Part: 8

72 6 1
                                    


Wajahnya tiba-tiba saja menjadi seperti biasa, meskipun aneh karena tatapannya bersinar menatapku. Yah, setidaknya dia menjadi lebih lembut sekarang ketimbang kemaren-kemaren_yang bahkan memandang es lebih baik ketimbang memandang wajahnya.

"Kita kelantai 3, aku yakin buku itu tersimpan disalah satu kamar dari lantai-lantai ini."

Aku mendengus karena dia tidak menjawab pertanyaanku dan membiarkanku menerka-nerka sendiri. Kakiku setengah berlari dan berjalan sejajar dengan Daniel yang hampir mencapai pintu seberang. Pintu besar 2 kenop yang berkarat. Membuat Daniel mengerahkan seluruh tenaga ketika membukanya.

"Ini terkunci," Ucapnya, dia menunduk menatap lantai dengan mawas, mencari sesuatu. Aku mengikuti arah pandangnya, namun mataku menangkap sesuatu di jendela. Pohon beringin tua dan bayangan sekali melintas.

Aku menggeleng, menyegarkan pikiran.

"Biasanya jika di sebuah film atau drama, jika pintu yang terkunci dan tersembunyi menandakan sesuatu yang berharga tersimpan di dalamnya dan kuncinya juga tidak akan diletakkan secara sembarangan."

Daniel menghentikan langkahnya, memberikan tatapan dingin. "Ini bukan drama, dan kita bukan lagi syuting."

Geraman kecil hampir keluar dari mulutku jika tidak mengingat bahwa aku bisa saja pulang dalam keadaan pincang jika memicu emosinya.

"Maksudku, kamu tidak akan menemukan kuncinya jika terus-terusan mencari dengan cara seperti itu."

"Lalu aku harus mencarinya di bajumu?" Dia tertawa dan beberapa menit kemudian tanganku sudah menampar wajahnya hingga menimbulkan rona merah disana_Jika itu memang terjadi dan bukan hayalanku semata.

"Benar, dia tersembunyi di mulut kotormu itu," Balasku tanpa menatapnya. Entah kenapa dia membuatku kesal tiba-tiba. Wajahnya persis seperti wajah pria mesum! Aku menyipitkan mata.

Daniel hanya menatapku sekilas dengan senyum tersembunyinya. Dia kembali ke lemari tadi dan membongkarnya ulang. Sesuatu tersembul dalam kain bahan beledu merah, membalut kotak kayu berukir naga dan harimau bertengkar, persis seperti gambar pada koin ditanganku.

"Ini dia kuncinya," Seru Daniel dengan wajah ceria. Tangannya mengambil kunci dalam kotak dan menampakkannya padaku dengan angkuh. "Nah, lihatkan kunci ini tersembunyi persis di dalam bajumu." Dia mengolok-olokku.

Ya ampun dia benar-benar gila!

Wajahnya psikopatnya masih menertawaiku bahkan ketika kunci itu berhasil di masukkan ke lubang pintu dan senyumnya berhenti.

Aku tidak tau alasan wajahnya berubah, tidak ada yang aneh, hanya potret keluarga besar dan sebuah gaun putih bercampur merah muda seperti yang kupakai terakhir kali di rumahnya, ketika Arka mengatakan bahwa aku cukup cantik dengan gaun itu.

Pertanyaannya, kenapa baju itu ada disini?

Aku berpikir tanpa melihat Daniel mendekat ke photo besar di dinding ruang. Membersihkan debu pada kacanya dengan rapuh. Ada satu keluarga besar yang terdiri dari 2 putra dan satu putri. Di sisi kanan sang Ayah ada pemuda tinggi dengan rambut hitam seperti tinta, lalu disampingnya cowok yang lebih sedikit pendek dengan kulit pucat yang sama milik Arka. Dari pertama lihat semua bisa menebak bahwa itu Daniel dan Arka kecil. Tapi gadis kecil yang berada disamping Arka apa itu Adiknya? Sang Putri yang dibicarakan Arka terakhir kali?Pemilik gaun putih itu.

"Ini adikmu?" Aku bertanya padanya. Dia terdiam agak lama sebelum mengangguk tanpa mengeluarkan suara sepatah katapun. Tengkukku mendingin, dari sini aku tidak bisa melihat warna langit karena tidak ada jendela sama sekali. Ruangan ini seperti jantung gedung, berada di tengah dan tersembunyi, juga gelap. Namun meskipun begitu aku masih bisa melihat dengan jelas photo dan gaun itu yang tersimpan dengan anggun pada tubuh patung disampingnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 01, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mr.X, Love and MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang