Creepy Story
***
Aku hanya duduk terdiam di kursi empuk yang nyaman ditemani dengan sepiring steak yang harganya begitu mencekik. Entah mengapa aku tadi memesannya, makanan itu tidak mengenyangkan. Aku berpikir seharusnya tadi membeli nasi goreng saja, dengan irisan ayam dan telur ceplok yang begitu menggiurkan. Tentunya harganya tiga kali lipat lebih murah daripada steak di hadapanku. Aku terus terusan mengumpat di dalam hati walau aku tau begitu tidak bergunanya menyesali sesuatu yang telah terlanjur terjadi.
Suara pisau daging, wajan yang beradu dengan spatula, dan api yang menyala di dapur restoran ini begitu menarik perhatianku. Alunannya begitu indah, menyatu bagai bumbu steak yang kunikmati sekarang.
Kutatap langit langit restoran itu. Terlihat di sana lampu lampu bertengger dengan anggunnya."Coklat, silver, pink, gold, merah..." kusebut warna lampu itu satu persatu. Lampu yang sangat unik.
Kurasakan tasku bergetar, segera aku mengacak acak isinya agar menemukan sesuatu yang kucari."Halo?"
"Olive, kau di mana?" Suara yang begitu kukenal.
"Aku di restoran. Makan makan sambil menunggu hujan reda."
"Cepatlah pulang. Ibu sepertinya mulai menggila." Suaranya bergetar. Sesaat kemudian aku mendengar suara teriakan. Itu suara ibu.
"Ayolah... cepat pulang, aku sudah tidak tahan" Sambungnya.
"Odive, tunggu saja. Aku akan segera pulang."
Sambungan terputus..Aku menghela nafas. Hujan di luar sana begitu deras disertai angin kencang. Bagaimanapun juga, aku harus pulang sekarang. Ku terobos hujan itu. Awan di langit terlihat menggumpal hitam. Kurapatkan jaket saat angin menerpa tubuhku. Begitu dingin.
"Oh syukurlah kau datang," Seorang perempuan memelukku. Manik mata indahnya yang berwarna emerald menatapku.
"Mana ibu?" Kutengok di sekitar rumah. Tidak ada siapapun selain aku dan Odive.
"Ibu keluar rumah. Membawa pisau."Saat mendengarnya, bergegas aku berbalik ingin mencari ibu. Takut hal buruk akan terjadi. Tetapi sesaat kemudian aku terdiam karena melihat ibu tepat berada di depanku. Ia membawa plastik hitam besar yang tentunya itu berisi seonggok daging. Tangan kanannya memegang sebuah pisau yang meneteskan darah bercampur air hujan. Iris matanya yang senada dengan milik Odive menatapku. Aku dan Odive terdiam saat ibu menerobos masuk ke dalam rumah "Waktunya makan!" ucapnya.
***
Ibu meletakkan piring piring berisi makanan ke atas meja. Sup daging, otak otak, kornet daging, dan yang paling aku suka... Lidah panggang.
"Makanlah," Ibu mempersilahkan aku dan Odive makan. Kami hanya berpandangan sesaat kemudian menatap makanan lagi."Ayolah.. Ini enak. Bukankan kalian sudah sering memakannya? Ini makanan kesukaan kalian."
Akupun memotong lidah panggang dengan pisau kemudian memakannya. Rasa ini... Rasa yang sangat aku cintai.
Odive mengaduk aduk sup daging miliknya sebelum kemudian menyantapnya. Dapat kulihat guratan ekspresi yang tidak bisa ia sembunyikan. Ia menyukainya.Ibu berbalik mundur. Menyantap daging yang ia bawa tadi secara mentah, belum dibersihkan, dan darahnya masih tercecer kesana kemari.
Odive membisikkan sesuatu ke telingaku, "Kita kehabisan stok daging manusia di dalam kulkas."
"Pantas saja ibu tadi menggila," ucapku pelan.
Ibu memang sangat menyukai daging manusia, terutama yang masih mentah. Jika sehari saja ia tidak memakan daging manusia, maka ia akan membentur benturkan kepalanya ke tembok sambil berteriak seperti orang gila. Yeah... Dia sepertinya memang gila. Ia tergila gila dengan daging manusia sejak menikah dengan ayah.
![](https://img.wattpad.com/cover/155059274-288-k471260.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Creepy Pasta
Kinh dị*** Kau tidak pernah sendirian. Aku mengawasimu dari segala arah. ***