Keisha berangkat menuju sekolah barunya dengan diantar Ayahnya, dikarenakan Keisha belum bisa naik motor sendiri. Sesampai disekolah Keisha disambut oleh Deva, “Pagi Kei.” ujarnya dengan senyum yang sangat manis.
“Dih lo sakit? Pagi-pagi udah senyum-senyum gitu,” ujar Keisha yang bergidik ngeri melihat tingkah Deva. Akhirnya mereka berdua berjalan beriringan menuju kelas.
Jam menunjukkan pukul tujuh, akhirnya bel pun berbunyi. Seluruh murid baru berhamburan menuju kelasnya masing-masing untuk melaksanakan MOS di hari pertama ini. Para OSIS pun satu persatu memasuki kelas, termasuk kelas Keisha.
“Selamat pagi adik-adik, apa kabar semua?” Ujar salah satu kaka OSIS yang menyapa seluruh murid yang berada di kelas Keisha, “ini adalah hari pertama kalian mengikuti MOS, harus tetap semangat yang sampai hari ketiga ya.”
“Oke adik-adik sebelum kita melanjutkan kegiatan berikutnya. Sekarang kita akan menentukan ketua kelas dan wakilnya ya,” kata Kak Mita dengan mengambil spidol dan menuliskan di papan, “siapa disini yang mau mencalonkan sebagai ketua kelas?
Hening.
“Kok diem sih? Gak ada yang mau nih jadi ketua sama wakil? Kalo gitu biar gak ngulur waktu saya tunjuk aja ya.” Ucap kak Rendi dengan melihat kearah seluruh siswa, “Oh ya itu adik yang cowo yang tinggi.” Ujarnya dengan menunjuk lelaki bertubuh tegap yang duduk di meja paling belakang, tepatnya ia adalah Bian.
“Loh saya kak?” ucap Bian dengan wajah kebingungan.
Nama Bian pun tertera di dalam daftar calon ketua kelas gugus Saturnus, “Oke selanjutnya siapa ya? Oh itu adik yang duduk di meja nomer dua sebelah kanan.” Tepat sasaran, itu ialah meja yang Keisha duduki saat ini.
Keisha tampak kebingungan, dan menoleh kekanan dan kekiri dia memastikan apakah dirinya yang ditunjuk, “Saya kak?” tanya Keisha dengan ekspresi terkejut. Masalahnya Keisha tidak pernah ditunjuk sebagai ketua atau wakil sekalipun itu hanyalah kandidat dan belum tentu terpilih, karena harus melalui pemungutan suara terlebih dahulu.
Akhirnya sudah terpilih empat kandidat ketua kelas yang ada tertera di papan tulis berwarna putih, yang selanjutnya dilakukan ialah pemungutan suara oleh seluruh anggota kelas tersebut. Setelah dihitung, akhirnya Bian lah yang terpilih menjadi ketua kelas.
Udah ganteng, jadi ketua kelas pula, batin Keisha.
Setelah pemilihan selesai acara selanjutnya ialah penyampaian materi, seluruh murid baru berkumpul menjadi satu diruangan aula sekolah dengan didampingi masing-masing kakak OSIS.
“Eh Key, untung bukan lo yang jadi ketua kelas, kalo lo yang jadi yang ada nih kuping anak kelas bisa-bisa konslet semua pendengarannya gara-gara suara lo yang super cempreng.” Celetuk Deva yang dihadiahi jitakan oleh Keisha, “sinting ya lo, sakit njir.”
“Mampus, mamam tuh.” Keisha berjalan dengan medahului Deva, “Aduh, Apa sih.” Spontan Keisha terkejut karena dia tengah menabrak punggung seseorang.
“Keisha?” Terlihat ekspresi Bian yang bingung melihat Keisha mengadu kesakitan. Sedangkan Keisha terus menggerutu lantaran sesuatu yang baru saja menabraknya.
“Bian? Duh maaf, gue ga sengaja nabrak lo.”
“Lo gak apa-apa, Kei? Yang mana yang sakit?” Bukannya menjawab Keisha malah menatap Bian.
“Keisha?” Bian melambaikan tangannya di depan wajah Keisha.
“Ha? Gak kok gak apa-apa gak ada yang sakit hehe.” Terlihat Keisha salah tingkah karena sikap Bian yang seperti ini.
Duh, baper hati adek, Bang.
~
Saat ini, seluruh siswa telah berkumpul di dalam aula untuk menerima materi. Keisha memperhatikan materi dengan seksama. Menulis hal-hal yang menurutnya penting, karena mendapatkan tugas dari OSIS untuk membuat ringkasan materi yang disampaikan oleh pemateri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fall With You
Teen FictionKeisha hanya ingin mengutarakan perasaannya yang selama 3 tahun belakangan ia pendam, ia hanya ingin Bian tahu jika selama ini perasaannya masih tetap sama sejak awal mengenalnya. Kadang Keisha berpikir mengapa dia susah untuk berhenti berharap kep...