Tepat pukul 06.50 hujan pun mulai reda. Aku bangkit dan langsung pamit berangkat ke sekolah. Karena hujannya masih agak gerimis aku pake payung yang kupinjam dari tanteku. Dengan penuh semangat aku melangkahkan kaki menuju sekolah. Maklum murid baru, di sekolah baru dengan pakaian putih abu - abu yaitu seragam sekolah yang menandakan bahwa aku sekarang sudah mulai beranjak remaja. Aku yang kemarin masih dianggap anak - anak sekarang sudah tumbuh menjadi gadis remaja yang siap mengukir masa indah dan bahagiaku. Karena dimasa ini setiap kehidupan manusia akan melalui satu fase yang di sebut "panca roba" yaitu satu masa dimana manusia akan mengenal apa yang di sebut dengan "cinta".
Dengan sedikit tergesa - gesa aku terus berjalan menuju sekolah. Aku menyusuri jalan setapak yang sudah rabbat baton. Ini jalan pintas menuju sekolahku jalan yang memang sudah disiapkan pemerintah untuk memudahkan anak - anak sekolah sepertiku agar lebih dekat aksesnya ke sekolah. Benar saja, kalau lewat jalan ini jarak dari rumah kesekolah jadi sangat dekat. Hanya di tempuh dengan waktu kurang lebih 15 menit jalan kaki aku sudah sampai di sekolah. Tapi kalau lewat jalan utamanya agak melingkar dan pastinya sangat jauh.
Setibanya aku di sekolah, sepertinya sekolah masih agak sepi.
"Kirain aku datang terlambat, eh taunya aku yang datang lebih awal." Kataku ngomel sendiri.
Aku melepaskan pandangan ke sekitar. Ku lihat di depan kelas ada meja dan kursi. Aku buru - buru kesana dan duduk disana. Hujan pun berangsur reda. Terlihat teman - teman yang lain pun mulai ramai berdatangan. Aku masih duduk sambil mengamati suasana sekitar yang nampak indah pasca hujan. Matahari pun mulai berani mengintip bumi namun hawanya masih terasa sejuk karena hujan barusan reda. Sejenak ku memandangi tetesan air menari - nari di atas rerumputan yang nampak berkilau di terpa cahaya matahari pagi. Kemudian aku membuka tasku dan merogohkan tanganku kedalam tas mengambil buku komik yang kupinjam dari sepupuku kemarin.
"Sambil nunggu acara sekolah dimulai, mending aku baca komik dulu akh. Dari pada bengong....!" Pikirku.
Entah berapa lama aku tenggelam dalam alur cerita komik yang kubaca. Saking seriusnya sampai - sampai aku tak menyadari kalau ada seseorang yang datang menghampiriku.
"Assalamu alaikum dek, peserta mos kan? Sapanya dengan ramah. Dia adalah kakak kelasku sekaligus menjadi kakak pembina dalam kegiatan mos tahun ini. Dia adalah salah satu anggota OSIS. Itu kutahu saat diperkenalkan oleh bapak wakil kepala sekolah bersama teman - temannya yang lain diawal kegiatan mos lima hari yang lalu. Walaupun dia salah satu dari tim pembina mos tapi dia tidak sejail kakak - kakak yang lain. Dia tidak suka usil. Pokoknya, swear dech...! Menurutku dia itu sangatlah berbeda. Dia sopan, ramah dan juga sangat tampan. Senyumnya sangat menawan. Dan parahnya lagi, si do'i bisa bikin aku klepek - klepek meeen... sumpah...!
"Hey, kamu peserta mos kan?" kembali ia bertanya saat aku hanya bengong saja menatapnya. Suaranya yang lembut mengalun indah di telingaku. Menggetarkan relung hatiku. Pesonanya telah mampu merebut singgasana hati dalam jiwaku. Aku seperti terhipnotis dibuatnya.
"Kamu peserta mos kan?" ulangnya lagi sambil menatapku dangan wajahnya yang penuh arti. Aku masih belum dapat melepaskan tatapanku yang terhanyut dalam rasaku. Aku masih sibuk menikmati getaran - gataran indah yang bergejolak indah dalam jiwaku. Sementara diapun masih terus menatapku dengan sejuta tanya ibarat seseorang sedang menghiba mengharapkan jawab dariku. Dan lagi - lagi ulahnya itu membuatku semakin grogi saja.
"i..iya kak!" Aku refleks berdiri sambil membungkuk persis orang jepang yang bertegur sapa. Bisa di bayangkan saja aku seperti orang linglung setelah dengan susah payah dapat meraih alam sadarku kembali. Wajahku seketika memerah bak udang terbakar. Dia tersenyum menggelitik membuat diriku semakin gugup.
"Ayo, semunya berkumpul di ruang aula!" Lanjutnya masih dengan pesonanya yang indah.
Dengan berjuta rasa indah yang telah menguasai setiap sudut relung hatiku. Rasa itu begitu saja muncul dari tatapan manjanya yang telah menembus segala rasaku. Membuat anganku melambung jauh. Berbagai hasratpun muncul dalam khayalku. Membuat sesak nafasku dan lidahku pun tarasa kelu. Air liurku terasa habis membuat tenggorokanku rasanya kering. Sumpah! Aku sama sekali tak mengerti dengan rasa ini. Rasa yang sama sekali belum pernah kurasakan sebelumnya. Rasa yang membuat diriku seolah melayang jauh keangkasa. Rasa yang telah membenggu jiwaku.
Aku ingin segera terbebas dari sini demi untuk menepis rasa ini sejenak. Tapi sungguh ku tak bisa. Membuatku berat melangkah hingga aku harus kehilangan kesimbangan saat kakiku tesandung batu. Aku pun terjatuh. Dan... saat itupun keajaiban datang. Oh ya ampuuun... entah bagaimana caranya tiba - tiba saja aku terjatuh dalam pelukannya. Sejenak aku tenggelam dalam hangat pelukannya sambil menikmati getar - getar indah yang kurasa. Membuat diriku tersontak.... Aku kaget begitu menyadarinya."Mmmaa..aaf, sseesssengaaaja... eh, mm..aksud..nya.. ti..tii..dak sseengaajaa kak..!" Kataku gugup. Sambil segera bangkit melepaskan diri dari pelukannya. Pelukan tak disengaja namun mampu menyejukkan jiwa. Membuat seluruh tubuhku bergetar hingga pipi putih mulusku terasa panas dan berubah merah merona. Jantungku tak karuan degupnya. Alamaaak!!! Malunya diriku. Aku segera berlalu dari situ dan langsung menuju aula. Aku tak lagi menoleh kebelakang tak peduli apa yang selanjutnya terjadi disana.
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
TAKDIR CINTA VIVI (Season 1)
RomanceDear diary,,, Aku ingin curhat padamu... Kuharap kau mau menerima uluran tangan persahabatan dariku... Aku yakin kaulah sahabat yang akan selalu setia menampung segala keluh kesahku... Diary,,, Aku adalah seorang gadis Desa yang memilih melanjutkan...