"Terkadang takdir itu misterius. Ia akan mengantarkanmu ke jalan dimana rentetan hal menakjubkan berada di dalamnya."
-Ashifa Caera-
-----
Ashilla POV
Senin pagi.
Hari yang paling menyebalkan diantara hari-hari lainnya. Hari dimana aku harus datang lebih awal karena harus piket kelas terlebih dahulu. Hari dimana aku harus berdiri berjam-jam di bawah terik matahari untuk mendengarkan amanat upacara dari pak Faiz -guru sejarahku- yang panjang amanatnya mengalahkan kampanye presiden. Ditambah lagi dengan ocehan para cacing kepanasan disekelilingku karena bedaknya luntur tersapu sinar matahari. Panas. Gerah. Membosankan."Oleh karena itu, kita harus mengisi kemerdekaan dengan-" pria berbadan agak kekar dengan rambut ikal yang disisir ke samping itu tetap semangat melanjutkan amanatnya. Sedangkan siswi-siswi di belakangku mulai melontarkan berbagai rutukan kecil terhadap beliau.
"Kapan sih kelarnya?" aku yang juga mulai malas mendengar ceramahnya sedikit berbisik kepada Fani, salah satu teman sekelasku.
"Gue juga ga tahan. Panas."
Ia mengibaskan topinya kesana kemari sebagai alternatif pengganti kipas angin. Untung saja kami berada pada barisan tengah sehingga kami dapat berbicara walaupun hanya sekedar berbisik. "Btw, lo tau kalo ada 2 murid pindahan?""Siapa?"
"Entahlah, gue gak sengaja ketemu dia tadi. Kata Bu Mery salah satu dari mereka bakal masuk kelas kita."
Aku hanya mengangguk-angguk kecil pertanda merespon ucapannya lalu kembali memerhatikan Pak Faiz dari kejauhan.
*****
Nama saya Airyn Alvira. Saya pindahan dari SMA Hijau Cempaka. Salam kenal.
Keadaan kelas yang hening berubah menjadi riuh. Para siswa playboy cap badak yang duduk di pojok bagian belakang mulai menjalankan aksinya. Mereka menggoda siswi baru itu dengan berbagai macam cara. Ada yang bersiul, meminta nomor handphone, bahkan merayu dengan rayuan gombal yang mereka cari di mbah Goo*le pagi tadi.
Memang sejak upacara usai, sudah banyak yang mengetahui tentang gosip 2 siswa baru yang akan pindah ke sekolah ini. Kebetulan salah satu dari mereka masuk ke kelas kami. Kelas XI Mipa 3. Beberapa dari mereka termasuk Fani juga sudah melihat wajahnya yang "katanya" cantik.
Setelah ia memperkenalkan dirinya, aku tidak memungkiri bahwa ia memang cantik. Tubuhnya yang body goals, kedua iris coklat pekat, bulu mata lentik, rambut coklat kehitaman, dan hidung yang tak diragukan lagi kemancungannya, semuanya cocok menjadikan ia sebagai kriteria cewek idaman siswa SMA Internasional Cladrine.
"Vira, silahkan duduk di pojok kanan bangku bagian depan," Bu Lani yang tak lain adalah wali kelasku menunjuk ke bangku yang sedang kududuki.
"Maaf Bu, tapi bagaimana dengan Kayla?" Aku agak keberatan dengan keputusan singkat Bu Lani. Bukan ingin melawan guru atau semacamnya. Namun bukankah akan tidak nyaman jika harus duduk dengan orang lain sedangkan sahabatmu sendiri sedang berbaring di rumah sakit?
"Bukankah kamu sudah duduk dengan Kayla sejak kelas 10? Berbaur dengan yang lain, Shila. Jangan hanya berteman dengannya."
Aku sedikit terperangah mendengar ucapan beliau. "Bukan begitu, Bu. Tapi-"
Bu Lani yang tak ambil pusing mendengar aku yang masih saja tak terima dengan keputusannya sedikit menegaskan ucapannya. "Ini sudah keputusan saya. Tidak ada yang boleh merubahnya. Jika Kayla masuk sekolah, ia akan duduk dengan Claretta."
Bu Lani langsung mengambil beberapa spidol berniat memulai pelajaran dan tampak enggan mendengar alasanku lagi. Memang jumlah siswa di kelasku berjumlah ganjil sehingga hanya Claretta yang duduk sendiri.
"Ashilla, kan?" Vira yang sudah tiba di mantan kursi Kayla mengulurkan tangannya padaku.
Aku mengangguk singkat sembari menyambut uluran tangan dari siswi baru itu."Istirahat nanti, antarkan aku mengelilingi sekolah ini, ya? Soalnya aku masih tak mengingat betul seluruh tempat di sekolah ini."
Ashilla hanya mengangguk singkat dengan pandangan yang sangat sulit diartikan.
*****
"Sekolah ini lebih besar dari yang aku duga," Vira dengan antusias menyusuri koridor demi koridor. Banyak siswa yang memerhatikannya. Namun ia sama sekali tak risih menjadi pusat perhatian. Ia dengan santainya berjalan beriringan dengan mereka sembari memperkenalkan dirinya yang masih berstatus sebagai murid baru.
Aku hanya memerhatikannya dari kejauhan. Mereka terlihat tertawa ringan akibat lelucon yang dibuat oleh Vira. Tiba- tiba ia menoleh ke arahku. "Sini Shil, gabung!"
"Gue tunggu di kantin aja," aku mendesah pelan, mencoba menetralkan ekspresiku dan perlahan meninggalkan mereka yang asyik bercengkrama.
"Shilaaa.. Tunggu!"
Vira berlari kecil mencoba menyejajarkan posisinya denganku.Aku sedikit menoleh ke arahnya. "Cepetan, gue laper,"
"Kamu jalan cepet banget!" Ia mengatur nafasnya yang tak beraturan. Bulir keringat membasahi pelipisnya, namun tak membuat kecantikan gadis itu berkurang sedikitpun.
"Btw, makasih udah memperkenalkan sekolah ini ke aku."
"Ngomongnya pake gue lo aja, biar nggak kaku."
"Oke," Vira meneguk es teh yang telah ia pesan tanpa sisa. "Kenapa lo nggak mau gabung, tadi?"
Bukan urusan lo kali.
"Ya, nggak mau aja," jawabku tak acuh sembari melanjutkan menyantap bakso yang sudah mengantre untuk dimakan.
"Gue tahu lo dipaksa Bu Lani buat nganter gue keliling sekolah ini. Tapi makasih ya lo-"
"Dari tadi makasih terus, capek dengernya."
Vira terkekeh ringan, "Lo sih, jutek."
"Udah dari sananya."
"Lo tahu nggak, sebenarnya gue berasumsi bakal susah berteman di lingkungan baru. Ternyata ekspetasi gue salah. Gue suka suasana di sini. Mereka semua baik dan ramah sama gue."
Aku tersenyum hambar mendengar penuturannya.
Jangan terlalu bahagia, Vira.
Kau masih tak tahu apa-apa tentang sekolah ini.
SMA Internasional Cladrine
*****
Gimana?
Love this story or not?
Suka nggak suka, happy reading guys!Vote dan comment kalian sangat berarti. 🍃
KAMU SEDANG MEMBACA
Phylopobic Love (Slow Update)
Novela JuvenilKau tahu salah satu hal yang kubenci? Kepura-puraan. -Ashilla Caera- Kau tahu sifat yang paling kubenci? Keputusasaan. -Daniel Alvaro- ____ Adakalanya kita memiliki memori yang menyakitkan. Sangat menyakitkan hin...