Creepy Story
***
"Kau tau? Kau itu sangat tampan," ucapku sambil meletakkan gelas berisi teh hangat yang berada di genggamanku ke atas meja. Kutatap lekat mata laki-laki yang duduk di depanku. Tatapannya sangat teduh. Dapat kulihat senyumnya yang memang selalu terukir sepanjang waktu.Tok...tok...tok...
"Ah... Siapa yang mengetuk pintu itu?" Aku berjalan mendekati pintu, suara ketukan itu sudah tidak ada lagi. Kubuka pintu secara perlahan. Tidak ada orang, tidak ada siapa-siapa. Akupun kembali duduk, melanjutkan perbincangan dengan laki-laki tadi.
"Kau mau mendengar ceritaku?"
Laki-laki itu tetap tidak bergeming. Ia masih mempertahankan posisi duduk yang sama,dengan senyum yang sama.
"Hm.. Ku anggap itu jawaban 'ya' darimu," Aku menarik napas kemudian menghembuskannya kuat kuat berharap menghilangkan kegusaranku di dalam hati.
"Jadi ceritanya begini. Aku memiliki keahlian dalam bidang tulis menulis. Aku sering menulis novel yang bergenre horror..." Sesaat aku tersenyum mengingat hasil karyaku bertahun-tahun yang lalu.
"Aku sering mengirimkan hasil karyaku ke berbagai media cetak..."
Aku menghela napas.
".... Tapi semua hasil karyaku ditolak. Kau tau? Kritikan mereka sungguh berhasil menyakiti hatiku. Mereka berkata bahwa novel karyaku jalan ceritanya sangat tidak hidup, sangat dibuat buat, tidak menarik. Padahal aku menulisnya dengan kenyataan yang ada. Seperti misalnya novelku yang berjudul 'friend' aku benar benar membunuh temanku untuk ide ceritanya. Apa lagi yang kurang? Aku bahkan pernah bermain papan Ouija, melantunkan puisi yang terkutuk, dan lainnya..." Aku menatap laki laki itu sambil tersenyum."Dan kini.. mungkin ini ide cerita yang akan sangat bagus. Kau tau kenapa? Karena aku telah menyebar virus beracun dan tentunya membunuh semua manusia di bumi ini, terkecuali aku."
Kulihat di luar sana sepertinya sudah sangat malam "Yeah. Sudah waktunya tidur."
Kuusap lembut lengan laki laki itu. Terasa keras.
Kurebahkan ia di atas tempat tidur, ia masih tersenyum.
"Selamat malam," ucapku sambil membalas senyumnya.
***
Sudah 1 tahun aku hidup sendiri, aku sangat kesepian. Hanya Leo yang menemaniku. Aku sangat menyesal karena ia ikut mati saat aku menyebarkan virus. Padahal ia sudah kuberikan penawarnya. Aku hanya bisa menyimpan jasadnya yang telah diberi formalin secara rutin agar tubuhnya tidak membusuk. Dan akhirnya sebuah ide gila muncul dari otakku begitu saja. Aku membuat sebuah patung yang sangat mirip dengan Leo, tubuhnya terbuat dari kayu paling bagus, mata dan otaknya kuambil dari jasad Leo yang asli. Aku sudah berkali-kali melakukan percobaan agar patung itu hidup. Tapi tidak pernah membuahkan hasil.2080,
LindaKututup buku catatanku yang telah terlihat usang tersebut. Terlihat darah di bagian kanan atas sampul depannya. Aku tidak ingat darah siapa itu, tapi sepertinya itu darah yang masih segar.
Plukk...
Pulpenku terjatuh ke lantai. Akupun segera mengambil pulpen itu, terasa seperti ada sebuah tangan yang kugenggam. Ah sudahlah, mungkin itu hanya sebuah kayu tipis yang kadang memang sering berhamburan di dalam rumahku. Tapi mengapa ini? Kenapa tanganku basah? Tidak ada air di bawah sini. Ku angkat tanganku kemudian aku terkejut melihatnya. Telapak tanganku berlumuran darah entah darah siapa itu. Kutengok sebelah kiri, tidak ada apa apa. Kutengok kanan, hanya terlihat sebuah lemari disana. Kutengok kebelakang, tempat tidur memang bertepatan berada dibelakangku. Tapi hey, kemana patung Leo? Kulirik lantai, tidak ada apa apa. Hanya satu yang belum kuperiksa. Aku membenci situasi seperti ini. Dengan perlahan kutengok ke atas. Aku langsung terperanjat kaget melihatnya, ternyata ada sebuah boneka usang menggantung di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Creepy Pasta
Korku*** Kau tidak pernah sendirian. Aku mengawasimu dari segala arah. ***