9 CreepyStory[Red Eyes]

50 5 2
                                    


***
Pernahkah kalian menggunakan jasa ojek online? Baik itu ojek motor ataupun mobil. Aku sangat menghindari menggunakan jasa tersebut karena cerita cerita dari orangtuaku tentangnya begitu menyeramkan. Aku masih SD, tentu saja aku begitu ketakutan setiap kali mendengar cerita dari mereka.
Hari ini hari senin. Di mana setiap paginya di setiap sekolah melaksanakan upacara bendera. Dan hari pertama memasuki Ujian Nasional.
Jam sudah menunjukkan pukul 06:20. Suara ketukan pintu dari ibu berkali-kali tidak bisa membuatku menghentikan mimpi indah yang sedang kualami. Tetapi suara nyaring jam weeker jadul milikku yang sengaja kuletakkan di samping bantal yang empuk berhasil membuatku tersadar kemudian melompat menuruni tempat tidur, tanpa basa basi lagi aku segera mandi, memasang seragam sekolah yang sialnya lupa ku setrika.

Jam sudah menunjukkan pukul 07:10. Ayah dan ibuku sudah berangkat kerja lebih dulu. Aku tidak tau lagi harus melakukan apa. Aku tidak punya sepeda. Dan jarak rumah ke sekolah lumayan jauh. Aku menemukan iphone milik ibu di atas meja makan, sepertinya tertinggal. Kulihat-lihat isi handphone itu. Berharap bisa menemukan kontak om Yogi agar aku bisa minta antar ke sekolah. Berkali kali ku hubungi nomornya, tetapi hanya disambut oleh nada sumbang disertai suara operator yang begitu menjengkelkan. Aku hanya bisa berdecih, berusaha menghilangkan rasa kesal. Kulihat lihat lagi menu iphone ibu. Aku menemukan aplikasi ojek online. Yeah, itu satu satunya harapanku. Dengan ragu aku memesan jasa itu. Setelah beberapa menit menunggu terdengar suara klakson dari halaman rumah. Akupun segera keluar tetapi aku bingung kenapa jadi mobil yang datang? Padahal aku tadi memesan ojek motor.

Kaca depan mobil itu terbuka, memperlihatkan seorang wanita di dalamnya, wanita itu sangat cantik, iris matanya berwarna merah. Ia tersenyum padaku dan mengucapkan tujuanku, lebih tepatnya mengucapkan nama sekolahku. Aku segera naik ke dalam mobil itu. Mungkin saja tadi aku salah pesan karena terlalu terburu - buru. Sepanjang perjalanan wanita itu terus saja berbicara dan memberi lelucon padaku, berhasil membuatku tertawa terbahak - bahak. Di sela sela hal itu, sesaat aku menyunggingkan senyum penuh kegelian. Begitu polosnya aku karena terlalu mempercayai cerita omong kosong ayah dan ibu tentang seorang anak yang mati dibunuh supir ojek, seorang gadis remaja yang ditusuk kepalanya hingga tewas, wanita yang dipotong kaki kirinya, dan lainnya.

Aku sampai ke sekolah beberapa detik sebelum bel berbunyi. Syukurlah.

***

Saat pulang sekolah aku mendapati sebuah mobil yang aku kenal di depan gerbang sekolah. Itu mobil wanita bermanik mata merah yang tadi pagi mengantarku.
Kaca depan mobil terbuka dengan seorang wanita di baliknya. Persis seperti tadi pagi. Wanita itu menatapku. Menyuruhku masuk. Rasa bingung melandaku, apa yang sebenarnya terjadi?
Sesaat wanita itu menjelaskan bahwa ibuku telah memesan jasanya untuk menjemputku.
Aku berpikir sejenak kemudian memasuki mobil itu dan duduk dengan tenang. Tumben sekali ibuku memesan jasa ini.

Di sepanjang jalan sungguh hening. Di antara kami tidak ada yang berbicara sama sekali.

Kulihat-lihat motif kotak-kotak baju wanita itu. Mataku menangkap sesuatu hal yang aneh. Ternyata wanita itu tidak memiliki kaki di bagian kirinya. Aku merinding. Teringat salah satu cerita orangtuaku.
Mobil terparkir rapi di sebuah jalan sepi. Aku tidak tau persis di mana posisi kami. Aku berusaha bersikap tenang, membuang muka ke sembarang arah. Hingga kemudian wanita itu bergerak mendekatiku.
Ia tersenyum seraya merogoh saku bajunya. Mengambil sebuah pisau tajam di sana.
Pisau itu terasa dingin saat menyentuh leher kecilku. Jantungku berdegup kencang. Ia mulai mengiris daging di leherku hingga ke wajah. Perasaan di dadaku terasa bergejolak. Wajahku memucat.
Kini ia mulai mencekikku. Wajahku sekarang sepertinya sedikit membiru. Kucakar cakar lengan lentiknya, dan kutendang-tendang perutnya.
Matanya.... Mata wanita itu menatapku tanpa berkedip. Jarak wajah kami hanya berkisar beberapa senti. Aku sudah tidak tahan lagi. Segera kutusuk matanya dengan telunjuk tanganku. Beruntung kuku kuku tanganku lumayan panjang. Ia mengerang kesakitan dan melepaskan cengkramannya. Suatu kesempatan bagiku. Aku langsung mengambil pisau di sakunya dan menusukkannya ke mata wanita itu, kucongkel berkali kali hingga bola mata indahnya sekarang berada di tanganku dan darahnya menodai seragamku.

Wanita itu terus terusan memukulku. Tetapi tentunya bibirnya yang telah kurobekkan sampai mendekati telinganya itu berhasil membuat pukulannya melemah.
Ia mulai menendang nendangku dengan kaki kanannya. Segera kutusuk kepalanya berkali kali agar ia bisa lebih tenang.

Pisau itu ku arahkan tepat ke jantungnya. Mengoyak daging lembutnya secara brutal. Suara teriakannya semakin membuat gejolak di dadaku menjadi jadi. Aku menyukainya. Aku suka aksi yang kulakukan. Aku ingin melihat darah lebih banyak dari ini. Tetapi tenagaku sudah mulai terkuras. Aku hentikan saja permainanku. Toh wanita itu juga sudah mati. Tapi aku perlu sentuhan terakhir. Yaitu menguliti wajah cantiknya itu.

***

Sebulan setelah kejadian itu ojek online semakin sepi pelanggan. Mereka takut terjadi hal yang tidak diinginkan seperti itu terjadi lagi.
Beruntung saja dalam kejadian itu aku di anggap sebagai korban dan bukan tersangka. Haha, para polisi itu memang bodoh. Mereka meremehkan anak-anak sepertiku.
Entahlah... Sekarang terasa ada sesuatu yang kurang di hidupku. Aku ingin lagi.... Ingin sekali membunuh.
Kutahan perasaan itu hingga aku menemukan targetnya.

Aku berjalan melintasi toko terbengkalai. Hanya ada satu dan dua orang yang kujumpai di sana. Hingga aku melihat
seseorang yang sangat aku benci sedang menatap sinis ke arahku. Dia adalah tetanggaku. Dia adalah teman... Ah tidak. Dia adalah musuhku.
Dia mencibir bajuku yang berwarna hitam. Dia mengatakan bahwa aku seperti malaikat pencabut nyawa.

Ah... Baiklah kalau begitu. Aku akan mencabut nyawanya.
Ku ambil pisau di hoodie hitam yang sedang kukenakan. Menusuk perutnya hingga turun ke pahanya.
Ia memohon mohon ampunan kepadaku sambil bersujud. Kutendang kepalanya berkali kali. Kini ia sudah tidak bergerak ataupun bersuara. Sungguh tidak asik. Dia mati terlalu cepat.

Ku seret tubuhnya ke dalam sebuah toko yang sepertinya sudah lama ditinggalkan. Kutaruh mayatnya di sana. Membiarkannya membusuk dengan sendirinya.

***

Ibuku terus terusan mengomel karena melihatku sudah berjam jam menonton tv. Akupun kesal dan mengambil garpu rumput di halaman belakang rumah.
Saat aku kembali ke dalam rumah. Aku mendapati ibuku sudah terkapar kaku bersimbah darah di bagian kepalanya yang sepertinya bocor. Matanya melotot dan mulutnya terbuka.

Kudengar suara langkah kaki mendekat ke arahku. Itu ayahku. Ia memegang pistol di tangannya.

Suara pistol menggelegar memenuhi rumah disertai teriakanku. Ayahku menembak kaki kananku.

"Maaf, ayah hanya mencoba pistol baru."

***

Sudah dua hari aku di rawat di rumah sakit. Ayahku dimasukkan ke dalam jeruji besi yang dingin.
Dan aku... Sendirian di sini. Bahkan tidak ada satupun keluarga yang menjengukku. Aku memejamkan mata. Targetku selanjutnya adalah ayahku.

Kurasakan sebuah pisau dingin menyentuh kulitku. Segera kubuka mataku. Aku mendapati supir wanita bermata merah yang telah kubunuh berada di atasku. Ia tersenyum sangat lebar.

"Aku ingin membalasmu"

Creepy PastaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang