku lihat kamu tidak sibuk seperti hari kemaren kan?", ucap Jack.

"Jack, gue udah bilang kalo gue gak punya waktu banyak untuk ngeladenin lo. Dan kalaupun gue punya banyak waktu, gue gak akan pernah ngeluangin waktu gue buat lo!", gertak Bella.

"Pergi Jack! Jangan ganggu gue lagi!", lanjut Bella.

"Tapi aku.."

"Kalau dia bilang pergi, berarti pergi. Jangan ganggu orang yang gak mau diganggu.", sahut Demian memotong pembicaraan Jack.

"Demian?", ucap Bella kaget.

"Kau siapa? Gak usah ikut campur dalam urusan kami.", jawab Jack.

"Pergi Jack. Kita tidak ada urusan apapun.", sahut Bella tegas.

"Kau sudah mendengar ucapannya bukan? Apa kau tipe laki-laki tidak tahu malu yang tetap mengganggu perempuan walaupun telah ditolak berkali-kali?", lanjut Demian.

"Kau... Lihat saja, kau akan menyesal berurusan dengan ku!", ujar Jack sambil menunjuk Demian dan pergi dari cafe.

"Lalu lo untuk apa masih di sini?", ucap Bella tak lama setelah Jack keluar.

"Aku menunggumu.", jawab Demian.

"Nunggu gue? Ada urusan apa lagi? Bukannya urusan kita udah selesai di ruangan lo tadi Pak Dosen?", tanya Bella.

"Kamu lupa dengan hukumanmu Bella? Lalu apa pantas kau berbicara "lo - gue" dengan dosenmu?", balas Demian sambil tersenyum.

"Pertama, gue lagi kerja jadi tolong jangan ganggu gue. Kedua, kita lagi gak di kampus jadi gue gak perlu bersikap sopan sama lo. Ketiga, hukuman gue belom berlaku sekarang dan gak akan berlaku selama kita gak ada di daerah kampus.", jawab Bella sambil menatap sebal Demian.

"Pertama, aku tidak mengganggumu tapi aku sedang menunggumu Bella. Kedua, aku rasa tidak etis kalau kamu hanya bersikap sopan saat di kelas, karena bagaimanapun nilai mu di bawah pengaruhku. Lalu ketiga, kita tidak memiliki kesepakatan apapun. Kau menemaniku dimanapun Bells, tidak peduli itu di kampus, di luar kampus atau dimanapun. Lagipula ini bukan kesepakatan tapi hukuman bukan?", ujar Demian sambil menaikkan alisnya.

"Sh*t. Baiklah sesuka lo aja! Tapi jangan ganggu gue sekarang!", bentak Bella kesal.

Ia benar-benar tak habis pikir. Untuk apa Demian mengganggu waktunya seperti ini? Apa Demian sebal dengannya karena ia menatap tajam dirinya semalam?

"Ok, gue tunggu di sana.", ujar Demian sambil menunjuk arah kursi yang kosong di cafe.

Oh, hari yang menyebalkan.

Bella tidak menanggapi ucapan Demian dan melanjutkan pekerjaannya yang tertunda.

"Bell, Demian sedang apa di sini?" tanya Lara sambil mengambil minum.

"Nunggu gue.", jawab Bella malas.

"Kalian ada urusan?"

"Gue dapet hukuman darinya, Lar.", balas Bella.

"Oh ya? Apa hukumannya?", tanya Lara lagi.

"Menemaninya selama sebulan penuh, Lar." jawab Bella lemas.

Jawaban Bella membuat Lara tersedak air minumnya sendiri. Lara tak habis pikir, hukuman macam apa itu?

"Apa lo udah tanya, apa alasan dia kasih lo hukuman gak logis kaya gitu?", tanya Lara.

"Hm, gue bahkan udah protes. Tapi dia bilang, gimanapun nilai gue di bawah kuasa dia. Gue gak mau dapet C apalagi D di mata kuliah dia, Lar.", jawab Bella makin lemas.

"Waduh, kalo udah urusan nilai sih gue gak bisa bantu banyak Bell. Hm, dia ada feel sama lo ya?", ujar Lara.

"Seriously? Ada feel sama gue?", jawab Bella sambil memutar bola matanya.

"Loh, menurut lo aja deh ya. Dia punya bisnis yang gue yakin untungnya cukup buat 7 turunan, ngapain tiba-tiba jadi dosen pengganti coba? Terus dia kasih lo hukuman yang gak masuk akal kaya gitu? Ya gue akuin sih dia emang ganteng. Literally, emang hot man banget. Cuma lo harus hati-hati ya. Gimana pun dia bukan orang baik-baik yang punya banyak musuh. Kita juga gak tau maksud dia apa kasih lo hukuman kaya gitu. Take care and stay safe ya.", ucap Lara sambil memandang Bella kasihan.

"Tenang, Lar. Lo lupa gue siapa?", ujar Bella sambil tersenyum.

"Hahahaha oke deh Princessa. Waktu kerja lo udah abis kan? Lagian cafe gak serame kemaren dan pesanan bar lagi sepi. Gue bisa gantiin lo sampe Dante dateng. Gih sana.", balas Lara.

"Oke deh syay!", ujar Bella sambil melepas apron dan mengambil tas.

"Hati-hati Bell!", ucap Lara.

"Iya, Lar. Thankyou.", balas Bella sambil berjalan menghampiri Demian.

"Udah selesai?", tanya Demian saat Bella menghampirinya.

"Udah."

"Yaudah, ayo ikut aku.", ujar Demian sambil menggandeng tangannya.

Bella hanya terdiam dan membeku karena kaget Demian menggandeng tangannya.

Tak lama Demian dan Bella pergi, Dante datang dengan helmnya.

"Loh, Bella udah pulang?"

"Iya, dia ada urusan.", ujar Lara menyahuti Dante.

"Oh yaudah. Lo bisa urus customer aja. Biar bar gue yang handle.", balas Dante sambil memakai apronnya.

"Oke, gue ke depan ya, udah mulai banyak customer nih.", sahut Lara sambil berjalan keluar dari bar.

"Iya sana, semangat Lar!", ucap Dante sambil tersenyum.

"Makasih, Dante.", balas Lara sambil tersipu malu.

Ah, bukankah Lara terlalu mudah tersipu untuk kalimat sesepele itu?

To Be Continued
- 25 Juli 2018 -

Sebuah AlasanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang