Bagian I Awal Mula

10.1K 201 15
                                    


Perkenalkan namaku Hardy, seorang pemuda yang belum lama ini menyelesaikan studi S2-nya di salah satu kampus negeri di sebuah kota yang sedang sibuk dengan persiapan olimpiade olahraga yang menjadi event setiap beberapa tahun sekali. Aku masih sibuk memeriksa surel yang masuk ke akun gmail yang kupunya. Apa yang sebenarnya aku tunggu adalah beberapa email balasan dari perusahaan-perusahaan yang sebelumnya sudah aku kirimkan CV untuk melamar pekerjaan.

Sebelumnya aku pernah berkerja di sebuah kantor hukum sebagai seorang assistant advocate dan junior advocate di kantor tersebut, prestasiku tidak buruk-buruk amat, pernah beberapa kali mendampingi BUMN seperti perusahaan pupuk, perusahaan semen, perkebunan sawit, bank ataupun klien-klien yang pernah menjadi klien bisnis dari bos-ku kala itu. Namun beberapa tahun terakhir aku memutuskan untuk resign, sembari menyelesaikan pendidikan S2-ku yang kala itu sedang sibuk-sibuknya dengan urusan tugas akhir yang disebut "tesis."

Aku masih larut memilah-milah satu persatu email yang masuk, email-email ini tercampur dengan email dari hobi, notifikasi facebook, instagram, twitter ataupun sosial media lainnya, hingga kemudian aku terhenti di salah satu email yang bertuliskan salah satu nama perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan. Aku ingat beberapa bulan yang lalu atas masukan dari bos-ku yang sebelumnya ia memberitahukan, bahwa perusahaan itu sedang membutuhkan beberapa lulusan Sarjana Hukum yang akan ditempatkan sebagai Staff Legal atau Staff bagian Hukum di perkebunan tersebut.

Aku yang tertarik dengan tawaran itu dengan senang hati mengirimkan lamaran perkerjaan ke email yang telah diberikan oleh bos-ku tempo hari dan kemudian tampaknya email ini dibalas.

"Alhamdulillah! Akhirnya dibalas juga. Semoga aku diterima ya, Tuhan!" ujarku sembari tersenyum dengan penuh harapan, bahwa email ini merupakan panggilan untuk melakukan interview atau sebaliknya merupakan email penolakan dari perusahaan tersebut.

Aku merasakan tanganku terasa dingin, karena grogi. Aku benar-benar mengharapkan agar dapat berkerja di perusahaan tersebut, karena perusahaan ini merupakan salah satu perusahaan yang cukup sukses di kota ini, rasanya menganggur beberapa bulan ke belakang tanpa penghasilan membuatku cukup gerah dengan keadaan tersebut.

Ketika dibuka yang pertama kali aku baca adalah ucapan selamat, karena serangkaian test yang aku jalani pada waktu itu tampaknya berbuah manis dan isi dari surat ini adalah undangan untuk melakukan interview di kantor pusat mereka. Aku tersenyum sumringah sembari berkata, "Alhamdulillah, next interview! Wish me luck!"

Waktu dengan cepat berlalu, tidak terasa sudah tiga hari lamanya, setelah surel panggilan interview itu aku baca. Hari ini aku sedang berdiri di depan sebuah gedung bertingkat 6 yang merupakan bangunan dari perusahaan yang sebelumnya telah mengundangku untuk melakukan interview. Aku berpakaian rapih, mengenakan kemeja putih lengan panjang, celana kain berwarna hitam dan sepasang sepatu pantofel yang kupakai sebagai alas kaki pada saat ini.

Aku bertemu dengan beberapa orang yang tampaknya juga dipanggil untuk melakukan interview dan kini tengah menunggu antrian sebelum dipanggil ke dalam ruangan HRD. Tidak butuh waktu lama, akhirnya namaku dipanggil setelah menunggu sekitar 1 jam lamanya di ruang tunggu. Seperti biasanya pada interview banyak yang ditanyakan mulai dari menggapa melamar ke perusahaan ini, hinga kira-kira berapa besaran gaji yang aku minta, jika berhasil bergabung bersama dengan mereka. Setelah selesai dan berjabat tangan dengan HRD tersebut, aku menyelesaikan interviewku hari ini dan menunggu hasil selanjutnya.

Sekitar 1 minggu kemudian aku mendapatkan telpon yang mengabarkan, bahwa aku dinyatakan lulus dan diterima di perusahaan tempatku melamar sebelumnya dan diminta konfirmasinya kira-kira kapan mulai bisa bergabung bersama mereka. Mungkin tidak usah aku ceritakan secara mendetail, mengenai proses selanjutnya yang akan aku hadapi, proses ini tidak lain adalah pendidikan ataupun pelatihan selama beberapa bulan sebelum akhirnya benar-benar terjun ke lapangan.

WADAL (Aku Butuh Tumbal Anak Manusia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang