Chapter 2 [Telah Direvisi]

90K 3.9K 84
                                    

Sepertinya, Rena tidak punya pilihan lagi. Satu-satunya ekskul yang diminatinya memang cuma basket, karena Adrian juga ikut ekskul basket. Tapi, sekarang Rena nggak bingung-bingung amat. Karena kabarnya sih, sudah ada ekskul fotografi di sekolahnya yang baru dibuka tahun ini. Kemarin, Raka juga sudah menyarankannya, bukan? Jadi Rena pikir tidak masalah.

Lagian kan, Rena punya kamera yang selalu dibawanya ke mana-mana itu. Jadi, Rena nggak perlu ribet-ribet pake kamera sekolah bergantian dengan teman-temannya. Ia juga bisa meminjamkan kameranya kepada teman-temannya.

"Rena!"

Rena tersentak saat mendengar panggilan dari arah luar kelas, di sana berdiri orang yang baru diketahuinya sejak kemarin adalah orang yang paling iseng di dunia yaitu Eli. Eli berdiri dengan seseorang yang nggak lain dan nggak bukan adalah Adrian.

Mata Rena sontak membulat, ia pun dengan langkah lebar menghampiri Eli.

"Ada apaan sih, Li?" tanya Rena, ia memelototi Eli.

Kenapa Eli sampai membawa Adrian ke kelasnya? Untuk apa? Pasti karena kemarin Eli meminjam kameranya, dan ia menemukan banyak foto Adrian di sana.

"Ini nih, yang fotonya ada di kamera lo kan? Kemaren gue liat, di kamera lo banyak banget foto dia. Kebetulan, gue kenal dan namanya Adrian! Kita tetanggaan." ucap Eli, sambil menahan tawanya dengan susah payah.

"Eli! Apa--"

"Ini sebenernya ada apaan sih Li? Lo nyusahin gue aja," ucap Adrian, yang memotong pertanyaan Rena. Ia juga bertanya-tanya sejak tadi saat Eli mengatakan bahwa ada anak perempuan di kelasnya yang menyukainya.

Karena Eli kebetulan adalah tetangganya, jadi Adrian tahu pasti kelakuan iseng Eli dan kebohongannya. Maka dari itu, Adrian tidak percaya padanya. Eli juga dikenal sebagai tukang gosip. Kalian pasti tidak percaya kalau tahu terkadang Eli nimbrung ibu-ibu yang lagi beli sayur buat ngegosip kalo hari minggu pagi.

"Ini loh yan, di kameranya kemaren gue liat foto lo banyak banget. Iya! Cuma foto lo, nggak ada yang lain. Ya yang lain paling cuman foto-foto pohonan nggak jelas," ucap Eli lagi.

"Eh enggak kok! Ngapain juga emangnya gue fotoin lo sih? Gue aja nggak kenal lo, Eli ngarang." kata Rena, ia segera mencoba melarikan diri dan berjalan ke arah lab biologi yang kini sepertinya sedang sepi.

"Untung aja, Eli gak periksain kamera gue! Kalo ketangkep basah, bisa mati berdiri gue! Aww."

Rena meringis saat ia merasakan punggungnya menabrak seseorang yang ada di belakangnya, dan saat ia menoleh, terdapat Raka yang sedang memandangnya dengan senyum menyebalkan.

"Ck!" Rena berdecak sebal, saat melihat Raka lagi.

Kenapa sih, dari semua siswa di SMA Adhi Bangsa, Rena harus bertemu Raka lagi? Dan kenapa pula Raka selalu berada di sekitarnya?

"Udah cari ekskul yang lain? Yang cocok buat lo, Rena?" tanya Raka, ia melipat kedua tangannya di dada.

Gaya Raka yang terkadang sok cool itu membuat Rena muak. Sambil menatap Raka sinis, Rena menyahutinya. "Bukan urusan kakak, udah dibilang jelas-jelas kan dua hari yang lalu?"

Raka tersenyum, "Fotografi, ya kan?" tanyanya.

"Ya." jawab Rena terpaksa.

"Lo kenapa sih, kalo ketemu gue kayanya bawaannya kesel banget gitu?" tanya Raka, ia tersenyum geli.

"Kakak itu, suka banget nyampurin urusan saya! Makanya saya nggak suka!" jawab Rena kesal.

"Oh gitu ya, boleh liat kamera lo?"

MGS [4] PhotographTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang