Prolog

166 26 31
                                    


"Nak, mau Ayah ceritakan sebuah kisah?" Tanya Hendra pada gadis kecilnya yang duduk menemaninya membaca buku pada meja kayu usang yang suram. Anak kecil itu mengangguk, melihat Ayahnya, menahan mata setengah kantuk.

"Apa Ayah?"

"Kisah tentang seorang bayi yang dibuang ke dibawah pohon karena sebuah ramalan." Ujar Ayahnya menjelaskan dengan lembut. Gadis kecil itu terus menatap Ayahnya menunggu penjelasan lebih lanjut, tangannya sudah berpindah menggenggam tangan Ayahnya yang lebih baik ketimbang lampu teplok di atas meja.

"Ceritakan padaku Ayah tentang kisah itu, Aku ingin mendengarnya." Seru gadis kecil itu dengan antusias. Sang Ayah tersenyum, mengelus rambut putrinya dengan wajah hangat dan tenang.

"Dulu, sebelum kamu lahir, pada sebuah negara yang asing, ada seorang bayi lelaki tampan yang dibuang oleh orang tuanya ke hutan karena adanya ramalan yang datang pada keluarga itu denga tiba-tiba. Nenek tua yang tidak pernah penduduk kenal mendatangi sebuah rumah dan meramalkan bayi yang baru lahir itu akan membuat kekacauan ketika dewasa. Penduduk kampung akan musnah satu persatu, terutama anak gadis yang masih belia. Selang beberapa lama ramalan itu mulai terbukti, bahkan ketika bayi itu belum tumbuh besar kampung itu mulai terkena berbagai musibah, satu persatu anak gadis menghilang secara misterius di hutan dan tidak pernah kembali, persis seperti yang diramalkan si peramal."

Gadis itu masih menatap Ayahnya dengan tertarik hingga Sang Ayah melanjutkan. "Si Ibu dan Suaminya mendapat tekanan dari warga untuk meninggalkan desa atau jalan satu-satunya membunuh bayinya sendiri jika tidak ingin di usir oleh mereka. Si Ibu dan Bapak bersikeras tidak ingin membunuh anak mereka dan bertahan menerima cacian warga hingga peramal itu muncul kembali dan memberikan petuahnya. Bahwa jika anak itu hidup jauh dari rumah maka keluarga dan warga desa akan selamat dan semuanya akan kembali ke sedia kala."

"Lalu bayi itu nasibnya gimana Ayah?" Gadis kecil itu mengambil pulpen milik Ayahnya supaya fokus Ayahnya hanya padanya, dia ingin mendengar lebih banyak.

"Setelah peramal itu menghilang akhirnya sang Ibu dan Sang Ayah terpaksa membuang bayi mereka di bawah pohon maple tak berdaun. Saat itu musim dingin dan bayi itu dibungkus disana dengan kain hangat, berharap ada seorang yang berbaik hati merawat bayi mereka hingga dewasa."

"Lalu gimana lagi? Dia mati karena kedinginan?" Timpal Gadis itu lagi. Sang Ayah tersenyum, namun gurat tua mulai terlihat di wajahnya yang hampir kepala empat.

"Bayi itu hidup. Seperti doa Ibu dan bapaknya, seorang keluarga kerajaan benar-benar mengambilnya hari itu ketika menjelang malam dan memutuskan merawatnya dengan istrinya yang mempunyai putra tampan yang hampir sebaya. Mereka menjadikan bayi itu saudara dari pangeran yang akan mewarisi Tahta."

"Berarti bayi itu menjadi pangeran juga dong Ayah?"

"Benar, dia menjadi pangeran dan tumbuh dengan baik disana. Mungkin ketika dewasa juga bisa menjadi setampan saudara satu asuhnya."

Gadis itu tersenyum, mulai berhalusinasi.

"Jika aku kesana bisakah aku menikah dengan salah satu pangeran tampan itu Ayah? Andaikan aku seorang putri pasti kisahku akan mirip seperti di komik. Bisa saja gadis Ayah yang paling cantik ini di jodohkan dengan pangeran tampan itu."

Ayahnya tersenyum, hampir tertawa melihat ekspresi awang-awang milik Putrinya. Dia berkata. "Kamu memang seorang putri sayang. Putri yang ditakdirkan untuk seorang pangeran."

"Benarkah Ayah? Tapi seorang putri tidak tinggal di gubuk Ayah!" Kata gadis itu ngambek. Ayahnya membelai rambut putrinya dengan lembut, berusaha menyisipkan kehangatan disana.

"Teruslah bermimpi putriku, Mimpi akan membuatmu terbang dan menggapai langit."

"Kalau begitu aku harus banyak tidur Ayah untuk bisa bermimpi." Gadis itu melepaskan tangan Ayahnya dan masuk dalam selimut, menggulung tubuhnya hingga batas kepala. Sang Ayah hanya menatap anaknya dengan senyuman dan sendu sekaligus hingga anak itu benar-benar terlelap.

Sang Anak hanya tidak tau alasan kenapa Ayahnya menceritakan kisah itu padanya.

Mr.X, Love and MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang