Heejin mungkin akan terus terlelap kalau ibunya tidak menggedor-gedor pintu kamarnya agar segera berangkat sekolah.
"Oh iya bonekanya." Heejin pun menjejalkan boneka itu ke dalam tasnya dan segera turun ke ruang keluarga.
Di bawah sudah ada adik laki-lakinya yang dengan sabar menunggu sarapan di meja makan. Ibunya yang masih sibuk memasak pun melihat heejin yang sedang memakai sepatu di depan pintu lalu meneriakinya, "ayo sarapan dulu!"
Heejin menoleh lalu menggeleng, "gak, nanti aku telat. Dadah bu, dek!"
Ibunya mengomel pada dirinya sendiri, "anak itu kapan sih bisa bangun pagi?"
Heejin berjalan dengan tergesa-gesa. Dia memutuskan untuk naik bus saja, walaupun jarak dari rumah ke sekolahnya lumayan dekat. Bisa dibilang untuk menghemat waktu.
Sesampainya di halte, bus yang akan dia naiki sudah menunggu. Bus itu sudah mulai penuh karena banyak orang yang akan pergi untuk beraktivitas. Tapi heejin tidak bisa menyiakan-nyiakan kesempatan ini daripada terlambat masuk sekolah.
Untungnya saat dirinya masuk, heejin melihat ada satu tempat kosong di belakang. Heejin pun cepat-cepat menempati tempat itu.
Baru saja heejin duduk, ia mendengar suara memanggil dirinta dari dalam tasnya. Heejin membuka tasnya dan mengeluarkan boneka itu.
"Kenapa?" Tanya heejin.
"Kalau lo telat dan lo diberi dua pilihan, naik taxi atau bus?" Tanya orang itu. Heejin bisa mendengar nafas orang itu yang naik turun, mungkin karena berlari.
"Gue akan naik bus karena gue gak punya cukup uang untuk naik taxi. Tapi kalau haltenya jauh, gue terpaksa naik taxi." Jawab heejin.
"Oke."
Tepat sebelum pintu bus menutup, terlihat seorang murid laki-laki masuk dengan tergesa-gesa. Laki-laki itu langsung mencari tempat duduk.
Ternyata ada tempat duduk kosong di depan heejin. Laki-laki itu mendekatinya dan pada saat itu pandangan mereka bertemu. Heejin mengenalnya karena dia sering melihatnya di kelas. Dia adalah teman sekelasnya sendiri.
"Loh, gue gak nyangka bakal ketemu lo disini!"
Heejin mengangguk pelan, "biasanya lo kan naik sepeda motor."
"Ya karena sepeda motor gue lagi di bengkel." Jawab hyunjin.
"Gue tadi hampir aja telat dan gue bingung enaknya naik taxi atau bus. Tapi, naik bus aja lah lebih murah." Lanjut hyujin.
Heejin memikirkan kata hyunjin barusan. Itu seperti perkataan yang ditanyakan oleh teddy bearnya. Apa sebenarnya hyunjin lah orangnya?
"Heejin?"
Heejin terbuyarkan dari lamunannya, "eh iya, kenapa?"
"Enggak, tiba-tiba lo langsung diem aja gitu." Jawab hyunjin.
Heejin sekilas menangkap pandangan hyunjin yang melihat ke arah bonekanya. Heejin cepat-cepat memasukkan boneka itu ke dalam tasnya. Lalu heejin mencoba mencari topik pembicaraan.
"Eh, bagi lo wajar gak orang ngasih hadiah misalnya boneka gitu, terus ternyata di boneka itu ada penyadap suaranya?"
Hyunjin berpikir sejenak, "ya kalau untuk hadiah biasa sih gak wajar lah. Tapi, kalau untuk kepentingan menyelidiki sesuatu itu wajar-wajar aja bagi gue. Kenapa? Oh gue tau, lo mau ngasih boneka itu pake penyadap suara?"
"Enggak gue cuma tanya aja dan boneka ini gue nemu diloker. Mau gue kasihin ke yang lain karena mungkin aja salah naruh."
"Gak mungkin salah lah, kan di tiap loker ada namanya. Simpen aja deh itu, orang udah ngasih hadiah kok dibuang." Ucap hyunjin lalu membalikkan badan menghadap ke depan.
KAMU SEDANG MEMBACA
zero: TEDDY BEAR | j. heejin + 00's boys
Fanfiction[DISCONTINUED] Dimana seorang gadis melewati masa terberatnya dengan bantuan sebuah suara dari boneka teddy bear miliknya.