part 36 ( Plan )

2.2K 190 12
                                    

SELAMAT MEMBACA

***

Jiya masih tertidur dengan pulas, beralaskan lipatan tangannya dan juga matanya sembab. Jiya tertidur tepat di sebelah hyunwoo, menangisi namja itu semalaman. Park jimin juga masih tertidur di sofa, namja itu sangt kelelahan karena kejadian tadi malam, ditambah dengan dia tertidur sangat lambat karena menenangkan jiya dan juga menenangkan dirinya sendiri.

Hyunwoo membuka matanya. namja itu tersenyum lirih, berdecih karena melihat ruangan putih yang langsung bisa ia tebak sebagai salah satu dari ruangan rumah sakit. Hyunwoo ingin menggerakkan tubuhnya yang terasa remuk, tapi seorang yeoja yang sedang tertidur dengan lelap, matanya terlihat membengkak, mungkin dia baru saja sudah menangis.

Hyunwoo melakukannya lagi, dia menyakiti keluarganya sekali lagi. Dia melakukannya lagi, memberikan luka pada hyung dan juga adik kembarnya. Hyunwoo tidak bisa membohongi perasannya, melihat jiya dan jimin berada didekatnya membuatnya merasakan tenang dan juga bahagia. Kepalanya seidkit berdenyut, sepertinya akibat dari serangan yang diterimanya tadi malam

karena pergerakan yang dilakukan hyunwoo dikepalanya, jiya terbangun dengan matanya yang menyipit, matanya masih bengkak karena menangis. Jiya mengumpulkan kesadarannya, menatap hyunwoo yang baru saja bangun dengan tatapan berkaca-kaca.

"maaf, aku membangunkanmu!" ucap hyunwoo dengan suara lemahnya.

Jiya menggeleng dengan cepat "tidak, kau tidak melakukan apapun yang salah. ini sudah terang, seharusnya aku bangun sejak pagi. Tunggu sebentar!" jiya baru saja ingin beranjak pergi dari saja, dia harus memanggil dokter untuk memeriksa keadaan hyunwoo.

Hyunwoo menahan tangan jiya. Sebentar saja, hyunwoo hanya berharap untuk sebentar saja, dia hanya ingin bersama dengan keluarganya sebentar lagi. Kalau dia sembuh dengan cepat, maka dia juga kaan berpisah dengan keluarganya dengan cepat. Hyunwoo bersyukur karena yang mendapatkan luka adalah dirinya, dan juga karena jimin dan jiya akan merasa berhutang budi padanya, mereka pasti akan merawatnya sampai sembuh. Hyunwoo akan memanfaatkan waktunya yang mungkin hanya beberapa hari untuk berpuas diri menghabiskan waktu bersama kedua saudaranya.

"jangan pergi, kumohon!" pinta hyunwoo dengan tatapan memelas.

jiya tersenyum lemah, mengalihkan pandangannya pada jimin yang sedang tertidur "aku tida ingin membangunkan oppa, dia sangat lelah dan juga baru saja memberikan darahnya untukmu. Biarkan dia tidur sebentar lagi, aku akan panggilkan dokter dan membangunkannya setelahnya!" jiya tersenyum dan menyingkirkan tangan hyunwoo dari pergelangan yangannya dengan lembut, dia tidak ingin menyakiti hyunwoo sedikit saja.

hyunwoo akhirnya membiarkan jiya pergi untuk memanggil dokter, menyisakan dirinya dan jimin diruangan tersebut. hyunwoo menatap jimin, namja itu sudah menyumbangkan darahnya untuk hyunwoo, hyunwoo harus berterimakasih padanya.

"terimakasih, park jimin-ssi!"

Tidak, hyunwoo belum berani untuk memanggil jimin degan panggilan hyung. Hyunwoo merasa takut dan juga merasa tidak pantas untuk memanggil jimin dengan sebutan hyung, bagaimanapun juga hyunwoo sudah mati dikeluarga mereka, yang tertinggal hanya bayangannya saja.

Lima menit kemudian jiya kembali bersama seorang dokter yang semalam menangani hyunwoo. Setelah beberapa menit dokter tersebut melakukan pemeriksaan terhadap hyunwoo, dokter tersebut beranjak pergi bersama dengan seorang suster yang membantunya.

"aku pergi sebentar untuk membersihkan diriku, jungkook akan langsung mengantarkan pakaian dan kebutuhan kita keruanganku nanti!" jimin dengan wajah lelahnya beranjak pergi, meninggalkan jiya dan juga hyunwoo diruangan itu.

Setelah jimin pergi dari sana, kedua orang tersebut jatuh dalam keheningan. Jiya merapikan selimut hyunwoo yang bersandar pada tempat tidur rumah sakit yang sudah sedikit ditinggikan. Hyunwoo tidak tau harus berkata apa pada jiya sampai akhirnya namja itu mengeluarkan suara untuk memecah keheningan.

Destiny of LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang